10 ; Miya atsumu

636 98 19
                                    

Happy reading~

.
.
.
.

"Suna tidak menemuimu, kan?"

Osamu menoleh saat suara saudara kembarnya memasuki dapur. Saat ini dirinya sedang menyiapkan sarapan untuknya dan Atsumu. Seminggu belakangan ini Astumu memang selalu menginap di apartemennya. Sebenarnya ini juga apartemen Atsumu, miliknya adalah milik Atsumu begitu pula sebaliknya. Hanya saja, biasanya Atsumu sangat jarang menginap, dia punya apartemen sendiri yang dekat dengan tempat latihan, atau bahkan menginap di dorm. Tapi entah kenapa sekarang ini hobby nya malah menginap di sini. Mungkin agar bisa makan enak tanpa repot.

"kenapa kami tidak boleh bertemu?"

Bukan bermaksud kurang ajar pada kakaknya, tapi Osamu benar-benar penasaran. Sejak dulu, lima tahun lalu, dirinya selalu dilarang bertemu dengan Rintarou. Bahkan disuruh pindah tanpa sempat berpamitan dengan Rintarou. Setiap ditanya kenapa dia tidak boleh mengabari Rintarou, Atsumu selalu berkata 'tidak apa-apa'. Apanya yang tidak apa-apa? Dipindahkan, tidak boleh bertemu, tidak boleh bertukar kabar, dan tidak boleh mengetahui dimana dia pindah, sudah jelas semua itu ada alasannya, kan?

"cukup turuti saja apa kataku, Samu,"

"jangan membantah."

Osamu mengerutkan dahinya saat Atsumu menjawab demikian, "kenapa? ada yang kau sembunyikan dariku, kan? kau tidak pernah mengatakan apapun! hanya berkata aku tidak boleh ini aku tidak boleh itu! you're sucks, you know! "

Berakhir sudah segalanya yang Osamu tahan selama ini. Masa bodoh dengan tata krama dan sopan santun, Osamu benar-benar merasa jika Atsumu sudah kelewatan mengatur hidupnya. Osamu punya hak penuh atas dirinya sendiri dan hidupnya, dan seharusnya Atsumu tidak bisa seenaknya melarang ataupun membatasi setiap tindakannya. Sudah cukup larangan yang Atsumu berikan untuknya agar tidak menemui Rintarou ia turuti. Bersikap biasa saja saat menyangkut Rintarou, menganggap tidak ada apapun tentang mereka dan semua larangan lainnya. Osamu sudah terlampau lelah.

"aku benar-benar muak, Tsumu, aku juga ingin bebas sepertimu,"

"kau bisa bertemu Rin, tapi kenapa aku tidak boleh?"

"kau bisa bebas pergi kemanapun yang kau mau tapi kenapa aku harus selalu meminta ijin padamu?"

"ibu menitipkan mu padaku, Samu! aku kakakmu, jadi aku yang bertanggung jawab penuh tentangmu!"

"fuck off! kita hanya berbeda 15 menit! jangan gunakan ibu sebagai alasan!"

"lalu apa, hah? aku melakukan ini juga untuk kebaikanmu!"

Atmosfer menurun drastis menyelimuti apartemen Miya bersaudara. Teriakan keduanya saling bersahutan memenuhi dapur di pagi itu. Jika bukan karena fasilitas apartemen yang semakin canggih, mungkin saja teriakan mereka akan terdengar sampai depan.

"kebaikan? membiarkan aku tidak memiliki teman dan bahkan menjauhkan ku dengan sahabatku kau bilang demi kebaikan?"

"kau!" Osamu yang termakan emosi mengangkat jarinya dan menunjuk tepat ke wajah Atsumu, "kau selalu bertindak seenakmu!"

"jangan melewati batas, Miya Osamu," Atsumu menggeram tertahan atas segala tindakan Osamu.

"kau yang jangan melewati batas!"

Melepas apron yang ia gunakan dan melemparnya secara asal, Osamu melangkah meninggalkan dapur.

"Samu!"

"Osamu!"

Atsumu langsung berbalik mengikuti kepergian Osamu.

"jangan ikuti aku! aku membencimu!"

Osamu lalu masuk ke dalam kamarnya, membanting pintu dan menguncinya. Atsumu yang tidak sempat menahan pintu lalu menggedor pintu kamar Osamu agar sang empunya mau membukakan pintu untuknya.

"Miya Osamu!"

"buka atau aku akan menghancurkannya!"

Atsumu benar-benar akan menghancurkannya, dan Osamu tahu itu. Namun seluruh emosi sedang menguasai dirinya. Persetan dengan pintu, jika Atsumu melakukannya, maka Osamu akan memukul Atsumu.

"jangan bicara padaku! aku membencimu!"

"kau sadar apa yang kau ucapkan, Miya?"

"kau juga Miya! pergi! aku tidak mau melihatmu."

Atsumu menatap nyalang pintu di hadapannya. Dia benar-benar akan menghancurkan pintu itu. Demi Tuhan, ini masih pagi dan Osamu memancing amarahnya? sial.

"baik, aku akan pergi,"

"tapi ingat, jangan sekali-kali kau mencoba untuk menemui bajingan itu."

"bukan urusanmu!"

"sialan Osamu! dia sakit jiwa!"

"..."

"jangan kira aku tidak tahu apa yang pernah kau lakukan dengannya."

"turuti apa kataku."

Setelahnya hening. Osamu berpikir jika mungkin Atsumu sudah meninggalkan pintu kamarnya. Sedangkan dirinya masih terdiam setelah Atsumu mengatakan sesuatu tadi.

apanya yang sakit jiwa?

Jika memang benar apa yang Atsumu katakan, Osamu sudah pasti menjadi orang pertama yang akan mengetahuinya. Atsumu dan omong kosongnya. Dan apa-apaan itu tadi? Atsumu mengetahuinya? Sial.

Osamu menjatuhkan badannya pada ranjang dan menggulung dirinya dengan selimut.

"aku lapar ..."

•°•

Setelah mengatakannya, Atsumu benar-benar meninggalkan apartemen mereka dan memutuskan untuk menuju dorm. Sepanjang perjalanan, Atsumu diam memikirkan kembali perkataannya pada Osamu. Harusnya dia tidak mengatakan itu. Belum, belum saatnya.

Kenapa pula kemarin mereka harus bertemu. Atsumu tahu jika Rintarou sudah pasti ikut turun. Dia kira Osamu tidak akan datang, dia tidak pernah datang sebelumnya. Osamu selalu menurutinya jika dia melarang. Osamu juga pasti menurut saat dia berkata untuk tidak menemui Rintarou. Selama ini Osamu selalu menurut. Tidak pernah mengangkat topik tentang Rintarou, bahkan membicarakan sesuatu yang berhubungan dengannya. Osamu tahu betul jika Atsumu akan sangat terganggu saat mereka membawa Rintarou dalam percakapan mereka. Lalu apa sekarang? Osamu menentangnya, menunjuk wajahnya, bahkan berteriak padanya. Atsumu tahu Osamu benar-benar marah, itu bukan seperti teriakan mereka saat saling ejek dulu, kali ini benar-benar teriakan karena Osamu marah bukan hanya candaan.

Haruskah dia kembali menjauhkan mereka? Membawanya pergi dari Jepang? Atsumu bahkan dengan suka rela keluar dari Black Jackals, jika itu bisa menjauhkan Osamu dari Rintarou. Tapi apakah Osamu mau? Ah, jika Osamu menolak, dia bisa memaksanya, kan? Ini juga untuk kebaikannya.

Atsumu memandang lampu lalulintas yang masih berwarna merah. Memikirkan, apa yang harus dia lakukan kali ini. Persetan dengan benar ataupun salah, ini semua demi Miya Osamu.

"apapun untukmu, Samu."

TBC

(. ❛ ᴗ ❛.)
ape tu man

jiaakkh chapter ini pendek lagi deehh, maap ya

SEE U NEXT CHAP BESTIE^^

trió̱n • sakuosa / sunaosa •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang