☆BAGIAN 11☆

377 29 5
                                    

Kila. Gadis kecil itu tak hentinya bersorak senang setelah mendengar dari Ibu Ema jika Vano akan berkunjung ke panti hari ini. Dari pagi-pagi sekali Kila sudah bangun bersama anak panti lainnya dan membersihkan kamar mereka masing-masing. Kila juga sudah mandi dan memakai baju baru yang dibelikan Ibu Ema kemarin, ia akan memberitahu Vano hal itu.

Kila duduk di teras panti dengan gantungan kunci rubah pemberian Vano di pegangnya. Setiap malam juga Kila mengajak gantungan kunci itu berbicara, apakah Vano akan menuruti janjinya untuk mengunjunginya? Apakah Vano akan datang?

Bunyi klakson mobil mengalihkan perhatian Kila. Di depan pagar sana, mobil hitam berhenti dengan seorang remaja dengan kardigan putihnya turun dari mobil dengan beberapa peperbag di bawahnya.

"KAKAK PANO!!"

"YEY KAKAK PANO DATANG!"

"TEMEN-TEMEN LIHAT KAKAK PANO DATANG!"

"YEY KAKAK PANO BENERAN DATANG!"

"HOREE, KAK PANO DATANG."

Semua anak panti melompat-lompat kegirangan melihat Vano yang berjalan masuk di area panti dengan pak Adi juga ikut di belakangnya. Kila sangking bahagianya melihat kedatangan Vano, ia sampai menangis sambil tersenyum-senyum. Sebesar itu kah rasa rindunya kepada Vano?

Sedangkan Vano juga tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya melihat antusias anak-anak panti melihat kedatangannya.

Ia meletakkan beberapa peperbag di samping kursi kemudian merentangkan tangannya, anak-anak panti semuanya berlari ke pelukan hangat itu. Mereka semua tidak pernah merasakan bagaimana rasanya pelukan hangat kedua orang tua, sekarang yang mereka tahu hanyalah rasa hangat pelukan yang diberikan Vano setiap mengunjungi mereka.

"Kami rindu banget sama kakak!"

"Iya betul, kami rindu banget sama kakak!"

"Kakak juga rindu banget sama kalian semua." Vano melepaskan pelukannya dan mencium jidat masing-masing anak panti.

Setelah drama melepas rindu di depan pintu, semuanya masuk kedalam panti dan duduk rapi di depan ruang tamu untuk menerima hadiah yang di bawah Vano untuk mereka.

"Kalian semua jangan bertengkar ya, kakak mau ke atas dulu ketemu sama ibu," semuanya mengangguk patuh.

Vano menaiki lantai dua dimana kamar Ibu Ema berada. Vano mengetuk pintu kamar itu sebelum masuk kedalamnya.

"Ibu..."

Ibu Ema menolehkan kepalanya melihat Vano yang berjalan ke arahnya dengan senyuman manisnya. Ibu Ema terlalu sibuk di kamarnya sampai-sampai tidak mendengar teriakan anak-anak saat Vano datang.

"Kamu kapan datangnya nak? Astaga maaf, ibu gak denger."

"Aku baru datang kok bu. Aku gak liat ibu sama anak-anak di bawah jadi aku samperin aja kesini."

Ibu Ema mengangguk sembari mengelus rambut Vano. Ia di buat terkejut melihat tangannya terdapat beberapa helai rambut Vano yang rontok.

"Nak, kamu-"

"Dia siapa bu?"

Vano memotong ucapan ibu Ema saat melihat seorang bayi tertidur pulas di atas kasur. Bayi itu sepertinya sudah berusia 8 bulan, hal itu dapat Vano lihat dari besar tubuh bayi itu.

Vano duduk di sisi kasur memandang wajah menggemaskan bayi itu. Pipinya begitu bulat, bulu matanya begitu lentik dan jangan lupakan alisnya yang sedikit tebal.

"Ini bayinya siapa, bu?" Tanya Vano lagi.

Ibu Ema tersadar dari lamunannya setelah mendengar pertanyaan Vano, ia terlalu larut memikirkan rambut rontok Vano tadi sampai-sampai ia mengabaikan pertanyaan anak itu.

Baby nono [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang