🦖
Shila menyusuri koridor Sekolah dengan langkah yang terburu-buru. Ia harus mencari Sena, Gara, dan Juna. Sejak terakhir ia menemani Gathan bertemu Papanya, cowok itu tidak terlihat lagi selama 5 hari ini. Bahkan saat Shila mengunjungi rumahnya, hanya disambut oleh Bi Ijem. Wanita paruh baya itu menangis saat memberitahu kalau Gathan tidak pernah pulang.
Setiap hari juga ia tidak pernah absen untuk ke kelas Gathan, berharap pacarnya itu sudah masuk Sekolah kembali. Shila juga tidak lupa untuk mengunjungi makam Mamanya Gathan, tetapi ia tetap tidak ada di sana.
"Sena!" seru Shila memanggil. Yang dipanggil langsung menoleh. Sena baru saja keluar dari Kelasnya.
"Sen, lo enggak tau Gathan kemana?" tanya Shila. Wajahnya terlihat sangat lelah akibat bergadang selama beberapa hari ini.
Sena menggeleng. "Kita semua belum ada yang tau kabarnya Gathan, Shil. Dia sama sekali enggak bisa dihubungi."
Shila menghela napas. Lalu menyandarkan tubuhnya pada tembok kelas. Gathan benar-benar menghilang. Pikir Shila, Gathan pergi karena kecewa dengan Papanya. Tetapi, ia benar-benar khawatir. Takut kalau Gathan kenapa-kenapa tanpa sepengetahuan siapa pun.
"Sena?"
Suara berat itu berhasil membuat Sena dan Shila menoleh. Dipta, Papa Gathan sudah berdiri di hadapan mereka. Shila tersenyum kaku. Setelah Sena menyalami punggung tangan Dipta, dengan cepat Shila pun melakukannya.
Sorot mata Dipta terlihat begitu lelah. Sudah pasti orang tua itu kelelahan mencari keberadaan anaknya.
"Om? Gathan masih belum ada kabar?" tanya Sena.
Dipta menggeleng. Pria itu membuang napas berat. "Kalau kamu tau keberadaan Gathan, tolong ajak dia pulang, ya, Sen."
Sena mengangguk. "Pasti Om. Saya dan yang lain juga akan ikut mencari."
Dipta tersenyum, kemudian tangannya bergerak menepuk pelan pundak Sena. Tatapannya beralih menatap Shila yang berada disamping Sena.
"Kamu, yang namanya Shila?"
Shila mengangguk gugup. "Iya, Om. Ada apa, ya?"
Kali ini gantian, Dipta menepuk pelan pundak Shila. "Terima kasih, ya. Berkat kamu Gathan bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih sopan sama yang lebih tua darinya, walau sikapnya terhadap saya masih dingin."
Shila mengangguk dan tersenyum kaku. "Bukan karena saya Om, tapi karena Gathan sendiri."
Untuk kesekian kalinya, Dipta menghela napas. "Bi Ijem bilang, semenjak Gathan bawa kamu ke rumah, anak itu menjadi lebih sopan. Bahasanya juga menjadi tidak kasar."
Shila tersenyum. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Dia benar-benar kehilangan Gathan. Rasanya baru kemarin ia menghabiskan waktu bersama Gathan. Tetapi, hari ini semua terasa hilang. Gathan benar-benar menghilang.
Suara dering ponsel berbunyi. Dipta merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Ada telepon dari nomor yang tidak dikenalnya. Pria itu menggesel tombol hijau dilayar.
"Halo?"
'Halo, apa benar ini dengan Pak Dipta?'
"Iya saya sendiri. Ada apa ya?"
'Sebelumnya kami mohon maaf baru bisa mengabari Bapak. Kami dari Rumah Sakit Daerah Kabupaten Bogor. Anak Bapak yang bernama Gathan Pradipta sudah berada di ruang ICU selama 3 hari ini--'
"Kirimkan alamatnya sekarang juga!" seru Dipta, suaranya terdengar bergetar.
'Baik Pak, akan saya kirim alamatnya lewat teks.'
KAMU SEDANG MEMBACA
GATHAN
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT‼️ Dimohon untuk FOLLOW akun Aku dan tinggalkan jejak berupa vote dan komen‼️ • "𝙻𝚘 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚐𝚞𝚎 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚕𝚘!" -𝙰𝚜𝚑𝚒𝚕𝚊 𝙳𝚊𝚛𝚊. ...