OUR FIRST SHOW 3

3 1 0
                                    

Perdebatan belum berakhir setelah mendengar pernyataan Ivy, mereka malah meremehkannya.

"Halah tau apa lu soal coding paling cuma besar omong aja kan biar keliatan hebat" Dinda mulai merendahkan Ivy.

"Lu kira gua ga tu lu anak lukis, Student Day buangan pasti ni lu gagal masuk programming jadi halu, hih kasian" kalimat Siska yg tajampun keluar.

"Gausah banyak tingkah, minggir sana! gua mau liat paling lu maen game doing kan" Chika dengan kasar mendorong Ivy dari kursinya dan langsung duduk dan melihat layar komputer.

"Kamu gapapa vy? Sini aku bantuin" Meitha membantu berdiri dan hanya dapat anggukan dari Ivy.

"Kamu beneran bisa coding vy? Kalo bisa kenapa ga masuk programming vy?" Tanya Meitha tak percaya.

"Makasih. Tapi emang kalo bisa harus masuk ya? Bukannya milih sesuai minat dan bakat ya?" Jawab Ivy santai.

"Chika kamu udah keterlaluan tau ga? Minta maaf ke ivy!"

Aku langsung menghampiri mereka setelah Ivy didorong, aku tidak suka ada yg menggunakan kekerasan pada temanku.

Bukan menjawab, Chika malah diam menatap layar komputer membuat semuanya penasaran dan ikut melihat apa yg dilakukan Ivy sejak tadi.

Kami ber-empat tentu selain Ivy melihat isi komputer dan membuat kami terkejut, Chika akhirnya bersuara setelah kembali dari keterkejutannya dan membuat kami ber-empat memandang ke arah Ivy bersamaan.

"Gila ini ga mungkin! Beneran lu yg ngerjain?" Hanya anggukan dari Ivy sebagai jawaban

Jawaban itu semankin membuat kami tidak percaya. Bagaimana tidak, Ivy bukan hanya melakukan apa yg ia jelaskan tadi tapi ia juga membuat coding sendiri dan terlihat ada sebuah game yg masih di coba berarti Ivy juga membuat game itu dari coding yg dibuatnya sendiri, dan itu bukanlah hal yg mudah untuk kami orang awam.

"Sebenernya kalian itu ada masalah apa? Dari tadi aku tanya ga ada yg jawab" tanya Ivy sambil menghela nafasnya.

"Bentar-bentar ini beneran kamu yg ngerjain vy?" Tanyaku tak percaya lalu di jawab anggukan.

"I, itu vy mereka kesal karena kamu ga bantu kami latihan nari dan mereka pikir kamu lagi main game di komputer ini" jawab Meitha yg masih berusaha tenang.

"Hanya itu? Tidak ada yg lain? Aku kira ada hal penting" tanya Ivy yg dijawab anggikan dari aku dan Meitha.

"Lu meremehkan lahitan ini? Kalo gitu lu keluar aja! masuk kelompok lain yg menurut lu lebih penting" sahut Siska tidak terima dengan pertanyaan Ivy.

"Bukan itu maksudnya, jangan marah dulu napa. Kamu lagi PMS apa? Marah mulu perasaan, aku yg akan mengajari kalian tari Pendet jadi kalian tenang saja" jawab Ivy dengan tenangnya.

"Emang lu bisa tari Pendet, coba buktiin!" sahut Chika meremehkan.

"Hmmm tolong nyalakan musiknya" pinta Ivy sambil memandang Meitha dan langsung di sanggupi.

"Emang manusia tuh ga ada yg sabaran, ngeremehin mulu perasaan. Heran deh" gerutu Ivy dapat terdengar jelas.

Musik diputarkan melalui handphone dan musik tradisional terdengar merdunya ke penjuru ruangan lab komputer, irama khas dari gamelan terdengar indah intro musik sudah berlalu dan mulai masuk dalam irama yg lebih cepat segera setelahnya Ivy yg tadi masih berdiri dengan santainya langsung mengambil posisi.

Dengan mudahnya Ivy memperlihatkan gerakan tari yg sejak tadi dicoba anak lain, ia bergerak dengan begitu indahnya, gerakan patah-patah yg terkenal dari tari Pendet pun ia lakukan dengan baik dan sangat menakjubkan.
Terlihat seperti penari professional, tarian terus ia perlihatkan dengan santainya membuat kami yg melihat terkagum-kagum akan kemampuannya. Hingga tarian selesai dan tepuk tangan dari teman kelas menyadarkan ketersimaanku pada Ivy.

Aku memandang sekeliling dan ternyata sebagian teman kami yg tadi ke kantin sudah kembali dan ikut menonton pertunjukan Ivy, mereka memuji Ivy tanpa henti dan itu berhasil membuat ketiga orang tadi bungkam. Aku yg penasaranpun bertanya.

"Kamu belajar dimana vy? Kok ga lansung bilang pas di kelas tadi kalo udah bisa?" Tanyaku.

"Dulu pernah ikut sanggar tari. Kalian kan ga ada yg nanya tadi, lagi kalo bilang biar apa" jawab Ivy singkat tak seperti biasanya setelah memperlihatkan tarian dia tidak lagi tampak ceria.

"Ya kita mana tau kalo kamu ga bilang vy, kan bukan gitu. Ah tau ah capek" sahut Meitha kesal dengan jawaban asal Ivy.

"Woah keren banget berati kamu bisa banyak tari tradisional dong? Kamu kenapa vy capek ya?" Tanyaku melihat raut wajah Ivy.

"Ah engga juga ko aku cuma belajar sebentar disana, cuma bisa bebara tarian aja ko. Gapapa cuma sedikit capek aja" jawab Ivy dengan senyuman.

"Tari apa aja yg kamu bisa vy? Kamu mau minum? ni punyaku aja kalo mau" tanyaku sambil menawarkan minum dan diambil olehnya.

"Makasih yaa. Aku bisa tari Jaipong, tari Piring, tari Saman, tari Ondel-ondel sama tadi Pendet" ucapnya setelah minum dan mengembalikannya padaku.

"Wah segitu juga lumayan dari pada aku ga bisa sama sekali" jawabku sambil menerima kembali minumanku.

"Hehehe iya, yaudah aku balik ke mejaku ya" ucapnya lalu bernajak pergi
Aku melihatnya menghampiri Meitha dan kelompok tari, setelahnya ia segera duduk di kursinya.

Sepertinya ia kemabali melanjutkan codingan yg tadi belum selesai.

Tak lama kemudian guru datang dan kelas dimulai hari ini. Kami belajar tentang membuat blog dan bagaimana cara menggunakannya, setelahnya kami diminta untuk membuat blog kami sendiri lalu mengumpulkan hasilnya melalui email masing-masing.

Siapapun yg selesai duluan sebelum jam pulang di perbolehkan pergi, begitulah keuntungan kelas komputer.

Aku memang tidak terlalu ahli dalam menggunakan komputer jadi mendapat sedikit kesulitan saat mengerjakan tugas, untungnya Ivy yg cepat selesai mau membantu karena ia menunggu kami agar bisa keluar bersama.

Bukan hanya Ivy yg pandai mengoprasikan komputer tapi ke enam teman pria kami juga sama pandainya karena mereka murid animasi dan programming. Aku tidak tau apakah mereka tau tentang kemampuan Ivy atau tidak.

"Temen-temen pada tau kalo kamu bisa coding?" Tanyaku sambil mengerjakan tugas mataku terus menghadap komputer.

"Engga, emang kenapa?" Jawabnya santai sambil bermain game di tab ku.

"Kenapa ga kasih tau? kan kalian bisa belajar bareng" Tanyaku lagi.

"Gapapa si males aja bilangnya, tadi juga kalian tau karena aku kepergok ajakan? Bukan karena aku mau kasih tau" jawabnya tidak minat.

Kenapa bahasanya kepergok kan jadi seperti maling atau pencuri yg ketahuan, Ivy ini bahasanya aneh sekali dia kan bisa pakai kata lain.

Aku tidak malanjutkan bahasan tadi karena sepertinya dia tidak begitu suka membahasnya.

Setelah tugasnya selesai akupun berterimakasih pada Ivy dan mengumpulkan tugas. Kami keluar bersama dan segera pulang ke rumah masing-masing.
























Nyambung besok

SheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang