Dor Dor Dor
Tembakan demi tembakan terus menerus dilakukan Justin secara acak, dibelakangnya berdiri Jeremy sibuk mengutak-atik gadget dengan cekatan.
"Bisa cepat tidak sih? Seharusnya saat ini aku bisa bersantai dengan segelas cokelat panas," Justin terus mengecoh empat lawan tanpa berniat untuk membunuh nya sama sekali.
"Jika bukan karena kau yang dengan bodohnya malah melepaskan mangsa. Saat ini aku bisa tidur, bodoh."
"Ck ya mana kutahu ternyata pria botak itu incaran mu, berapa lama lagi meretas password nya?" Justin mengeluarkan pistol keduanya dari sakunya dan dengan sengaja menembak salah satu musuh tepat mengenai pahanya.
"Aku menyerah, kau saja yang meretas. Berikan pistol mu padaku," Jeremy dengan santai memberikan gadget yang menampilkan pola rumit itu mengabaikan raut wajah tidak mengenakan Justin.
"Jika tau begini, kenapa tidak dari tadi. Argh setelah sampai di markas, aku tidak mau setim denganmu," Menghiraukan ocehan Justin, Jeremy dengan berani maju mengandalkan skill bela dirinya.
Justin kembali fokus dengan gadget di tangannya saat ini mencoba berbagai cara untuk memecahkan pola yang menjadi misi akhirnya kali ini. Bunyi pistol yang saling beradu dan teriakan dia hiraukan.
"Kalian tidak akan berhasil memecahkan polanya," Tawa mengejek terdengar dari empat lawan dengan satu diantara nya mengalami luka yang sempat Justin buat.
Dengan cepat, Jeremy menarik pelatuk dan timah panas itu berhasil menembus kepala lawan dengan lancar, "Ada apa dengan kalian? Kenapa tidak tertawa lagi, padahal saat ini teman kalian sangat lucu bukan? Dengan lubang tepat di tengah kepalanya, hm?"
Mereka membalas perbuatan Jeremy dengan terus menembakkan peluru mengarah kearahnya. Namun karena kelincahan yang dimiliki Jeremy, peluru-peluru itu berhasil dihindari dengan tenang.
Disisi lain Justin menampilkan raut bangga saat berhasil memecahkan kode password dengan cepat pria itu memanggil Jeremy untuk segera keluar dari gedung, "Jimmy cepat, password nya sudah kudapatkan."
Mendengar teriakan Justin, Jeremy tersenyum kearah lawan dengan mata yang menyipit, "Sudah ya, bermainnya berhenti. Bos ku menunggu ku sekarang ini."
Tak berselang lama asap mulai menyelimuti mereka seiring menghilang nya asap terlihat Jeremy dan Justin yang menghilang dari pandangan mereka bertiga.
"Ayo cepat kita cari mereka, jangan sampai mereka berhasil mendapatkan berlian itu, " Ucap salah satu dari mereka.
"Argh"
Sebelum mereka berhasil keluar, ledakan membuat gedung yang sebelumnya terlihat indah hancur seketika. Yang tersisa dari ledakan itu hanya puing-puing dan material gedung. Terlihat beberapa mayat dengan tubuh yang tidak utuh berada di jarak lumayan jauh dari gedung.
Dengan segera mobil ambulance dan aparat keamanan segera datang ke lokasi. Begitupun dengan banyak wartawan yang ingin meliput kejadian.
Tanpa mereka sadari sebuah mobil sport hitam dengan cepat melintas melewati pepohonan dengan tawa dua orang pria di dalam mobil.
"Aku tidak tau kau akan memasang bom di dalam gedung itu," Ucap Justin yang saat ini menyetir mobil dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Aku yang tidak mengira kali ini si penembak jitu, Justin. Sama sekali tidak berniat membunuh lawannya. Lagipula Andreas yang menyarankan untuk menghilangkan gedung itu," Ucap Jeremy dengan nada mengejek yang begitu kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi casa (ON HOLD)
Ciencia FicciónJelena di kehidupan sebelumnya dikenal sebagai perempuan murahan yang berkelas. Niatnya membantu wanita tua dengan pakaian kumuh menyebabkan dirinya terjebak didalam dunia pararel dan menjadi ibu dari tiga anak dari seorang Mafia? "Apapun yang ter...