2. Telfon pertama

365 5 0
                                    

Akhir-akhir ini Navya selalu tidur larut malam, bahkan sampai tidak tidur hingga matahari sudah terbit, jika ditanya alasannya apa, sudah tentu karena chattingan dengan Regan.

"Ih sumpah ya mah, Regan tu baik banget, masyaAllah banget deh!" celetuk Navya pada Mama nya yang sedang meminum kopi.

"Regan siapa sih?" tanya Mama Navya kepo. Navya tersenyum malu kemudian menunjukkan foto Regan kepada Elvy, Mamanya.

"Kamu ini, belajar yang bener sana, pacaran mulu." kata Elvy dengan tertawa kecil. Navya turut tertawa mendengarnya, kemudian langsung berlari ke kamarnya.

Regantara
call kuy, gabut bgt nih

Navya sontak kaget dan langsung meloncat loncat seperti orang gila yang baru saja mendapat uang gopek.

Telfon masuk dari Regan, dengan cepat Navya langsung menjawab panggilan tersebut dengan senyum yang terus mengembang.

"Haloo Navya," sapa Regan dengan suara beratnya, seketika Navya menyadari sesuatu, suara Regan mirip seperti suara Papanya.

"H-halo." Navya benar benar gugup saat ini, ia bingung harus bereaksi bagaimana. Ia terus saja berjalan di kamarnya, seperti setrika.

"Ahaha, gausah gugup sayang." oke, kali ini Regan benar-benar berhasil membuat pipi Navya memerah padam, Navya merasa banyak kupu kupu yang berterbangan di perutnya.

"Hah, e-engga!" sahut Navya gelagapan, padahal hanya via telfon.

Tak terasa mereka sudah bercakap dan bertukar cerita selama 3 jam lebih, baru pertama kali Navya merasa sangat bahagia setelah kehilangan cinta pertama nya.

"Eh Nav, udahan dulu yaa telfonnya, kamu kan harus tidur, gaboleh begadang ya, nanti sakit." Navya seketika merengut mendengar hal tersebut, padahal sedang asik bertukar cerita.

"Gak ngantuk kak," jawab Navya mencari alasan agar telfonnya tidak berakhir.

"Alah, bilang aja masih mau telfon sama pacar baru." sahut Elvy menggoda, tentu saja Regan mendengarnya kemudian tertawa. Elvy dan Regan pun memang sudah kenal.

"Apaan sih ma, aku gak punya pacar," ketus Navya kesal, sebenarnya ia juga sengaja mengatakan hal itu supaya Regan peka dan menjadikannya pacar.

"Kata Mama gak boleh pacaran, masih kecil hahaha," ucap Regan, Navya yang memang baperan, seketika terdiam dengan perkataan Regan yang mungkin hanya bercandaan saja.

"Kalo gaboleh, kenapa kamu deketin aku?" gumam Navya ingin menangis, Navya benar benar gadis yang masih sangat labil, emosinya terlalu cepat berubah.

"Kenapa Nav? Suaranya kecil banget dih," Navya kemudian tersadar dari lamunannya, "Eh engga."

"Terus gue bakal di gantungin gini terus?" batin Navya terus saja mengoceh, ia terlalu membawa perasaan dengan bercandaan Regan barusan.

****

cuma gabut. . .

tiap partnya bakal pendek pendek y, soalnya mager ngetik bye.

Virtual [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang