☆BAGIAN 4☆

597 30 0
                                    

Vano berjalan lesu memasuki kelasnya dengan Hoodie bergambar rubah melekat di tubuhnya, entahlah pagi ini tubuhnya sedikit hangat dan juga kepalanya sedikit pusing mungkin saja ini efek menangis sepanjang malam.

Sepanjang malam Vano menangis di atas kasur sambil memeluk foto sang bunda.

"Pagi Vano!" sapa Cia saat melihat Vano memasuki kelas, satu keanehan yang Cia lihat pada remaja laki-laki itu. Matanya yang sedikit sembab.

"Pagi juga Cia. Cia tolong bangunin Vano ya kalau guru udah datang, kepala Vano pusing, jadi Vano mau tidur dulu," ujarnya dan mendapatkan jempol gadis itu.

Selang 15 menit, Frasia datang bersama Frans, Aia, Arkana dan juga Echa.

"WOI SELAMAT PAG-"

Cia membekap mulut lebar Echa yang belum menyelesaikan ucapannya. Cia takut teriakan Echa mengganggu tidur Vano.

"Jangan ribut, Echa. Vano baru tidur soalnya," semuanya menatap wajah tenang Vano yang tertidur dengan lipatan tangan menjadi bantalan kepalanya.

"Bawa dia ke uks."

Frans bingung saat Frasia menyuruhnya membawa Vano ke uks, tapi tanpa menunggu saudara kembarnya mengulang ucapannya, Frans langsung mengangkat tubuh ringan Vano ke arah uks di susul Frasia dibelakangnya.

"Ini badan terbuat dari apa sih kok ringan banget kek kapas."

Frans meletakkan tubuh Vano di atas ranjang di uks itu dan menarik selimut sebatas dadanya. Tangan Frasia di tarik sedikit menjauh dari Vano dengan pundak gadis itu di pegang erat.

"Jadi selama ini dia yang namanya Vano? Jangan bilang kamu terima tawaran itu demi lunasi utang papa?"

Frasia tersenyum dan melepaskan cengkraman tangan Frans di pundaknya, "Tanpa aku bilang jawabannya pun pasti abang udah tau jawabannya dari wajah aku. Abang gak usah takut, aku ngelakuin ini semua demi papa, aku gak mau papa menanggung beban disana, aku cuman pengen papa beristirahat tenang tanpa ada beban yang dia tanggung."

Frans tidak habis pikir dengan apa yang Frasia lakukan saat ini, hanya karena utang saja ia rela melakukan hal itu.

"Kontraknya udah mau habis kok jadi abang gak usa khawatir, bulan depan kontraknya udah habis dan aku udah gak punya hubungan lagi sama dia."

"Vano tau gak tentang kontrak ini?" Frasia menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Frans, "Perjanjian di kontrak itu Vano gak boleh tau masalah ini, aku cuman lakuin apa yang udah tertera di kontrak."

"Astaga..."

🍼🍼🍼

Vano bangun dari tidurnya, tapi rasa sakit di kepalanya kembali datang. Vano begitu benci saat rasa sakit ini datang di waktu yang sangat tidak tepat.

"Sakit..."

"Bunda, kepala adek sakit..."

"Bunda tolong..."

Vano mencengkram erat rambutnya, tubuhnya tidak begitu tenang di atas ranjang ini, rasa sakit itu mendominasi sepenuhnya, bahkan beberapa helai rambutnya rontok.

"Vano anak kuat, anak bunda yang paling kuat."

"Vano anak kuat, anak bunda yang paling kuat."

"Vano anak kuat, anak bunda yang paling kuat."

Kalimat itu terngiang-ngiang di telinganya dan dengan ajaibnya rasa  sakit di kepalanya perlahan mereda bersamaan dengan matanya kembali terpejam.

Baby nono [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang