16 ; movie date?

443 67 20
                                    

⚠️CW // EKSPLISIT , KISSING , NSFW⚠️

Happy reading

.
.
.

Bohong. Menyangkal berapa kali pun, Rintarou tetap tahu faktanya. Bukan sekali dua kali ia bertatap muka dengan pemuda yang sedang gencar dekati rubahnya. Rintarou pengamat ulung. Pandai menganalisa. Menjadi middle blocker membuatnya terbiasa membaca lawan, membaca arah bola, memprediksi peluang, Rintarou sudah terbiasa. Lalu yang berhubungan dengan rubahnya tentu saja ia sangat awas. Lebih peka, atau memaksa peka. Rintarou tahu kemana arah pandang rubahnya saat berada di antara penonton. Tidak. Rintarou tidak melihat pijar lain disana. Namun berbeda dengan Sakusa Kiyoomi. Jelas berbeda saat seseorang yang kau tahu sangat membenci sentuhan fisik justru dengan natural menyentuh epidermis lain, membiarkan miliknya sendiri tersentuh, bahkan tanpa gurat keberatan di wajahnya.

Rintarou mendecak, "Sial!"

"Menyusahkan."

Jarinya menggulir laman yang menampilkan wajah-wajah yang familiar. Sebelah tangannya menjepit batang nikotin yang mengepulkan asap tipis. Sesekali mendesis saat matanya membaca sederet kalimat yang memuakkan, seperti 'sakusa kiyoomi tiga kali mengunjungi osamu dalam satu minggu' atau 'saudaranya selalu mengikuti kemanapun ia pergi'.

"Jangan membuatnya menjadi sulit."

Tatapannya terdiam memandang potret dua anak adam bersurai gelap. "Jika aku gila, lalu kau ini apa?" Rintarou terkekeh setelah bermonolog.

Ingatannya melambung, memutar ulang hari-hari selama lima tahun kebelakang. Sunyi. Dingin. Sudah mati, tambah mati pula saat satu-satunya akar yang menopangnya hilang tertimbun tanah tanpa bisa ia gali. Bukan karena enggan. Rintarou tentu saja mengerahkan segalanya yang ia mampu. Namun tetap, usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali. Eksistensi Miya Osamu benar-benar tidak bisa ia temukan. Seringkali bertemu dengan Atsumu, namun yang ia dapatkan hanya kesunyian. Tidak ada jawaban. Jelas sekali Atsumu tidak akan memberitahu dimana Osamu padanya, saat dirinyalah penyebab Atsumu menyembunyikan Osamu.

Entah apa alasan Atsumu mengeluarkan Osamu sekarang, namun itu adalah peluang besar baginya. Secara perlahan titik terang ia temukan atas hal-hal yang tidak ia ketahui sebelumnya.

Rubahnya, Osamunya. Pelitanya kini mulai menampakkan kemilau yang pernah hilang dalam hidupnya.

"Aah ini diluar kendaliku," ujarnya sembari menutup wajahnya dengan sebelah lengan. Menyembunyikan kerlingan mata dan senyum di bibirnya.

•°•

"Dua kotak, cukup?" Osamu menoleh. Melihat dua kotak bola-bola cokelat yang Kiyoomi sodorkan padanya.

Keduanya tengah berbelanja makanan ringan di sebuah mini market, setelah sebelumnya Kiyoomi menjemput Osamu di kedainya. Osamu mengiyakan ajakan Kiyoomi untuk menonton di apartemennya. Kiyoomi berkata bahwa ada salah satu film yang ingin ia tonton, namun tidak ada yang bisa menemaninya. Akhirnya karena merasa kasihan sekaligus sungkan untuk menolak, Osamu menerimanya dan disinilah mereka sekarang.

"Satu saja cukup, Kiyoomi-san," namun Kiyoomi tetaplah Kiyoomi. Dirinya meletakan dua kotak tersebut dalam keranjang lalu melangkah untuk mencari makanan ringan yang lain. Lalu untuk apa meminta pendapat? Sedangkan Osamu mengekor di belakangnya. Sesekali berhenti untuk melihat merk merk makanan ringan yang menarik perhatiannya.

trió̱n • sakuosa / sunaosa •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang