Taehyung, 30 April (22)
Yoongi hyung tidak kembali ke ruang kerjanya hari itu. Jungkook dan aku tidak tahu mengapa ia sangat kesal. Kami memang gaduh, tapi tidak sampai kelewat batas. Apalagi, Yoongi hyung sudah lebih dulu bilang kalau tidak akan membiarkan kami kelewat batas.
Aku meninggalkan rumah dengan berat hati, berpikir aku harus mengatakan sesuatu padanya. Aku berjalan seraya menendang bata trotoar yang mencuat keluar. Aku mencoba menyalakan korek yang kuambil dari ruang kerjanya. Dalam cahaya itu, aku melihat wajah Yoongi hyung yang ada di mimpiku. Wajah dalam kobaran api yang menanti kematian.
Ruang kerja Yoongi hyung ada di daerah yang telah bebas penduduk dan dijadwalkan untuk pembongkaran. Ketika aku berbalik ke ujung, kulihat dia keluar dari ruang kerjanya. Aku meneriakkan namanya, tapi sepertinya dia tidak mendengarku, kemudian menghilang di ujung jalan. Kupanggil namanya dan aku berlari, tapi dia tidak ada di manapun.
Kemana dia pergi? Aku menatap sekeliling namun yang kulihat adalah Seokjin hyung duduk di dalam mobilnya di kejauhan. Aku membeku. Dunia mendadak sunyi. Segalanya berhenti. Kecuali degup jantungku yang keras. Itu adalah wajah yang kulihat di mimpiku. Dan aku ingat. Peta di dinding Seokjin hyung. Sebelah kanan Kantor Polisi Songju ke arah Stasiun Songju. Tempat yang dia tandai di map itu. Tempat itu adalah di sini.
Aku berjalan menuju ke mobilnya. Seokjin hyung berbicara di telepon. "Detektif, saya Kim Seokjin. Kita pernah bertemu sebelumnya." Aku bisa mendengarnya dari pintu mobil yang kacanya terbuka. "Ya, Kim Taehyung. Saya rasa anda tahu dia. Jika dia dalam masalah lagi, tolong hubungi Jung Hoseok. Ya, Jung Hoseok. Nomor ponselnya..."
Aku membuka pintu mobil. "Apa yang katamu?" Seokjin hyung menatapku dengan kaget. Dia menggumamkan sesuatu, dan menunduk menatap jam tangannya kemudian menatapku. Aku pun tercengang dan melepas cengkeramanku di pintu mobil. Seokjin hyung tanpa ekspresi, seakan seseorang telah menghapus ekspresi dari wajahnya. Dan mendadak aku merasa dingin. Aku merasa sangat kedinginan sampai gigiku bergemeletuk. Saat itu musim semi. Tidak ada angin, tapi dingin terasa menusuk.
"Apa maksudmu?" Ucap Seokjin hyung seraya keluar dari mobil.
"Kau baru saja menyebut namaku di telepon. Dan kenapa kau di sini?"
Seokjin hyung melangkah dan berkata, "Ayo ikut aku." Aku mengikutinya ke gang. Di dalam gang tanpa sinar matahari, Seokjin hyung menatapku dalam bayangan gedung.
Aku berkata, "Langsung saja. Aku melihatmu menandai tempat ini di petamu. Kenapa kau di sini?"
Dia mendengus. Dilihatnya belakangku kemudian kembali ke jam tangannya lagi. "Apa di mimpimu kau juga melihat hal yang sama seperti yang kulihat? Jungkook jatuh dan Namjoon..." Seokjin hyung menutup wajahnya seakan ia kelelahan. "Kim Taehyung, kau tidak tahu apapun." Saat itulah kudengar suara langkah kaki di belakangku. Seokjin hyung menatap ke arah itu dan berlari keluar gang, dia marah.
"Kau mau kemana?" Ketika aku berteriak, kulihat kepulan asap yang naik. Saat itu juga, aku teringat apa yang kulihat di mimpiku: Yoongi hyung meninggal di tengah kepulan asap dan kobaran api, dan pemandangan di luar jendela tempat Yoongi hyung.
Ketika aku keluar gang, aku melihat Jungkook berlari ke tempat itu. Sepertinya Jungkook juga di sini mencari Yoongi hyung. "Jeon Jungkook!" Aku terjatuh ketika memanggilnya dan pergelangan kakiku terkilir. Sikuku membentur tanah dengan keras. Ketika aku mencoba berdiri, pergelangan kakiku sakit. Aku tidak bisa berlari. Asap semakin tebal, dan kulihat api berkobar keluar jendela. Aku menggertakkan gigiku dan terus berjalan, menyeret pergelangan kakiku yang terluka. Namun seseorang menarik lenganku dan mendorongku ke dalam mobil. Itu Seokjin hyung. "Apa yang kau lakukan? Yoongi hyung ada di sana!" Aku mencoba mendorongnya menjauh, namun Seokjin hyung tidak peduli.
"Tunggu sebentar. Ambulans akan segera tiba."
"Jungkook! Jeon Jungkook!" Aku berteriak, tapi dia tidak mendengarku. Setelah sekian lama, Jungkook berbalik seakan mengingat sesuatu. Dia kembali dan memungut sesuatu yang terlihat seperti secarik kertas dari lantai di depan pintu depan motel. "Jungkook! Yoongi hyung ada di sana!" Aku berteriak lagi. Jungkook memiringkan kepalanya kemudian melihat ke arahku. Dan dia pun berlari ke dalam motel.
Aku berbalik ketika kudengar suara napas Seokjin hyung. Saat itu aku sadar dia masih memegang erat lenganku. Dia mencengkeramnya sampai terasa sakit. Aku menarik diri dari cengkeramannya dan keluar dari mobil. Kali ini dia membiarkanku pergi tanpa perlawanan. Aku mendengar sirine mendekat. Jungkook berlari keluar motel dengan Yoongi hyung di punggungnya, ketika pemadam kebakaran dan ambulans tiba. []
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS Universe] BTS "The Notes" 2 (Book Ver.)
General Fiction"Di tengah keputus asa-an atas kekeliruan dan kesalahan serta sedikitnya harapan, perjalanan untuk menemukan peta jiwa pun dimulai" Disclaimer : Cerita milik Bighit Entertainment. Di sini aku hanya membantu menerjemahkan. Maaf apabila ada kesalahan...