Jangan lupa vote dan komen
Follow juga jangan lupa
Aku menghela nafas ku lelah. Ujian tengah semester akan di mulai seminggu lagi awalnya aku jelas santai saja mengingat aku sudah berkali-kali memasuki masa SMA jadi sudah seharusnya aku tidak perlu khawatir. Jadi selama ini aku hanya fokus bekerja menghasilkan uang dan menghabiskan waktu bermain karena Arka dan yang lainnya selalu mengunjungi tempat ku. Dan bermain game bersama Cakra terkadang ketika aku sedang luang.
Namun ternyata jarak waktu yang lama dari kehidupan ketigaku sampai sekarang cukup lama membuat materi sekolah banyak sekali yang terlupakan. Apalagi ketika bekerja kami hanya menggunakan skill yang di butuhkan saat bekerja saja bukannya materi dasar seperti sekarang.
"...gimana dong ini de? Gak bisa selamat ya gue di UTS ini?" Kali ini Dea menginap di rumah ku bersama kayra dan Vera tentunya. Dea memperhatikan kertas ulangan harian ku dengan seksama.
"Wah.. gue dah nyangka si dari dulu klo lo bego tapi gak nyangka nilai lo segila ini,"ucap Dea menohok.
"Eh gak separah itulah... Lo kok ngomong nya kebangetan si?" Kayra berusaha membela ku.
"Liat sendiri deh." Dea menulurkan kertas ulangan ku dan langsung disambut oleh Kayra.
"Em...kali ini gue sependapat ama Dea si..." Vera menimpali.
"Hehehe..." Aku tertawa hambar menanggapi nya.
"Oke! Seminggu ini kita belajar bareng pasti masih bisa kekejar kok." Kayra menyemangati ku.
"Aw... Tengkyu Kay!"
.
.
.
.
Lagi-lagi Arka ikut dalam rencana belajar kami. Memang sejujurnya selama di sekolah hampir setiap rencana bermain kami di sertai Arka dan sahabatnya.
"Ish... Kok yang ikut belajar bareng sampe berdelapan si?? Ka Arka juga ngapain ikut belajar?? Kaka kan dah pinter?" Aku melirik Arka sinis sembari bertanya dengan nada ketus.
"Ga papa ih clar... Lagian kata kakel tuh soal ujian nya banyak yg sama persis sama tahun-tahun sebelumnya katanya guru-guru pada males bikin soal jadi soalnya banyak yang di daur ulang doang," ucap Kayra. Padahal aku sedang bertanya pada Arka.
Yah... Mau bagaimana lagi sudah terlanjur di sini lebih baik manfaatkan saja Arka dia kan tokoh utama pintar yang sebenarnya udah gak butuh kuliah lagi dan langsung jadi pewaris di perusahaannya pun bisa. Diceritakan di novel yang aku baca dulu kalau Arka itu bahkan sudah sering ikut rapat perusahaan atau mengerjakan proyek pekerjaan yang dipercayakan oleh ayahnya. Memang namanya juga tokoh utama pasti punya yang namanya kemampuan bisnis dan nantinya jari CEO ternama.
Karena itu kami mulai belajar bersama tentunya yang belajar sebenernya cuma aku, Kayra, Vera dan Dea mengingat rencana awalnya hanya kami yang belajar bersama terkadang putra ikut walaupun hanya untuk menjahili Kayra. Sepertinya ada sesuatu di antara mereka. Terkadang Arka ikut mengajariku sementara Malik ataupun Arzan hanya duduk melihat terkadang pergi mengelilingi rumahku entah untuk apa.
Semenjak sejam yang lalu akhirnya anak-anak lain pulang karena sudah menjelang malam dan mereka tidak diijinkan untuk menginap kalau bukan weekend. Hanya tersisa Arka saja yang sedari tadi masih mengajariku sementara dua sahabatnya sudah pergi terlebih dahulu entah kemana.
"Hah?? Caranya begini doang? Ishh sumpah deh ka, Lo klo ngajarin simple banget emang si... Ketos pinter kita mah serba bisa,"ucap ku sembari memberikan jempol ke arahnya.
"Biasa aja." Arka mengalihkan pandangannya ke arah lain. Telinganya memerah sekali setelah ku puji tadi. Aku Memang sering baca di novel kalau tokoh novel sedang malu telinganya pasti memerah seperti Arka sekarang. Tapi tetap saja aku kaget kalau hal itu benar-benar terjadi di hadapanku.
"Eh, udah jam segini aja. Ka, mau makan malam apa?"ucap ku mengalihkan pembicaraan.
"Lo mau masak?"
"Kalo lo gak keberatan nyobain masakan gue sih gak masalah,"
"Ya udah masakin kalo gitu." Arka tersenyum lebar.
"Gue gak tanggung jawab ya kalo gak enak,"
Aku memang belum pernah mencoba memasak semenjak menjadi Clara. Jujur saja ini kali pertama aku memasak untuk orang lain.
Dulu walau aku sering berkencan hubungan kami jarang sekali awet. Entah cowo ku yang selingkuh atau aku meninggalkannya terlebih dahulu. Entah kutukan atau apa hidupku gak lama-lama amat dulu.
Membuatku yang di kehidupan ketiga meremehkan tentang kematian ketika tau akan hidup lagi. Aku jadi bosan interaksi antara orang lain karena kita akan berpisah membuatku tak ingin merasa kehilangan.
Aku selesai memasak dengan bahan seadanya. Aku menata masakanku dengan rapi lalu mempersilahkan Arka untuk menyicipinya. Jujur saja aku gugup apalagi ini pertama kalinya orang lain mencoba masakanku.
"Gimana?" tanyaku penasaran.
"Enak, lo sering masak sendiri?"
"Iya," di kehidupan sebelumnya sih.
"Pertama kalinya nih ada yang nyobain masakan gue. Terharu kan lo?" Aku menyombongkan diri.
"Iya, makasih princess udah dikasih kehormatan buat jadi kelinci percobaan."
"Hahaha..."
Ada yang bilang klau berbagi itu indah. Sekarang aku percaya kata-kata itu. Bagi aku yang takut terbuka biar gak tersakiti pas berpisah sebenernya semenjak ngabisin waktu sama mereka dan juga Arka aku gak pernah ngerasa bosen atau kesepian. Bener gak sih keputusan buat temenan sama mereka? Lagi-lagi aku ragu, takut kalau alur novelnya bener-bener bakal berjalan sesuai novel. Aku gak siap entah karena apa.
.
.
.
.
Setelah makan bareng Clara, Arka pulang setelah beres-beres. Tapi kali ini Arka harus ke markas gengnya dulu sebelum pulang ke rumah. Banyak hal yang perlu diurus.
Arka gak bisa menahan diri buat gak senyum apalagi habis dimasakin Ama gebetannya buat Arka berandai-andai kalau nanti mereka jadi suami istri. Ketua geng dingin yang senyum-senyum sendiri bikin anak buah nya takut sendirian. Sementara sahabat Arka udah panik kalau Arka kesurupan.
Sehabis menata pikiran Arka langsung bahas masalah geng sama anak buah dan sahabatnya. Yah, sesenang apapun Arka sekarang dia harus profesional. Setelah rapat selama setengah jam, kini di basecamp tinggal Arka dan sahabatnya. Gimanapun juga wajib banget buat interogasi Arka.
"Lo abis ngapain Ama Clara? Senyum-senyum Mulu Lo dari tadi," tanya Malik.
"Iyaaa, mencurigakan klo lo gak jawab bener-bener gue bakal tanya ama Clara!" Arzan mengancam Arka.
"Ck! Gue habis dimasakin ama Clara!" Arka malah ngegas karena panik kalau sampe Arzan beneran nekat nanyain ke Clara. Gimanapun juga Clara gak boleh tau perasaan Arka sebelum Arka nembak Clara Pake cara romantis.
"Cihuy! Traktir makan kantin besok ya bos," ucap Arzan. Biasa... Cari keuntungan.
"Iyaa,"
Setelah itu bahasan mereka cuma seputar Clara aja. Arka yang paling semangat kalau bahasannya tentang Clara. Dia juga banyak senyum pas ngomongin Clara, sebenernya Arka gak sedingin itu apalagi ke sahabatnya.
Dia cuma males ngomong aja klo di depan banyak orang soalnya cewek di sekolahnya itu hobi banget teriak gak jelas begitu Arka ngomong sepatah kata. Apalagi pas arka senyum.
Arka bukannya dingin cuma sikap para wanita itu yang bikin Arka risih dikit-dikit teriak pas arka ngelakuin sesuatu. Suka jadi pusat perhatian juga bikin capek. Emang nya Arka hewan apa? ditontonin mulu.
.
.
.
.
.
Vote jangan lupa!
Komen dan follow saya juga
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Ending
Fiksi Remaja"kenapa?"ucap pria berparas tampan. Aku tak akan mendeskripsikan lebih jauh tentang nya bayangkan saja pria paling tampan hingga terasa tak manusiawi karena begitu lah wajah nya. Sesuai deskripsi novel wattpad pada umumnya. Pria itu masih menatap ku...
