🐇 - 𝟶𝟻

911 137 2
                                    

"Kuntet Tunggu!"




Kamu berhenti, lalu menoleh kebelakang. Doyoung lari menghampiri kamu.




"Apa?"




Doyoung mengerutkan keningnya, menatapmu heran.




"Lo napa?" Kamu mengerutkan kening, terus nunjuk diri kamu sendiri.




"Gue?" Doyoung ngangguk.




"Gapapa. Cepet mau ngapain manggil gue?"




Bukannya jawab pertanyaan kamu, Doyoung malah nempelin telapak tangannya ke kening kamu.




"Lo demam? Ini panas banget loh, Kuntet. UKS aja sono! Ntar gue ijinin ke guru."




Kamu menggeleng, lalu menepis tangannya kasar.




"Gue gapapa, Dugong! Gak usah so' peduli deh. Ntar lo malah naksir gue lagi."




Kamu tersenyum meledeknya, lalu pergi ke kelas. Doyoung diam sejenak, setelah itu dia lari nyusul kamu.




"Kuntet!"




"Gaes! Doyoung si ketos nembak gue!" Doyoung langsung melotot.




"Cieeeee"




Kamu ngakak dong. Satu kelas langsung heboh, padahal mereka tau kamu cuma bercanda.




"Eh, ngadi-ngadi Lo! Sekarang gue tanya, emang kapan gue nembak lo? Hah!" Doyoung berdiri didepan kamu.




"Eum.. Lo emang mau nya kapan? Eh, tapi kalo bisa jangan sekarang. Soalnya gue harus pikir-pikir dulu, Doy." Kamu ngakak, terus langsung duduk dibangku kamu.




Doyoung ekspresi nya udah julid banget. Semua tertawa, termasuk kamu. Lucu sih, liat ekspresi Doyoung.




Dan, tiba-tiba aja kepala kamu pusing lagi. Kamu pegang kepala kamu, karena emang pusing banget.




"Y/n, lo kenapa?"




"Hah? G-gue gapapa kok."




"Yakin?" Kamu ngangguk, terus senyum kecil, ngeyakinin mereka.




Doyoung menghela nafasnya pelan, lalu berjalan kearah bangku kamu. Dia menarik tangan kamu lembut.




"Ikut gue! Lo mending istirahat di UKS. Gue temenin."




Satu kelas bengong, natap kepergian kalian berdua.




"Sumpah ya, ini beneran Y/n sama Doyoung jadian?"




🐇🐇




Doyoung bener-bener nemenin kamu. Dia juga yang ngompres kepala kamu.




Sebenernya, kamu udah suruh dia supaya balik ke kelas, tapi dia gak mau, dan tetap kekeh mau nemenin kamu.




"Gue mau tanya deh sama lo, Doy. Lo tuh mau cerita apa sebenernya?"




Doyoung natap kamu sebentar, abis itu dia nunduk.




"Sejeong sama Eunwoo." Kamu tersenyum tipis.




"Eunwoo emang dari dulu suka sama Sejeong, Doy. Padahal, dari dulu ada yang selalu berharap sama dia."




Doyoung mendongak, menatap kamu yang lagi natap kearah langit-langit.




"Lo suka sama Eunwoo?"




"Bohong kalo gue jawab gak. Hampir 4 Tahun, gue bareng sama dia, mustahil kalo gue gak ada rasa ke dia. Tapi, akhirnya gue sadar, cinta gak bisa dipaksakan. Gue harus mengikhlaskan orang yang gue cinta dan gue sayang itu. Gue mau dia bahagia, walaupun bukan sama gue. Dan gue harap, semoga aja Eunwoo bisa buat Sejeong berubah menjadi perempuan yang baik."




"Apa lo bisa? Gue, gak yakin kalo gue bisa." Kamu tersenyum kecil, lalu menatapnya.




"Gue yakin, gue bisa. Sebab ini bukan kali pertamanya gue ngerasain kayak gini. Gue juga udah belajar mengikhlaskan kebahagiaan gue demi kebahagiaan dia bersama orang yang dia cinta dan sayang. Dan gue juga yakin lo pasti bisa, Doy. Pesan gue, jangan pernah lo abaikan seseorang yang tulus, yang selalu nunggu lo, dan yang selalu ada dibelakang lo."

.
.
.
nctzenns_
22.38 WIB
Selasa, 15 Juni 2021

[ʙᴏʏꜰʀɪᴇɴᴅ ꜱᴇʀɪᴇꜱ] | ᴋɪᴍ ᴅᴏʏᴏᴜɴɢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang