Pagi ini, Shila menolak diantar Gathan sampai ke kelasnya. Jadi mereka berpisah sampai di koridor lantai dua.
"Shil!" Langkahnya berhenti saat mendengar namanya dipanggil. Ia segera menoleh, Alen dengan senyumnya kini berdiri di hadapannya.
"Gathan mana?"
"Ke kelasnya."
"Enggak nganter ke kelas?"
Shila menggeleng. Mereka kembali melanjutkan langkahnya. Kelas mereka memang sama-sama di lantai tiga.
"Pulang Sekolah, lo ada pergi gak sama Gathan?"
"Selalu, sih, Len. Kenapa emangnya?"
Sebelum Alen melanjutkan langkahnya, mereka sama-sama berhenti di depan pintu kelas Shila. Membuat beberapa pasang matanya menatap keduanya dengan heran.
"Nyokap gue nanyain lo Shil, katanya suruh ajak lo main."
Shila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kapan-kapan, deh, Len.."
"Oke. Gue ke kelas dulu, ya."
Setelah Alen pergi, Shila melanjutkan langkahnya memasuki kelas. Tentu saja ia mendapat tatapan ingin tahu dari Tania dan Olin. Sedangkan Tessa, ia menyibukkan diri agar tidak kepikiran apa yang telah ia lihat.
"Lo berangkat sama Alen?" tanya Tania sedikit berbisik.
Shila membulatkan matanya. "Ya enggak, lah!"
"Lagian, sih, lo, ngobrol sama Alen di depan Kelas. Lihat tuh, pada kepo."
Shila beranjak duduk. "Gak pa-pa, yang penting pacar gue tetap Gathan Pradipta."
"Cih"
"Lebay lo!" sahut Olin menimpali. "Eh, Shil, Bokapnya Gathan nikah kapan?"
"Dua minggu lagi."
"OMG. Punya Nyokap tiri dong.."
"Kenapa Lin? Lo mau juga jadi nyokap tirinya Gathan?" tanya Tania asal.
Olin mencubit lengan Tania dengan gemas. "Gak sama duda juga ya gue!"
Shila hanya tertawa mendengar keributan kedua sahabatnya itu. Baru saja ia mau menimpali, suara bell masuk sudah berbunyi. Mereka semua segera duduk di tempatnya masing-masing.
*
"Than, Bokap nikah dua minggu lagi kan ya?"
Gathan mengangguk ketika mendengar bisikan Sena. Bu Isma sedang mencatat tugas-tugas yang harus mereka kumpulkan minggu depan.
"Than, pas Bokap lo nikah, gue minta sovenir ipad bisa gak? Bokap lo kan kaya raya." Kali ini Gara yang mengambil kesempatan untuk ngobrol.
Pertanyaan Gara mampu membuat Gathan menoleh dan reflek bersuara, "MATAMU!"
Bu Isma yang hampir selesai mencatat, menoleh ke arah Gathan. Beberapa teman sekelasnya pun ikut menoleh. "Ada apa Gathan?"
Raut wajah Gathan seketika berubah. "Gara bu ganggu saya terus."
"Gara! Catatan kamu sudah selesai belum?"
Gara menyentil punggung Gathan. "Belum bu."
"Catat, Gara!"
"Siap gerak!"
Seketika isi kelas tertawa pelan, beberapa pun menahan tawa melihat Gara dimarahin.
*
Bel istirahat dibunyikan, Gathan bersama ketiga sahabatnya itu langsung berhambur keluar kelas.
"Jemput Tuan Putri dulu?"
Gathan mengangguk sebagai jawaban. Lalu mereka berpisah di koridor lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
GATHAN
Teen FictionSEBAGIAN PART DI PRIVAT‼️ Dimohon untuk FOLLOW akun Aku dan tinggalkan jejak berupa vote dan komen‼️ • "𝙻𝚘 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚝𝚊𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚠𝚊𝚋 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚐𝚞𝚎 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚕𝚘!" -𝙰𝚜𝚑𝚒𝚕𝚊 𝙳𝚊𝚛𝚊. ...