PART 3. PECAHAN KACA

9 1 0
                                    

Happy reading💚

"BULAN!!" Pekikan itu berhasil membuat bulan mendongak, dengan langkah tergesa-gesa ia berjalan melewati ruang tamu, menuju lantai atas. Dimana kamar para kakaknya serta kamarnya berada.

Ia sedang berada di pinggir kolam renang milik keluarganya yang berada di rumahnya.

Bulan memasuki kamar awan, kakak kedua bulan sekaligus kembar dari bintang dengan cepat.

"K-kenapa kak?" Tanya bulan dengan gugup.

Awan menoleh, sembari melempari bulan buku tulis yang langsung di tangkap oleh bulan.

"Kerjain PR gue. Inget, jangan sampai ada yang salah," ucap awan dengan enteng yang di balas anggukan bulan dengan cepat.

"Keluar sana," usir awan pada bulan yang langsung di lakukannya.

Bulan berjalan memasuki kamarnya, meski kamarnya tidak sebesar kamar para kakaknya tetap saja bulan bersyukur karena ayahnya masih mengizinkannya untuk tinggal seatap dengannya.

Bulan melatakkan buku awan di atas meja belajar kecilnya, meja belajar ini sudah ia gunakan sejak kecil.

Saat itu ayahnya yang membeli dengan syarat agar bulan mendapat peringkat pertama selama empat tahun berturut-turut.

Kala itu ia benar-benar bahagia saat ayahnya benar-benar mengambulkan permintaannya. Permintaan pertama dan terakhir yang ayahnya kabulkan sampai detik ini.

Bulan tersenyum mengingat masa itu, meski ia sudah mengalami kekerasan sejak kecil tetap saja ia akan berbakti pada keluarga yang membesarkannya.

Bulan membuka buku awan, perlahan tangannya bergerak menjawab soal-soal fisika yang tertulis di buku itu.

Memiliki otak cerdas mungkin sebuah anugrah untuk bulan dari tuhan. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, nilai bulan sama sekali tidak pernah turun dari angka 90-an. Bahkan nilai terendahnya adalah 90,4.

Namun, meski memiliki otak yang cerdas bulan tetap saja tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari anggota keluarganya. Terlebih dari ayahnya.

Bahkan biaya untuk belanja saat disekolah harus bulan cari dengan cara bekerja sebagai pengantar kue dan koran.

Belum lagi, ia harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan kolam renang, mencuci baju, mencuci piring, dan membersihkan setiap ruangan yang ada dalam rumah, kecuali kamar ayah dan bunda pelangi tentunya.

Untuk memasak ia sesekali membantu bunda pelangi, dan akan menggantikan posisi memasak bunda pelangi saat bunda pelangi tidak ada di rumah.

Tidak terasa sudah hampir setengah jam bulan berkutat dengan tugas awan, matanya melirik alarm yang menampilkan pukul setengah sembilan malam.

Sisa satu soal lagi. Meski pelajaran yang bulan hadapi adalah soal kelas 12, tetap saja ia mampu menjawab soal-soal itu dengan cepat dan mudah.

Sudah terhitung ada enam nomor yang ia jawab, tersisa satu nomor lagi agar bisa menyelesaikan soal ini.

Tangan bulan bergerak mahir menulis rumus fisika yang ia tau tanpa melihat buku.

"Selesai," seru bulan dengan senang.

Ia menutup buku awan, lalu berdiri dari kursi. Melangkah keluar dari kamar menuju kamar awan kembali.

Setelah mengetuk pintu dan mendengar suara yang mengizinkannya masuk, ia kembali melangkah.

"Kak awan, ini bukunya. Bulan udah ngerjai tugas kak awan," ujar bulan menatap awan yang sedang rebahan di atas ranjang dengan tangan yang sibuk bermain game online.

Strong girl, moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang