21

2.3K 339 31
                                    




"Tolong! Tolong!" Jelena berteriak panik, tangannya gemetar tanpa sadar. Tangan kanannya menembak acak balkon, Yola menutup matanya erat dan sebisa mungkin tangannya menutup telinganya sendiri.

Setelah adanya tembakan, Jelena dapat melihat orang berbaju hitam melompat turun dari balkon. Ia menduga agar gadis itu tidak membocorkan apapun.

"Apa kalian baik-baik saja?" Pertanyaan pertama yang terucap dari belah bibir Andreas.

Jeremy berjalan melewati Andreas dan melepaskan borgol Yola tak lupa mengambil alih pistol besar tadi. Untung saja Yola sebelumnya sudah terbiasa dengan bunyi tembakan sehingga yang pasti gadis kecil itu tidak mengalami trauma sama sekali.

"Ayo bawa ke rumah sakit nafasnya semakin melemah," Jelena menatap Andreas dengan iba.

"Aku akan menjelaskan nanti, tolong bawa dia ke rumah sakit."

"Biarkan aku membawanya," Andreas mengangkat gadis itu dan membawanya turun ke bawah dengan cepat.

"Jim biar aku yang menggendong Yola," Jelena meraih Yola kedalam pelukannya. Memeluk nya seakan-akan tidak akan bertemu di hari esok, Yola menangis kencang saat berada di pelukan mamanya.

"Mama Yola takut."

Bagaimanapun juga Yola hanyalah anak kecil yang belum sepantasnya mengetahui dunia dimana kedua orang tuanya hidup.

Jelena menangis, takut membayangkan tidak akan bertemu kembali dengan malaikat nya. Mendengar ocehan di setiap harinya dan suara tawa yang sudah menjadi candunya.

"Mama di sini. Jangan takut, okay?" Mengusap air mata yang turun dari pipinya dan menatap Jeremy yang memalingkan muka.

"Ayo kita turun," Ajakan Jelena mendapatkan anggukan kaku dari Jeremy.

"Kau sudah banyak berubah ya?"

Jelena tertawa, "Berubah bagaimana?"

"Sudahlah lupakan. Cepat jalan!"

Dan ya sepertinya Andrina kali ini yang harus membereskan kekacauan ini.



🍓



Jorie terkejut melihat adik nya membawa gadis dalam gendongannya. Namun dia abaikan pertanyaannya setelah selesai menangani gadis itu.

Sudah 2 jam operasi berlangsung dan Andreas masih duduk di depan ruang operasi seraya menunggu kedatangan Jelena.

Andreas menunduk menatap kearah lantai putih rumah sakit sampai dingin menyapa kulit pipinya. Saat mendongak dia dapat melihat tatapan teduh milik Jelena dan muka mengantuk Yola.

"Minumlah. Aku membawakan mu beberapa makanan kalau tidak suka kau bisa membeli sendiri di kantin rumah sakit."

"Duduklah dan baringkan Yola di kursi. Anak itu terlalu berat untuk kau gedong setiap waktu."

Jelena menyenderkan tubuhnya sama seperti yang dilakukan Andreas. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing.

"Kenapa kau menyuruhku untuk membawanya?"

"Entahlah aku merasa dia terasa dekat," Jelena yakin itu pasti dia pernah bertemu dengan gadis itu entah di kehidupan lamanya atau sekarang ini.

Keduanya memalingkan wajah ke arah pintu ruang operasi yang terbuka dan terlihat Jorie yang sepertinya terlihat sedih.

"Dia kehilangan banyak darah. Kebetulan stok darah yang sepertinya habis jika sampai beberapa waktu ke depan kita belum mendapatkan donor darah kurasa dia akan menyerah pada hidup."

"Apa golongan darahnya?" Jelena bertanya dengan gugup.

"AB- sebentar tunggu bukankah kau memiliki golongan darah AB-  juga?" Andreas yang ter tunjuk memasang raut wajah bingung.

"Ayo periksa darahmu, kita tidak punya banyak waktu lagi."

Andreas tersentak saat Jorie menariknya masuk ke dalam ruang operasi, "Lepaskan."

