Hoseok, 11 Mei (22)
Aku terbangun karena notifikasi pesan di ponselku. Dimana aku? Aku beranjak bangun dan sadar aku ada di Rumah Sakit Gyeongil. Kemudian aku berbaring lagi. Matahari pagi masuk melalui jendela. Pesan itu dari "Bibi" di panti asuhanku.
Kemarin aku mendapat telepon dari salah satu saudara di Rumah Anak Yangji. Dia bilang Bibi sakit parah. Di antara banyaknya relawan di panti asuhan, Bibiku adalah orang yang spesial untukku. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa sampai ke sana. Hal yang kuingat hanyalah melihat rumahnya dan melihatnya dari jendela yang terbuka.
Dia berbicara dengan seseorang dan terbahak. Kenyataan bahwa Bibi sakit, bahwa Bibi harus menjalani operasi, serta kenyataan bahwa kesempatannya untuk bertahan hidup sangatlah kecil seakan itu adalah sebuah kebohongan. Dia hampir melihatku sebelum aku sempat menunduk. Jika aku melihatnya, aku takut aku akan menangis. Aku mungkin berbicara tanpa pikir panjang dalam hati penuh kebencian karena mungkin dia juga akan meninggalkanku. Aku mulai menjauh. Sepertinya seseorang memanggil namaku, tapi aku tidak melihatnya.
Hal terakhir yang kuingat adalah saat aku menengadah menatap langit dari jembatan. Aku merasa pusing dan pandanganku mendadak kabur. Lututku lemas dan telingaku berdengung dipenuhi suara klakson mobil yang keras yang tengah berlalu lalang melewati jembatan. Narkolepsi menyerangku lagi.
Hoseok, kau baik-baik saja? Maafkan aku. Pesan itu dari Bibi. Aku selalu menyukai saudara-saudariku di panti asuhan, Bibi yang merawatku, teman-teman dan guru-guru sekolahku, para pelanggan dan orang-orang yang bekerja denganku di kedai burger. Namun orang-orang tidak menyukaiku, dan terkadang kebaikan tidak dibalas dengan kebaikan, biasanya perhatian dan cinta dibalas dengan luka dan rasa sakit. Namun aku mampu bertahan karena orang-orang yang berharga bagiku.
Akankah Bibi akan meninggalkanku seperti Ibuku? Apakah aku akan kehilangan orang yang berharga lagi? Kurasa aku akan menangis. "Siapa yang khawatir pada siapa sekarang? Jika Bibi benar-benar mengkhawatirkanku dan merasa kasihan padaku, kumohon tetaplah bertahan," gumamku.
Kubuka tirai di sekitar tempat tidur dan kedua mataku menatap seseorang yang berdiri di luar. "Park Jimin." Terlihat pucat dan terkejut, Jimin melangkah mundur. []
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS Universe] BTS "The Notes" 2 (Book Ver.)
General Fiction"Di tengah keputus asa-an atas kekeliruan dan kesalahan serta sedikitnya harapan, perjalanan untuk menemukan peta jiwa pun dimulai" Disclaimer : Cerita milik Bighit Entertainment. Di sini aku hanya membantu menerjemahkan. Maaf apabila ada kesalahan...