☆BAGIAN 6☆

564 32 2
                                    

Ulang tahun sekolah sebentar lagi diadakan yang dimana anak-anak osis harus turun tangan langsung untuk kelancaran acara tersebut, hal itu juga di lakukan oleh Vano yang dimana ia memegang jabatan tinggi sebagai ketua osis yang bisa dibilang tugasnya paling banyak beberapa hari belakangan ini.

Vano pergi ke sekolah pagi-pagi buta untuk mengecek tugas-tugas anak-anak osis lainnya dan beberapa tugasnya juga, ia akan pulang tepat pukul 8 malam karena harus rapat terlebih dahulu. Hal itu sudah ia lakukan selama seminggu terakhir.

Tenaganya seperti terkuras habis demi kelancaran acara besar ini, belum lagi tugas-tugas sekolahnya yang belum sempat ia kerjakan, sepulang sekolah ia selalu begadang untuk mengerjakan tugas sekolahnya.

Frasia, Frans dan lainnya sudah menawarkan diri untuk membantu anak itu untuk mengerjakan tugasnya, tapi lagi-lagi Vano menolak dengan alasan tidak ingin merepotkan mereka dan ia ingin mandiri.

Jam menunjukkan pukul setengah 8 malam yang dimana rapat telah selesai 30 menit yang lalu. Vano memejamkan matanya sembari menyandarkan punggungnya di kursi menunggu rasa lelahnya sedikit berkurang.

"Vano capek banget..."

Matanya membulat kaget saat sesuatu mengalir dari hidungnya dan jatuh membasahi seragam Putih abunya

Darah.

Buru-buru Vano berlari ke kamar mandi untuk membersihkan hidungnya yang tak henti mengeluarkan darah, untuknya selang 10 menit darah itu berhenti mengalir.

Ia memandang wajahnya di depan cermin wastafel. Wajahnya terlihat begitu pucat dengan kantong mata yang tercetak jelas disana, lagi lagi Vano hanya bisa tersenyum menatap pantulan wajahnya yang sedikit kacau.

Darah dari hidungnya kembali keluar yang dimana lebih banyak dari sebelumnya, buru-buru Vano mencuci hidungnya yang tak berhenti mengeluarkan darah, air yang mengalir di wastafel berubah menjadi merah akibat darah Vano yang masih keluar tiada henti.

Akhir-akhir ini Vano memang sering mimisan, tapi baru kali ini ia mimisan dua kali dalam sehari dan darah yang keluar cukup banyak, bagai di tusuk benda tajam rasa sakit di kepalanya muncul kembali, sakit kepalanya ini selalu saja datang di waktu yang sangat tidak tepat.

"Akh sakit..."

"Vano astaga kami kenapa?!"

Echa yang datang dari arah luar menatap nanar Vano yang tidak dapat menahan beban badannya, untung saja gadis itu datang sedikit cepat dan menahan tubuh Vano.

"Cha... Obat..."

"Obat..."

Echa mendudukkan Vano di depan kamar mandi dan berlari secepat kilat mencari obat yang Vano maksud. 1 botol obat Echa temukan dan memberikannya ke Vano.

Tak tanggung-tanggung Vano langsung meminum 3 pil obat sekaligus tanpa meneguk air, yang di pikirannya saat ini hanyalah bagaimana caranya agar rasa sakit kepalanya menghilang.

"Bunda tolong adek..."

Echa mengambil beberapa lembar tisu dari dalamnya tasnya dan membersihkan sisa darah disekitar hidung dan mulut Vano.

Vano membuka matanya menatap sendu Echa yang berada di hadapannya dengan pandangan sendu.

"Echa, sakit, kepala Vano sakit..."

Echa juga bingung harus melakukan apa saat ini, ia masih sedikit syok melihat beberapa menit yang lalu. Echa kembali ke ruangan osis karena melupakan beberapa map untuk kepentingan proposal nantinya, tapi yang ia dapat adalah Vano yang hampir limbung di depan wastafel.

Baby nono [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang