"Apa saja yg kau bawa?!"Tanya Meitha penasaran.
"Meitha ih bukannya bantuin cepetan kasian itu Reginanya" kataku menghampiri
"Eh hehehe iya abis dia ky mau pindahan gitu bawaannya"
"Kamu ni bukannya bantuin malah ngeledek mulu" jawab Regina sambil menyentil kening Meitha.
"Duh sakit tau~"
"Ih gelay sok imut kamu, ini buat apaan gin?" Tanyaku pada Regina.
"Ah ini, biasalah abis praktek Hairdo" jawab Regina santai.
"Kalian lagi ngomongin apa barusan?"
"Tentang Ivy yg dibicarakan teman kelas kami" sahut Meitha.
"Memangnya dia kenapa?" Jawab Regina dengan ekspresi bingung.
Akhirnya aku dan Meitha menceritakan ulang bahasan kami tadi. Setelah mendengarnya Regina hanya menanggapi dengan ekspresi yg membingungkan dan membuatku pernasaran.
"Ada apa denganmu? Apa kau juga dengar gunjingan yg sama? Tanyaku pada Regina, hanya di jawab dengan anggukan. Lalu dia mulai bersuara.
"Kenapa banyak yg mencarinya?! Kenapa pada penasaran dengannya?! Memang dia siapa?!" Regina yg tiba-tiba bicara dengan kesal dan berteriak membuat kami berdua kaget.
"Ada apa denganmu kenapa tiba-tiba teriak sih, kalau aku mati tersedak gimana?" Jawan Meitha dengan kesal karena tersedak.
"Maaf kelepasan" jawab Regina merasa bersalah pada kami dan hanya dijawab deheman dari Meitha.
"Kamu kenapa? Ada masalah sama Ivy? Atau kalian bertengkar?" Tanyaku coba menenangkan Regina yg masih sedikit emosi.
"Aku hanya kesal kenapa dia selalu saja mencari perhatian orang-orang, menyebalkan!! Dasar centil." jawabnya dengan kesal.
"Kenapa kamu berfikir dia seperti itu? Bukahkan ia hanya mencoba akrab saja pada semua orang?" Tanya Meitha dengan wajah bingung.
"Dia sering bermain dengan laki-laki dan dia terlihat sangat akrab dengan Ikhsan, hal itu membuatku kesal"
"Ah, jadi ini karena Ikhsan?" Tanyaku meledek.
"Ti tidak seperti itu, tapi dia memang centil pada pria lain juga" jawab Regina salah tingakah.
"Ga baik seperti itu Regina, dia teman kita tidak baik menyimpulkan sesuatu hanya berdasarkan rasa cemburu saja" aku mencoba meredakan marahnya.
"Benar, apalagi dia sangat polos kalau kamu yg temannya menjauh lalu dia dimanfaatkan orang lain bagaimana? Kamu tidak kasihan?" Tanya Meitha mengompori.
"Hmmm iya aku mengerti aku salah, dia memang sangat polos dan lugu. terimakasih sudah memberiku nasehat dan maaf telah menyimpulkan seperti itu" jawab Regina dengan wajah sedihnya meminta maaf.
"Iya kami mengerti, kamu sudah tidak marah padanya kan?" Tanya Meitha meyakinkan.
"Ya sedikit hanya tersisah kenalnya saja hehehe" jawab Regina yg tertawa garing.
"Ish kamu ini, tapi aku sebenernya bingung mendengar perkataanmu tadi Gina, memang benar banyak yg tertarik pada Ivy?" Tanyaku penasaran.
"Ah itu, sebenarnya teman dari sekolahku dan Ikhsan sebelumnya kebanyakan bersekolah disini juga dan beberapa kali kami saling menyapa di lingkungan sekolah. Aku pun tidak begitu yakin sepertinya Ikhsan bercerita pada mereka soal Ivy dan itu berhasil membuat mereka penasaran apalagi ikhsan menunjukkan fotonya pada mereka jadi mungkin mereka tertarik padanya" jawabnya Regina bercerita.
"Jadi begitu, tapi dilihat dari wajahnya saja Ivy memang menarik sih, pertama bertemu saja dia memberikan kesan yg membuat ku nyaman, kalian tau saat berasamanya seperti kita sudah lama kenal dan hebatnya ia bisa membuatku bercerita banyak tentang diriku bahkan keluargaku. Bersamanya seperti tidak akan ada habisnya yg di ceritakan. Sungguh gadis yg baik" Meitha mengungkapkan pendapatnya.
"Ya benar, dia gadis yg sangat pintar tapi anehnya dia masuk kelas kita, padahal dia bisa masuk kelas unggulan. Kamu tau kan pertama bertemu dia bisa mengartikan namaku, dia juga sangat menggemaskan hingga rasanya aku ingin mencubit pipi chubbynya itu. Aku juga merasakan yg kamu rasakan Meitha, saat pertama mengenalnya aku bahkan tidak keberatan saat meminjamkan tab ku padanya, padahal aku paling menjunjng tinggi privasi. Tapi yg membuatku terkejut juga selama ini ia selalu bermain dengan tab ku dia berbeda dari kebanyakan orang yg memanfaatkan keadaan, dia tidak seenaknya membuka galeri atau sosial mediaku untuk sekedar menumpang login dia juga tidak bersua foto memenuhi memoriku. Dia akan selalu meminta izin ketika membuka sesuatu dan selalu meminta maaf serta terimakasih pada ku setelah meminjamnya" jawabku bercerita dengan rasa terkesan pada Ivy.
"Ah iya benar! Mengartikan nama itu juga dia lakukan padaku, dia memang mengesankan apalagi saat bermain futsal dia terlihat sangat mahir. Ivy seperti labirin dimana kamu berbelok disana kamu akan menemukan hal baru. Dia mendengarkan cerita orang lain dan memberi pendapat yg menangkan si pendengar begitu telaten dan mengayomi. Ivy meang luar biasa" Regina bicara sambil memandang langit.
"Kau benar dia membuat semua orang nyaman dengan kehadirannya. Ia punya pesonanya sendiri, sehingga orang lain penasaran dan kemudia jatuh hati padanya. Akupun langsung menyukainya saat pertama kali melihatnya" meitha menanggapi.
"Kalian benar dia selalu mendengarkan kita tapi ia tidak pernah bercerita banyak tentangnya bukan?" Tanyaku tiba-tiba penasaran.
"Iya dia hanya bercerita kalau punya seorang adik perempuan yg manis, ia selalu bersemangat bila bercerita tentang adiknya" jawab Meitha.
"Ah kau benar. Dia juga pernah bercerita bahwa ayahnya bekerka di bidang teknik dan ibunya seorang pembisnis, disimpulkan dari ceritanya dia sangat mengagumi kedua orangtuanya" jawab Regina sambil mangguk-anggukkan kepalanya seraya berpikir.
"Dia tidak banyak bercerita padaku, kebanyakan dia bertanya mengenai pelajaran dan membahas mengenai beberapa hal yg ia minati. Dia cukup tertutup untuk urusan pribadi tapi tak apa itu urusannya" jawabku dan direspon anggukan dari kedua temanku.
Kami terus berbincang membahas banyak hal setelah bahasan tentang Ivy, berlanjut hingga sore hari dan berakhir ketika jemputanku tiba. Kami akhirnya pulang masing-masing, begitulah cara kami menghabiskan wartu bersama.
Tolong dukung cerita ini
Terimakasih~