Twelve

381 69 18
                                    

Ternyata Momo belum mengganti nomor telponnya.

"Halo ! Ini Sana. Apa kau melihat Dahyun?" Ucapnya menunggu jawaban dari seberang sana.

"Dahyun? Kemarin aku memintanya untuk jalan denganku kepantai lalu setelah itu aku membawanya pulang ke rumahku..-"

"Kerumahmu ?! Yakk apa yang kau pikirkan ! Dahyun kekasihku dan kau membawanya pulang ke rumahmu?!" Bentak Sana yang kesal dan marah tentu saja.

"Ani.. bukan begitu. Aku membawanya kerumahku karena waktu itu saat kita kembali ternyata sudah larut,itu sebabnya aku menawarkannya untuk menginap"

Hah...
Sana membuang nafas kasar.

"Apa itu salah satu alasanmu? Kalau kau tau begitu kenapa kau harus membawa anak orang pergi sampai larut?! Apa kau tidak memikirkan bahayanya nanti?! Kau bahkan-

"Kau terlalu banyak bicara Sana-chan... Dahyun saja setuju dan tidak keberatan ingin pergi denganku dan kurasa sebagai teman itu tidak masalah."

"Tapi-

"Sudah hentikan omong kosongmu. Tadi pagi saat aku terbangun Dahyun sudah tidak ada dan dia meninggalkan surat kalau dia akan pulang kerumah"

Sana mendengus

"Hah~ yasudah pembicaraan berakhir dan kau cepat kemari, bantu aku untuk mencari Dahyun"

Sana segera mengakhiri panggilan kemudian menaruh kembali ponselnya.

Ia mengacak ngacak rambutnya,pusing karena ia belum saja menemukan Dahyun. Hatinya serasa hilang setengah. Mereka baru saja kembali bersama kemarin dan sekarang... entah apa lagi halangan yang datang mencobai hubungan mereka.

Sana merebahkan tubuhnya di kursi pengemudi mobil sembari memejamkan matanya sebentar sembari menunggu Momo untuk datang.

Untuk beberapa menit ia menunggu sampai sebuah ketukan di kaca mobilnya terdengar membuat Sana dengan segera terduduk tegap.

Netranya mendapati sang sahabat lamanya yang memang mengetuk kaca mobilnya.

"Kau pindah ke mobilku " ujar Momo. "Shirreo ! Kalau mau kau saja yang pindah ke sini " balas Sana sembari menatap Momo dengan sinis.

Momo menghela nafas atas kelakuan sahabatnya. Sepertinya Sana memang belum memaafkannya tapi, beginilah hidup. Pasti ada yang harus dikorbankan dan ada yang harus dibayar atas pengorbanan tersebut.

Momo menurut. Ia keluar dari mobilnya yang memang terparkir tepat disebelah mobil Sana kemudian berjalan masuk ke mobil Sana.

"Apa kau tidak menemukan petunjuk lain?" Ucap Sana mengambil atensi Momo. " iya.. kemarin ia hanya meninggalkan pesan tersebut kemudian aku sudah tidak melihatnya lagi pagi itu"  hah~

Sana meraih ponselnya kembali untuk menelpon para pengawalnya. Dan Jangan lupakan jabatan Sana sebagai calon Ratu, ia bisa saja memerintah seluruh rakyat untuk mencari Dahyun namun ia tidak ingin memaksa mereka.

Usai percakapan Sana dan pengawal keluarganya berakhir, Ada sebuah notifikasi yang masuk lewat email.

Sana membuka notifikasi tersebut.

Ia menutup mulutnya rapat rapat dengan tangannya. Ia tidak percaya ini. Momo yang melihat gelagat Sana yang aneh segera meraih ponsel Sana.

Tidak mungkin

Sana segera mengirimkan email tersebut untuk dicek sumber pengirimannnya agar ia bisa mengetahui lokasi pengirim tersebut.

Benar saja tidak menunggu lama untuk Sana segera mengetahuinya.

Ia menyuruh beberapa orang untuk kesana dan tentu saja diikuti mobil mereka dari belakang.

Perjalanan terasa sangat jauh bagi Sana. Sedari tadi hatinya terasa tidak tenang. Sungguh gambar yang dikirim seseorang barusan membuat Sana semakin panik. Pasalnya mereka mengirimkan sebuah foto gantungan kunci elang yang Sana yakin pasti itu milik Dahyun.

Dan tidak hanya Sana tapi Momo juga ikut panik karena ia sangat mencintai Dahyun... mungkin itu adalah salah satu rahasia yang Momo miliki.

Jangan salahkan Momo yang mencintai Dahyun tapi salahkanlah perasaannya yang tidak bisa ditahan. Terlepas dari itu, ia terus menutupinya dan mengalah karena ia tau bahwa sahabatnya juga menyukai Dahyun.

Terkadang kalian akan menyerah pada sesuatu dan memberikan orang lain kesempatan untuk meraihnya bukan... namun Dahyun? Tanpa perjuangan pun ia tau bahwa ia tidak bisa memilikinya. Karena Dahyun juga mencintai Sana...

Beribu cerita tentang sahabat atau cinta. Pasti selalu ada pilihan dan pasti selalu ada taruhan.

Dan soal ajakan Momo kemarin. Ia mengajak Dahyun karena ia ingin saja. Ia tidak memiliki niat sama sekali untuk merebut Dahyun. Ia tidak ingin menambah jarak lagi dengan Sana.

Sementara Sana terus menyetir mobil,Momo sedari tadi mencoba untuk menghubungi Dahyun namun hasilnya nihil.

Tidak ada satupun panggilan yang diangkat.

"Kita sudah sampai" Sana bergegas melepaskan seat belt yang terpasang ditubuhnya dan segera turun dari mobil.

"Kau yakin disini?" Tanya Sana dengan wajah bingung. "Iya" . "Biar aku masuk duluan dan kalian tunggu perintah dariku"

Sana dengan cepat menetap langkahnya kedalam gedung tua tersebut? Entahlah Ia juga tidak terlalu yakin namun satu yang ia yakin bahwa ia akan menemukan Dahyun.

Gedung sebut terasa sangat dingin dan cukup gelap. Meskipun waktu masih bisa terbilang cerah namun hanya sebuah lampu kecil yang tergantung di atas yang menerangi jalannya.

Ia terus berjalan hingga kakinya sudah berada diujung ruangan. Ia mendapati seseorang yang terduduk dikursi kayu dengan kepala yang ditutupi dengan sebuah karung.

Sana mendekat

"Itu bukan Dahyun dan kau tidak bisa menemukannya didalam gedung ini" Sana bergegas menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang berbicara tersebut.

Suho

Sana kembali mengalihkan penglihatannya ke arah orang yang terduduk dikursi kemudian membuka penutup kepala orang tersebut.

Ternyata itu hanyalah sebuah patung mannequin

"Kau berikan kedudukanmu dan akan kubawa Dahyun kemari"








Bersambung....




Queen; silence in the dark[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang