PART 9. TOLONG HARGAI AKU

8 1 0
                                    

Happy reading💚

Bulan duduk di kursi taman belakang sekolah dengan mulut yang di penuhi roti, karena menolak ajakan Anggi ia malah di beri roti oleh gadis itu sebelum berlalu ke kantin.

Kunyahan terakhir berhasil Bulan telan, ia terbatuk sebentar merasakan tenggerokannya yang mulai sakit karena makan terburu-buru.

Sodoran air botol yang berada di hadapannya membuat Bulan menerimanya dengan cepat tanpa mendongak untuk melihat siapa gerangan orang baik yang menolongnya kali ini.

"Makasih," Bulan mendongak lalu tersenyum lebar, "eh? Ghea?" Bulan bangkit dari duduknya memandang Ghea bingung.

Tanpa mengucapkan sepatah kata Ghea melangkah menuju pinggiran danau kecil, lalu duduk dengan tenang sembali memasang aerphone-nya.

Seperti biasa, Bulan menghela nafas merasa diabaikan oleh Ghea. Dengan langkah yang sedikit ragu ia mendekati Ghea, lalu duduk di samping gadis itu.

Melihat Ghea yang memejamkan matanya membuat Bulan ikut melakukan hal yang sama.

Bulan menarik nafas pelan, ikut larut menikmati suasana yang tenang. Bibir Bulan melengkung keatas, pertanda ia tengah tersenyum.

Rasanya...damai.

Beban Bulan terasa ringan untuk beberapa saat. Kenapa baru hari ini Bulan tau cara menenangkan dirinya dari segala masalah yang datang di kehidupannya?.

Setetes air mata turun membasahi pipi Bulan, Apa Bundanya merasakan hal yang sama? Apa Bundanya juga merasa damai seperti yang ia rasakan saat ini?.

Bunda...Bulan rindu...

"Ekhm."

Bulan tersentak kaget, dengan gugup ia menoleh kearah Ghea yang berada di sampingnya, memandang dirinya dengan sorot mata bingung.

"Lo nangis?" Tanya Ghea to the point.

"A-apa? Aku gak nangis," Bulan mengusap pipinya yang basah, "a-aku cuman...."

Ghea mengangkat salah satu alisnya menunggu ucapan selanjutnya dari Bulan, "a-aku...aku cuman rindu..sama Bunda..." ungkap Bulan jujur.

Sedangkan Ghea untuk beberapa saat terdiam, sebelum akhirnya mengeluarkan sapu tangannya dari saku bajunya.

"Gak usah nangis, percuma..lo gak bakal ketemu untuk ngobatin rindu lo. Anggap aja ini salah satu cobaan dari Tuhan buat lo," kata Ghea tanpa menatap Bulan.

Sedangkan Bulan ia terdiam menatap wajah Ghea lama, sebelum akhirnya menunduk menyembunyikan senyum tipisnya.

"Makasih ya, Ghea! Walaupun ucapan kamu agak nyakitin, tapi aku paham kok pesan singkat dari ucapan kamu yang ngajarin aku untuk berusaha kuat dan menerima takdir Tuhan. Aku harap, aku bisa menjadi pribadi yang seperti itu."

Ghea menoleh secara perhalan, menatap sorot wajah Bulan yang nampak tersenyum, sesekali mengusap pipinya yang basah dengan sapu tangan miliknya.

Bulan berdiri dari duduknya, "kalo gitu aku pamit ke kelas ya, soalnya mau nyiapin buku Langit."

"Kita bisa bicara lagi nanti, oh iya! Satu lagi, aku bakal kembaliin sapu tangan kamu ini besok." Lanjut Bulan.

Setelah itu Bulan melangkah meninggal Ghea yang terdiam, bingung sendiri.

***

Bulan masuk kedalam rumah dengan riang, matanya menyapu seisi rumah yang nampak sepi. Bahkan lampu ruangan banyak yang mati, itu artinya baru dirinya yang tiba di rumah ini.

Strong girl, moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang