Lost 10

182 35 31
                                    

Jiyong masih belum berhenti melamun. Rasa sakit pada buku jarinya seakan tidak dia rasakan. Padahal Seungri sedang mengoleskan obat pada luka kecilnya dan sesekali Seungri mengoceh. Tapi Jiyong tidak dengarkan. Pikirannya masih pada saat di mana dia diliputi emosi. Jiyong masih merasa jika itu dirinya yang lain.

Seungri yang merasa diacuhkan sedikit melirik Jiyong dan benar mendapati pria di depannya itu diam dengan tatapan kosong. Seungri juga sedikit heran dengan Jiyong hari ini. Laki-laki yang dia kenal baik dan pemalu ini bisa-bisanya berubah menjadi bengis hanya karena hal sepele. Dan, apa itu tadi? Jiyong bahkan menyebut Seungri sebagai miliknya. Jika dilihat dari dekat, ada rona merah menyebar di pipinya.

"Hyung, boleh aku tanya sesuatu?"

Jiyong diam tidak membalas. Seungri sedikit menekan lukanya agar dia sadar dan hasilnya Jiyong memekik kesakitan.

"Arkh, itu sakit." Jiyong protes dengan muka meringisnya.

"Habisnya aku kau cuekin. Aku tanya kau diam saja," Seungri tak kalah menggerutu.

"Memangnya kau mau tanya apa?"

"Kau melamunkan apa sih?"

Min Jun menyeletuk, "Memikirkan eomma!"

Kekehan sang anak terdengar dari ruang TV. Seungri melototi anaknya karena sudah membuatnya malu. Jiyong mengulum senyumnya.

Jiyong bercerita, "Aku hanya merasa kalau tadi seperti ada yang memaksaku untuk melakukan itu. Apa aku menakutkan?"

Manik coklatnya melirik Seungri yang masih mengobati buku jarinya. Berharap tindakan yang dilakukan dirinya tadi tidak membuat Seungri takut padanya.

"Aku akui tadi sempat terkejut dan yah ... ada perasaan takut."

"Maaf."

Jiyong hanya tertunduk sedih. Ternyata kejadian di taman membuat Seungri tidak nyaman dengannya. Seungri menyadari jika Jiyong sepertinya berkecil hati dengannya. Tangan kecil Jiyong digenggamnya. Elusan lembut dirasakan Jiyong pada punggung tangannya tanpa merasakan sakit di buku jarinya.

"Boleh aku mengatakan sesuatu padamu?"

Jiyong mengangguk, "Katakan."

"Mungkin kita baru saling mengenal selama satu bulan lebih, tapi aku seperti mengenalmu cukup lama. Apa kau itu orang yang pernah aku kenal dulu?"

Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Jiyong terpekur sejenak.

"Aku hanya bercanda hyung. Mana mungkin kita pernah saling kenal kecuali kau kembaran suamiku. Hanya karena wajah kalian benar-benar mirip sekali. Tapi perasaanku tentang mengenalmu itu benar. Kau mengerti maksudku?"

Jiyong menjawab, "Aku mengerti. Maafkan aku, Seungri-ah. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Tidak akan membuatmu atau Min Jun takut. Sepertinya aku appa yang buruk."

"Appa tidak buruk. Appa itu appa yang luar biasa buat aku."

Pujian si kecil membuat keduanya menoleh. Sejak kapan Min Jun berdiri di dekat meja makan pun tak ada yang tahu. Mungkin Jiyong dan Seungri larut dalam perasaan masing-masing.

Jiyong pun tersenyum, "Gomawo, Min Jun-ah. Appa akan jadi appa yang baik buatmu."

"Jadi, kapan kalian menikah?"

Entah kenapa Seungri merasa anaknya ini makin hari makin pintar bicara. Bahkan sekarang anak itu bisa menggoda keduanya. Jiyong dan Seungri menatap Min Jun tak percaya.

"Si-siapa yang akan menikah?" tanya Seungri gugup.

"Ya tentu saja appa dan eomma. Lebih baik appa dan eomma menikah jadi bisa terus saling berpegangan tangan seperti itu."

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang