05 ; suna rintarou

745 116 8
                                    

Happy reading~

.
.
.

Pertandingan yang dinanti-nantikan akhirnya tiba, dan Osamu benar-benar datang untuk menonton. Rasa senang tidak bisa Kiyoomi bendung saat melihat orang yang dinantikan nya berada diantara puluhan penonton lain. Untung saja wajahnya masih tertutup masker, jika tidak, sudah bisa dipastikan penggemarnya akan berteriak melihat senyum Kiyoomi yang tersungging.

Disisi lain, Osamu datang berdua dengan Akaashi. Tidak benar-benar berdua sebenarnya, ada Tsukishima Kei, Yamaguchi Tadashi, dan mantan manager tim karasuno, Yachi Hitoka yang juga duduk bersama mereka. Tidak sengaja bertemu dan akhirnya memutuskan untuk bergabung. Untuk Osamu, ini menjadi kali pertama baginya menonton pertandingan voli kakaknya-sebenarnya Osamu malas mengakui, tapi untuk kali ini tidak masalah-secara langsung. Biasanya dia hanya akan menonton live di televisi ataupun tayangan ulangnya. Bukan karena Atsumu tidak mengajak, tapi Osamu yang memang tidak mau pergi. Sibuk katanya.

"Bagaimana rasanya datang ke pertandingan saudara kembarmu, Myaasam?"

Osamu menoleh saat pertanyaan terlontar dari pemuda disampingnya. "Ini pertama kali bagiku, dan wow, ternyata seperti ini rasanya menjadi penonton dipertandingan para pro," Jawabnya sambil tersenyum.

"Dulu, kukira aku akan melihatmu bermain voli di lapangan sana, entah di tim mana, saat aku pergi menonton pertandingan Bokuto-san,"

"Tapi ternyata aku berdiri di sampingmu sekarang, ikut menyaksikan permainan mereka."

Suara tawa terdengar diantara sorak-sorai penonton di sekeliling mereka, "Aku tidak terlalu tertarik dengan dunia olahraga, tidak seperti tsumu. Aku lebih suka makan, kau tahu."

Percakapan keduanya terpotong karena para pemain yang akan bertanding memasuki lapangan. Osamu dapat melihat dengan jelas saudara kembarnya, Miya Atsumu dan timnya, lalu Ushijima-san, dan tim-tim yang lain mulai berjalan masuk ke area lapangan. Lalu pandangannya mengarah pada satu titik. Disana, pemuda dengan Jersey kuning menjadi titik dimana Osamu memaku pandangannya. Tidak ada banyak perubahan, selain badannya yang terlihat lebih atletis. Lalu tanpa diduga, pandangan keduanya bertemu. Tatapannya masih sama, mata tajam yang dulu selalu menatapnya masih sama. Sekali lagi, tidak ada perubahan. Sadar dengan apa yang dipikirkannya, Osamu dengan segera mengalihkan tatapannya, dan justru bertemu pandang dengan saudara kembarnya, Miya Atsumu.

Lain halnya dengan Kiyoomi, pemuda itu hanya memusatkan perhatiannya pada Osamu, memastikan dia tetap disana atau tidak. Begitu katanya. Ada rasa penasaran saat melihat Osamu yang terdiam cukup lama sebenarnya, tapi mungkin Osamu hanya melihat tim-tim yang lain. Setidaknya Osamu menontonnya. Sangat positif, Kiyoomi.

Disisi lain, Suna Rintarou, pemuda yang menjadi perhatian Osamu, tidak mengalihkan perhatiannya. Tetap menatap pada satu objek, Miya Osamu. Tersenyum tipis saat melihat respon lucu pemuda itu, pikirnya pemuda yang menjadi adik kembar dari Miya Atsumu itu tetap terlihat menggemaskan sampai sekarang. Awalnya dia tidak yakin kalau yang dilihatnya benar-benar si kembar abu. Namun setelah melihat lebih jelas, pemuda diseberang sana memang benar Osamu. Entah apa yang Rintarou mimpikan semalam sampai bertemu dengan pemuda itu kembali setelah empat tahun tidak pernah bertatap muka. Keduanya benar-benar putus kontak setelah kelulusan. Tidak pernah sekalipun bertukar kabar ataupun bertemu di manapun. Rintarou kira Osamu pindah ke Osaka atau Hokkaido, karena mereka benar-benar tidak mengetahui kabar satu sama lain.

"Kau sakit?" Rintarou memutus pandangannya saat Komori bertanya padanya.

"Tidak. Aku sehat, sangat sehat malah." Komori yang mendapat jawaban Rintarou hanya menatap aneh kearahnya. Selama mengenal Suna Rintarou, Komori jarang melihat pemuda itu tersenyum seperti sekarang. Karena itu dia pikir pemuda Suna itu sedang sakit atau yang lebih seram, dia kesurupan hantu penunggu gym. Membayangkannya membuat Komori merinding sendiri.

•°•

Selama pertandingan berlangsung, Osamu lebih banyak diam. Memang pribadinya yang tenang dan tidak banyak tingkah sebenarnya, tapi tetap saja jika melihatnya akan merasa heran. Akaashi yang berada di sebelahnya menoleh saat merasa Osamu tetap diam tanpa ikut mendukung pemain disana.

"Kau baik-baik saja, Myaasam?"

Osamu menoleh saat Akaashi membuka suara. "Ya, aku baik-baik saja."

"Jika merasa tidak enak badan, bilang saja, nanti kita cari tempat duduk dibelakang." Osamu mengangguk menanggapi perkataan Akaashi. Lalu kembali mengalihkan perhatiannya kearah lapangan. Terhitung sudah dua pertandingan berakhir, pertandingan keempat adalah pertandingan terakhir kali ini. Osamu tidak begitu memperhatikan berlangsungnya pertandingan, tapi yang Osamu tahu pasti, tim Black Jackals berhasil masuk ke babak final.

Bisa dia lihat disana, Bokuto-san yang sedang melompat-lompat sambil melambaikan tangan kearahnya, atau mungkin Akaashi. Lalu Kiyoomi yang berdiri dibelakang sana dan menatapnya. Benar, menatap Osamu. Kali ini senyumnya lolos, tidak ada penghalang yang Kiyoomi gunakan. Dan benar saja, teriakan pengagum Black Jackals bersahutan sesaat setelah Kiyoomi melepas senyum tipisnya. Osamu yang melihatnya hanya terkekeh, sudah dapat dipastikan pengagumnya akan bertambah nanti. Sedangkan Atsumu, sudah pasti dia sedang melambai dan mengucapkan terimakasih pada para penggemar tanpa melunturkan senyum menawannya.

Setelah semua tim memberikan hormat dan terimakasih pada penggemar, satu persatu penonton dan tim yang telah bermain mulai meninggalkan arena lapangan. Begitu pula dengan Osamu dan Akaashi. Sebelumnya Akaashi berkata jika Bokuto-san mengajak mereka untuk masuk dan bergabung dengan yang lainnya, namun Osamu menolak dan mereka memutuskan untuk menunggu tim Black Jackals diluar gym. Lagipula mereka bukan bagian dari tim, walaupun Osamu adalah saudara dari Atsumu, tetap aneh jika dia ikut dalam meeting itu kan? Dan kalau dipikir-pikir, jika Osamu ikut masuk, peluang untuk bertemu dengan dia pasti lebih besar. Ditambah ada Atsumu juga disana. Membayangkannya saja Osamu sudah pening. Semoga, semoga saja mereka tidak bertemu.

"Samu?"

Dengan gerakan lambat, Osamu menoleh saat merasa namanya disebut. Dan boom. Demi Tuhan, baru saja doa dia panjatkan agar tidak ada pertemuan-setidaknya sekarang- dengan pemuda yang sejak tadi menjadi beban pikirannya, tapi mungkin memang Osamu tidak berjodoh dengan takdir. Pikirnya dengan menunggu diluar akan membuatnya tidak bertemu, namun justru dengan tidak adanya Atsumu di dekatnya lah yang membuat peluang pertemuan itu semakin besar. Di belakangnya, Suna Rintarou berdiri memandang ke arahnya. Lengkap dengan senyum tipis yang dulu menjadi favoritnya. Tolong jangan lagi.

Sret.

Tanpa aba-aba, tangannya ditarik dan pandangannya terhalang oleh punggung lebar seseorang.

"Mau apa kau?"

Pening langsung menyerang kepalanya saat mengenali suara di depannya. Atsumu, tidak salah lagi. Kesialan macam apa lagi ini?

TBC





Akhirnya si sipit keluar dari goa, bae bae ye pit.
Dan buat Osamu, yang tabah ya sayang :"

Chapter ini juga lebih pendek dari chapter sebelumnya deh, it's okay yang penting ada lanjutannya.

See u next chap^^

trió̱n • sakuosa / sunaosa •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang