☆BAGIAN 13☆

367 33 7
                                    

Hari ini adalah hari yang Vano tunggu-tunggu setelah dua minggu lebih di rawat di rumah sakit, hari ini ia sudah diperbolehkan kesekolah walaupun awalnya dilarang oleh bibi Ami dan pak Adi, tapi keduanya tak ada yang tahan mendengar rengekan dari Vano jadi mau tak mau keduanya mengiyakan saja dengan syarat Vano harus bersama dengan Echa kemanapun ia pergi.

"Adek yang rajin ya belajarnya, jangan lupa obatnya di minum, bekelnya juga di makan ya."

"Bapak gak usah khawatir sama adek, adek bakal belajar yang rajin, obatnya juga bakal adek minum dan bekelnya bakal adek habisin kok."

"Bapak hati-hati ya bawa mobilnya kalau gitu adek masuk ya."

Pak Adi membalas lambaian tangan Vano sebelum melajukan mobilnya meninggalkan gerbang sekolah.

Vano berjalan santai memasuki gerbang sekolah bersama beberapa siswa-siswi lainnya, teriakan seseorang dari arah belakang memanggil namanya membuat Vano menghentikan langkahnya, tapi belum sempat ia berbalik tangannya sudah di tarik lebih dulu hingga Vano jatuh tersungkur bersama seseorang yang menariknya tadi.

"Lo gapapa, no?"

Vano bukannya menjawab melainkan menatap motor gede yang melaju ke arah parkiran dengan seorang gadis di boncengnya. Vani sangat yakin yang membonceng Frasia itu bukanlah Frans dari postur tubuhnya saja jauh berbeda.

"Frasia?"

"Vano!"

"VANO!!"

"Eh kenapa-kenapa?" Vano mengalihkan perhatian ke arah Kirey yang disampingnya. Ya, yang menolongnya tadi adalah Kirey.

"Kamu gapapa kan? Ada yang luka gak?"

"Aku gak papa kok, Rey." Kirey membantu Vano berdiri dan keduanya berjalan beriringan ke arah kelas yang berada di lantai dua.

Sepanjang jalan ke arah kelas Vano tak hentinya mendengar gosip-gosip dari siswa-siswi yang mereka lewati, samar-samar juga Vano mendengar nama Frasia di ucapkan keduanya.

"Rey, aku mau ke toilet, kamu gapapa kan ke kelas duluan?" Kirey mengangguk dan menaiki tangga menuju kelas meninggalkan Vano yang memandang bingung beberapa siswa yang memandangnya sedih, sebenarnya apa yang terjadi selama ia di rawat di rumah sakit.

Setelah dari kamar mandi, Vano menyempatkan ke kantin terlebih dahulu membeli beberapa cemilan yang akan di makannya saat jam istirahat sebentar, jadi ia tak perlu berjalan jauh lagi untuk membelinya.

"Kalian udah liat gak postingan terbaru di Instagram Alve? Gue kaget banget pas liat postingannya."

"Iya-iya gue liat, dia abis dinner kan semalam sama Frasia? Katanya mereka udah jadian ya."

"Iya mereka udah jadian 5 hari yang lalu."

"Lah bukannya Frasia jadian sama Vano ketua osis itu?"

Postingan Instagram?

Dinner?

Jadian?

Vano buru-buru membayar belanjaannya kemudian pergi meninggalkan kantin, sepanjang jalan Vano tak henti-hentinya mendengar bisikan-bisikan dari siswa-siswi yang di lewatinya.

Vano tak melihat sekitarnya sampai-sampai ia tak sengaja menabrak siswa hingga buku dibawa oleh siswa tersebut jatuh berhamburan.

"Lo kalau jalan tuh pake mata dong!"

Melihat siapa yang di tabrak nya tadi membuat emosi Vano memuncak.

"Yang aku tau orang kalau jalan tuh pakek kaki bukan pakek mata, emang kamu jalan pakai mata kaki?" Sinis Vano. Bahkan dengan tak pedulinya Vano meninggalkan siswa tersebut dengan beberapa bukunya yang berserakan, tanpa ada niatnya sedikit pun untuk membantu.

"Vano sialan!"

Kondisi kelas yang tadinya ribut mendadak hening saat Vano memasuki kelas dan duduk di bangkunya. Vano sendiri tak mempermasalahkan hal itu, ia memilih menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya.

Jujur saja kepalanya sedikit berdenyut setelah dari kantin tadi, kepalanya menghadap ke kiri dengan posisi yang masih sama. Di sela lipatan tangannya ia melihat Frasia di bangku seberang tengah memainkan handphonenya sambil tersenyum.

"Senang melihatmu tersenyum seperti itu."

Setelahnya Vano memilih tidur sejenak, ia tak bisa fokus belajar jika kepalanya sakit.

🍼🍼🍼

Echa membantu menyiapkan beberapa butir obat yang akan Vano minum selepas anak itu memakan habis bekalnya.

Keduanya kini berada di ruangan osis. Echa sengaja mengajak Vano untuk istirahat dan memakan bekalnya di ruangan osis saja, alasannya karena Echa tak mau jika Vano terus saja mendengar gosip-gosip yang beredar.

"Bekalnya udah habis kan? Sekarang minum obat ya."

Vano menghembuskan nafasnya pasrah melihat tiga butir obat di telapak tangannya dan masih ada tiga butir lainnya di telapak tangan Echa, jadi ada enam butir obat yang harus diminumnya saat ini dan setiap harinya Vano harus meminum obat itu semua.

Setelah meminum habis semua obatnya, Vano menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan memejamkan matanya sejenak dan Echa membereskan bekas makannya dan juga Vano.

"Apa benar Frasia jadian dengan kakak kelas yang namanya Alve itu, Cha?"

Echa menoleh menatap Vano sejenak dan kembali melanjutkan bersih-bersihnya.

"Jawab aja yang jujur. Aku gapapa kok kalau emang gosip itu benar."

Echa menarik salah satu kursi dan duduk di hadapan Vano setelah ia mencuci tangannya.

"Kalau emang gosip itu benar adanya, apa yang akan kamu lakuin?" tanya Echa hati-hati.

"Menjauh."

🍼🍼🍼

atapan teduhnya tak pernah lepas dari remaja yang terbaring tenang dengan masker oksigen di pakainya.

"Adek boleh tidur, tapi gak boleh nangis dalam tidur seperti ini."

"Sakit banget ya dek sampai-sampai nangis gitu."

Tak henti juga jemarinya mengusap buliran bening yang keluar dari sudut mata si manis, walaupun dalam keadaan tak sadar, tapi sudut mata indah itu tak hentinya mengeluarkan air matanya.

Mata indah itu perlahan terbuka walaupun masih samar-samar, tapi dapat ia lihat seorang remaja tengah duduk di samping ranjang pesakitan nya sambil tersenyum padanya.

"Ada aku disini, adek tidur lagi ya."

Matanya kembali terpejam menikmati usapan lembut di kepalanya.

"Kesayangannya kakak cepat sembuh ya."

Vano terbangun dari tidurnya setelah mimpi itu kembali datang. Mimpi itu sama persis dengan apa yang di alaminya selama di rawat di rumah sakit.

"Dia siapa? Kenapa wajahnya sangat mirip dengan ku?"

Selama Vano di rawat di rumah sakit setiap malam ia merasakan seseorang masuk kedalam ruangan rawatnya, tapi ia sama sekali tidak mengetahui sama orang itu. Setiap malam yang Vano rasakan hanyalah usapan, kata-kata penenang dan ciuman di keningnya setelah itu orang tersebut akan pergi meninggalkannya. Vano tak bisa membuka matanya untuk melihat siapa orang tersebut.

Di dalam mimpinya orang yang berada di sampingnya memiliki wajah yang sangat persis dengannya, bukan hanya sekali Vano bermimpi seperti ini, ia sudah mendapatkan mimpi yang sama selama tiga malam berturut-turut.

"Apa aku punya saudara kembar?"











SUDAH DI REVISI.

Beberapa alur di telah di ubah demi kenyamanan pembaca.

Wajib memberi vote setelah membaca!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baby nono [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang