8

3.7K 511 14
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya😌







"Apa yang kalian lakukan benar-benar keterlaluan. Kalian di didik dari keluarga terhormat bukan? Tapi perilaku kalian mencoreng nama baik keluarga,"

Zeno, Alec, Lois, Kaira dan Lionel duduk sejajar menatap bosan ke arah guru muda yang sedari tadi mengomel pada mereka. Michelle jatuh pingsan di lapangan saat Zeno mendorong tubuh itu terlalu kuat.

"Dalam satu ke jam pastikan orang tua kalian berada di sini, secepatnya!" Guru muda itu menatap garang ke lima murid yang baru saja membuat masalah kesekian kalinya.

"Saya akan memberikan kalian waktu untuk memikirkan perbuatan kalian sendiri selagi menunggu kehadiran wali kalian," Evelyn selalu guru muda baru itu menghela napas dalam-dalam saat mendengar perkataan nya hanya dianggap angin oleh mereka berlima.

Berjalan keluar meninggalkan anak didiknya di dalam ruangan mungkin menjadi pilihan yang terbaik.

"Dasar bodoh, kenapa tadi harus memanggilku?" Tanya Lionel pada Kaira dengan muka masam.

"Yaa diantara kita yang paling Zeno dengarkan kan kamu. Sedangkan Alec bisa saja jika tidak ada Lois, anak bodoh itu akan membuat masalah," Kaira dengan santai menghubungi orang tuanya.

"Seharusnya yang bermasalah disini kak Zeno kalau saja dia tidak membawa mangsa ke lapangan pasti tidak terlalu mencolok apalagi sampai membuatnya pingsan. Btw, apa yang kau katakan padanya kak?" Lois menggeram marah dan memilih duduk bersandar pada pundak Alec.

"Aku tidak mengatakan apapun," Zeno memberikan ponselnya pada Alec yang memegang minuman.

"Kenapa? Seperti biasa bukan kita menjadi satu dengan wali kak Lois dan Lionel," Lois yang mendengar ucapan Alec dan terbangun memandang wajah pemuda itu dengan sebal.

"Enak saja! Panggil saja aunty Jelena atau Uncle Andreas jangan Mommy ku, kesalahan Zeno terlalu berat untuk di bela Mommy," Dengan sinis Alec mendorong tubuh Lois menjauh darinya.

"Kenapa memberikan ponsel padaku? Bukannya ini salahmu, beritahu mereka sendiri!"

Melihat tatapan dari saudara dan lainnya mengarah padanya membuat Alec mau tak mau menghubungi salah satu diantara orang tua mereka. Menimbang dengan ragu siapa yang akan dia hubungi, pilihannya jatuh untuk menelpon Jelena.

Tut

Terdengar suara ocehan Yolanda dan pria dewasa sedang berbicara seperti Papanya.

"Alec?" Suara keibuan menyapa telinganya.

"Apa mama sibuk?" Tanyanya dengan ragu.

"Kalian membuat masalah lagi?" Suara berat menggantikan suara lembut milik ibunya membuat Alec menipiskan bibir.

"I-iya eh tidak maksudku kakak yang membuat masalah," Perkataan Alec membuat Zeno menatapnya tajam.

"Benarkah? Lalu kenapa menghubungi Mama mu?"

"Bisakah kalian datang untuk kami? Jika tidak juga tidak apa-apa, seperti biasanya,"

"Baiklah kami akan datang, tenang saja okey! Jangan gugup,"

"Ma~

Tut

"Sambungannya di matikan," Alec mengembalikan ponsel milik Zeno.

"Apa yang dikatakan bibi?" Tanya Kaira diikuti anggukan yang lainnya.

"Dia akan datang,"

"Syukurlah," Wajah bahagia Lois membuat Zeno melempar bantal sofa tepat mengenai wajah mungil itu.

Mi casa (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang