15

1.1K 133 0
                                    

jangan lupa vote!

       

           Hari ini akan diadakan lomba persahabatan dengan SMA angkasa. Yang berarti hari ini merupakan kunjungan Cakra ke sekolahku yang membuat keadaan menjadi semakin heboh. Pasalnya rumor kami semakin menjadi-jadi ketika foto tak berdasar tersebut di-posting apalagi orang yang bersangkutan tidak membuat konfirmasi. Ditambah Arka yang juga tenang seperti biasanya dan anggota geng motornya yang juga tidak menjawab apapun ketika dikorek informasinya membuat orang-orang semakin berspekulasi macam-macam.

          Aku masuk ke dalam kelas tanpa mempedulikan sekitar. Pasalnya Cakra pun sedang mencari waktu yang tepat untuk berdamai dengan Arka. Tapi mengingat sejarah geng motor mereka jelas banyak anggota gengnya yang tak terima mengingat anggota gengnya juga pernah mengalami hal buruk ketika mereka tawuran. Aku sendiri berpikir untuk tidak terlalu menekankan Cakra untuk bertanggung jawab atas foto yang beredar. Bagaimanapun juga Cakra sendiri tak bermaksud buruk padaku.

"Yang belain dia kemaren udah gak ada, kayaknya gosipnya bener deh..."

"Wah, tapi klo gue jadi Clara mana berani masuk sekolah... Tapi dia kaya sih jadi pada gak berani nge-bully dia,"

"Jangan-jangan kaya hasil ngelonte, dia kan banyak deketin cowo kaya... Mungkin gegara Arka gak kegoda makanya beralih ke ketua geng motor sebelah,"

          Aku segera menyimpan telingaku dengan earphone. Mendengar musik lebih baik sebelum aku terbakar dan memukuli mulut penggosip tersebut. Entah karena ini dunia novel dimana bisikan gosip bisa terdengar jelas di telinga atau memang mereka berkata dengan keras.
.
.
.
.
         Aku memutuskan untuk pergi ke kantin. Saat ini keadaan kantin sekolah sepi, banyak orang yang memilih untuk menonton pertandingan membuat kantin sekolah yang biasanya ramai menjadi sepi. Hanya ada beberapa orang yang tidak berpartisipasi memanfaatkan kantin sebagai tempat singgah walau kebanyakan orang pacaran yang ada di kantin.

         Semenjak pagi tadi aku lebih memilih menghindari banyak orang. Selain itu keadaan dimana Cakra datang ke sekolah pasti sangat dinantikan mengingat kehebohan yang terjadi.

          Aku memakan makanan ku dengan tenang sampai tidak menyadari keberadaan seseorang didepanku. Sampai suaranya menyapa telingaku membuatku menatap terkejut orang di hadapanku.

Zeline, kenapa dia disini?

"Em... Kamu Clara kan?" Zeline bertanya dengan suaranya yang lembut.

"...iya"

"Aku gabung kamu boleh? Aku liat kamu sendirian, jadi aku datengin. Aku juga gak ada temen... Kamu gak terganggu kan?"

"Gak, gue gak terganggu,"

"Em... Kenalin aku Zeline azka," ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"...Clara alisher," ucapku sambil menyambut uluran tangan dari zeline.

"Em... Aku juga sendiri dan gak ada yang mau temenan sama aku, mungkin kamu juga risih dideketin aku..."

"Gak, gue biasa aja tapi klo lo deket-deket gue lo kena bully mending jangan,"

"Eh, tapi kan mending daripada gak punya temen. Aku juga kena bully gak tau kenapa. Pasti berat tapi Clara bisa cerita ke aku kapan aja! Aku pasti dengerin kok," ucap zeline sambil tersenyum.

      Sepertinya aku tahu kenapa dia di-bully. Dengan paras bak malaikat dan kepintaran Zeline jelas membuat gadis sekitarnya iri. Apalagi Zeline diceritakan dari kalangan keluarga yang tidak kaya membuat orang-orang tak segan membully Zeline mengingat Zeline yang tidak dapat melakukan tindakan apapun.

"Iya, makasih ya,"ucapku.

       Setelah itu aku makan sambil ditemani celoteh ceria dari Zeline. Lalu selesai makan aku awalnya berencana untuk kembali ke kelas tapi malah berakhir di stadion melihat pertandingan antara Arka dan Cakra. Tentunya ini terjadi akibat ajakan Zeline. Tampang memohonnya dan menolak permintaan tokoh utama akan berakibat fatal bagi antagonis sepertiku membuatku mau tak mau menonton pertandingan. Tentunya hal tersebut membuat orang-orang semakin berspekulasi macam-macam.
.
.
.
.
       Pertandingan berakhir. Jelas dimenangkan oleh Arka yang notabenenya adalah tokoh utama. Cakra sama sepertiku yang hanya penghias cerita agar tokoh seperti Arka makin terlihat hebat.

       Awalnya aku berniat pulang ke rumah. Tapi lagi-lagi kejadian bak drama panggung terjadi lagi padaku. Sekarang Arka menghalangiku lalu Zeline yang juga mengajak pulang bersama ikut dihalangi oleh Arka. Ditambah Cakra yang punya rencana untuk didiskusikan denganku memperburuk keadaan. Jadi, bagaimana sekarang?

"Clara, gue mau ngomong sama lo," ucap Arka sembari menarik tanganku.

"Clar, hari ini kita kan punya janji," ucap Cakra. Yah walaupun ingin berdamai tapi sepertinya Cakra merasa ingin mempermainkan Arka dilihat dari ekspresi wajah Cakra.

"Tunggu dulu, kita bisa ngomong bertiga kok." Aku berusaha menenangkan keduanya ketika Arka terlihat ingin memulai pertengkaran.

"Gak bisa!" Arka melotot enggan satu ruangan dengan musuh bebuyutannya.

"Klo gitu gue gak mau ngomong ama kaka, Cakra juga punya sesuatu buat diomongin,"

      Arka terlihat berpikir sejenak lalu mengangguk. Aku yang tau seberapa keras kepala Arka tersenyum senang ketika Arka mau mengikuti perkataanku.

"Sorry ya zel, gue gak bisa balik ama lo hari ini,"ucapku menyesal.

"Eh,gak papa kok,"

.
.
.
.
        Keadaan masih hening sejak kami duduk bertiga. Tidak ada yang mau memulai percakapan. Makanan yang kami pesan juga mulai mendingin.

"Jadi, apa yang mau kaka omongin sama gue?" Tak tahan dengan keheningan aku bertanya pada Arka.

"Clar, gue gak tahu kenapa lo kayak gitu. Gue awalnya gak percaya tapi temen-temen lo sendiri yang bilang gitu. Gue gak tau kenapa dan klo emang bener kayak kata rumornya Lo butuh duit gue bisa kasih Clar... Tapi gue harap lo bergantung ke gue daripada bajingan ini," ucap Arka.

           Awalnya aku senang ketika tahu Arka masih mencoba mencari tahu kebenaran dari teman-temanku. Tapi mendengar perkataan selanjutnya dari pria tersebut membuatku sadar penilaiannya tentangku yang begitu rendah.

Plak!

        Aku berdiri menampar pipi Arka tapi tidak sekuat tenaga. Tak tega rasanya tapi sakit hatiku rasanya akan terobati jika aku tampar Arka.

"Ka, gue pikir kaka orang baik dengan penilaian yang baik juga ke orang lain. Apa kaka beneran mikir kalo gue orang yang kayak gitu? Gue kecewa Ama kaka. Gue rasa gak ada lagi yang bisa kita omongin. Cakra, gue udah buat lo bisa ngobrol ama ka Arka jadi lo bisa lanjutin sendiri obrolan lo ama dia. Gue duluan," ucapku. Aku berdiri berencana untuk pergi dari sana.

"Clar, tunggu. Maksud gue bukan gitu, kita bisa obrolin ini oke?"

"Ka, gue rasa kaka lebih perlu bicara sama Cakra daripada gue. Sejak awal kaka punya masalah sama Cakra dan gue gak sengaja terlibat. Harusnya kaka obrolin masalah kaka sama Cakra bukan sama gue, kaka bisa simpulkan sendiri habis ngobrol sama Cakra tentang rumor yang kaka denger tentang gue,"ucap ku.

        Setelah itu aku benar-benar meninggalkan kafe. Memberikan kesempatan kepada Cakra dan Arka untuk membicarakan masalah mereka yang rumit. Tentunya aku pergi dengan perasaan kecewa yang besar pada Arka. Kenapa begini ya? Padahal aku harusnya sudah menduga kalau Arka tak mungkin percaya padaku begitu saja. Aku antagonis di dunia ini. Sudah sepatutnya Arka tokoh utama protagonis paling tidak bisa mempercayai aku-Clara. Tokoh antagonis dalam hidupnya.
.
.
.
.

To be continue.
Vote and coment!

The True EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang