Seokjin, 22 Mei (22)
Entah mengapa aku berhenti. Sebentar lagi Jungkook akan mengatakan bahwa ia ingin berfoto. "Di depan mobil Seokjin hyung." Jungkook akan menunjuk mobilku, kemudian Jimin akan naik ke kap mobil diikuti Taehyung, Hoseok, Jungkook, dan Yoongi. Ketika Namjoon menggeleng-gelengkan kepalanya seolah mustahil untuk menghentikan bocah-bocah itu, ku-set timer kamera dan aku melangkah ke depan.
Tiba-tiba, begitu banyak momen berputar-putar di kepalaku: terik sinar matahari, wajah-wajah bahagia, tawa, aroma amis lautan, jepretan kamera, "Seokjin hyung, cepatlah," suara itu memanggilku. Segalanya mendadak hilang sebelum aku mampu menahannya.
Melalui perputaran waktu yang tak henti, aku ke sini lagi dan lagi untuk mengambil foto, namun aku melupakannya. Kupegang kepalaku dan berbalik. Rasanya seakan badai pasir menerjang kepalaku. Setiap momen di pantai terasa menyilaukan, menyiksa, dan menyakitkan. Aku tidak sanggup dengan siksaan dan penderitaan ini. Aku tak tahu mengapa.
Kemudian datanglah penderitaan fisik. Perasaan yang sama serta rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan di kontainer Namjoon. Namun kali ini lebih parah dan lebih menyakitkan daripada sebelumnya.
"Akan ada harga yang harus dibayar." Inikah harga yang suara itu maksud? Sakit kepala tak terduga yang harus kurasakan? Tidak masalah jika aku bisa menemukan petunjuk untuk mengakhiri siklus ini. Bahkan jika kutahu aku akan menjadi subjek rasa sakit yang luar biasa, aku akan memilih untuk menemukan petunjuk itu dan membayar akibatnya.
Aku harus berkepala dingin. Lebih rasional. Jadi aku bisa menyelamatkan diriku sendiri dari siklus waktu yang tiada akhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS Universe] BTS "The Notes" 2 (Book Ver.)
Fiksi Umum"Di tengah keputus asa-an atas kekeliruan dan kesalahan serta sedikitnya harapan, perjalanan untuk menemukan peta jiwa pun dimulai" Disclaimer : Cerita milik Bighit Entertainment. Di sini aku hanya membantu menerjemahkan. Maaf apabila ada kesalahan...