3 jam berlalu, akhirnya Andreas keluar dengan wajah lesunya. Melihat Jelena yang makan dengan tenang dan Yola yang telah bangun menjilat ice creamnya membuatnya tersenyum.

"Bagaimana?" Tanya Jelena membuat perhatian Yola teralihkan dan kembali menjilat ice creamnya.

"Sukses."

Muka Jelena berseri. Andreas sendiri memilih memangku Yola dan membiarkan gadis kecilnya mengoceh.

"Mana kue kacang nya?" Andreas mendengus saat Yola menagih kue kembali.

"Kue kacang apa?" Pandangan Jelena menyelidik.

"Squishy," Andreas dengan kalem menjawab membuat Yola mengerucut kan bibirnya.

Belum sempat Yola protes dengan sigap Andreas menutup mulut si kecil beruntungnya Jorie segera datang.

"Operasinya berhasil. Sekarang gadis itu bisa dipindahkan di ruang rawat. Oh iya, kalian berdua bisa ikut aku?"

Andreas menatap kakaknya dalam, tidak biasanya kakaknya itu bisa di ajak serius dengannya.

"Bagaimana dengan Yola?" Pertanyaan Jelena mendapatkan anggukan Yola.

"Tinggal aja di sini, tidak ada yang mau dengan anak modelan sepertinya."

"Aunty!" Yola melemparkan stik ice cream nya ke sembarang arah.

"Biarkan Yola bersama asisten ku sebentar. Kalian berdua ikut aku," Jorie tergesa memasuki ruangannya.

"Yola ambil stik nya dan duduk dengan tenang bersama aunty Sasa."

Yola bergegas turun dari pangkuan Andreas dan mengambil stik ice creamnya tadi dan menyerahkan nya pada Andreas, "Buang kan dong Pa."




🍓




"Aku merasa aneh dengan gadis itu," Jorie melihat gelagat dari kedua orang di depannya yang terlihat bingung.

"Singkatnya. Andreas apa kau memiliki anak lain selain anak dari Jelena?" Pertanyaan Jorie membuat Jelena seketika memandang horror Andreas.

"Jangan bercanda kak. Aku hanya berhubungan dengan Jelena," Jawaban Andreas tanpa sengaja membuat rona kemerahan di pipi tembam Jelena.

"Aku tadi hanya iseng mengecek DNA mu dan gadis itu. Di samping darah kalian sama, entah kenapa aku merasa familiar dengannya. Hasilnya 99,99 persen kalian ayah dan anak."

"Andreas seriously?"

"Bisa saja hasilnya salah. Tes DNA butuh waktu lama kak, siapa tahu ada kekeliruan pada hasilnya."

"Kita berada di era modern. Kau tidak bisa mengelak, bahkan kau sendiri tahu alat nya sudah menjamin kebenaran nya."

Jelena terdiam mencerna kenyataan yang mungkin saja benar adanya. Jika benar Andreas berselingkuh itu terjadi belasan tahun lalu. Dimana Jelena lama masih menempati tubuh ini.

Andreas sendiri memilih memejamkan matanya merasa terpojokan jika seperti ini.

"Aku punya spekulasi lainnya," Jorie dengan serius memandang pasangan di depannya dengan cermat.

"Aku pernah bertanya padamu kan Andreas mengenai kandungan Jelena yang terlihat seperti hamil anak kembar tapi kau menyangkal nya. Sedangkan Jelena sendiri tidak ingin di periksa olehku,"

"Jadi dia anakku?"

Jelena menutup mulutnya tidak percaya, bagaimana mungkin? Dia merasa menjadi ibu terburuk di dunia.

Andreas terdiam menatap tajam ke arah Jorie yang memberikan bukti-bukti tes DNA nya.

"Kau tidak menunggu perintah ku untuk mencari jawabannya sendiri bukan?" Jorie berdiri dan mengambil jas yang di taruh di sofa.


"Dunia se-bercanda ini kah."











kiw ayok kita buat A bertumbuk dengan saudari nya 😉

Mi casa (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang