Cerita bukan berdasarkan sudut pandang Melissa
Regina Fitri Fahira yup itu namaku mereka biasa memanggilku Regina, sejujurnya aku ingin bercerita mengenai perasaanku terhadap seorang pria.
Ya benar aku menyukai Muhammad ikhsan pria menyebalkan yg selalu berdebat denganku, aku menyukainya sejak sekolah menengah pertama. Dia pria tampan dengan senyum menawan siapa saja pasti menyukainya namun aku sadar dengan apa yg ada dalam diriku dan memilih untuk berperan sebagai temannya saja agar tetap dekat dan selalu berada disekitarnya. Namun akhir-akhir ini ada yg mengganggu pikiranku.
Aku mulai khawatir jika ikhsan mulai menaruh hati pada wanita lain, sebenarnya itu wajar saja karena dia tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun, tolong garis bawahi siapapun karena aku hanya berlabelkan teman saja. Namun tetap saja ada rasa khawatir akan hal itu, tapi aku tidak bisa berbuat apa apa.
Aku melihat mereka berbincang dan terlihat sangat mengasikan yang membuatku merasa cemburu.
Tak jauh dari pandangan Regina, terlihat ikhsan sedang bercanda dengan Ivy. Sepertinya mereka sedang memainkan sebuah permainan."Ga boleh curang san!" Seru Ivy terdengar candaan keduanya sambil berteriak.
"Mana ada curang sih. Ini coba diliat, aku yg menang" jawab ikhsan tak mau kalah.
"Gak, gak, gak bisa aku yg menang pokoknya" Ivy mulai melancarkan serangan berupa cubitan dan pukulan ringan pada ikhsan.
"Ih jangan, sakit, sakit, ampun vy, ampun!!!" Teriak Ikhsan sambil terus tertawa karena berhasil membuat Ivy marah.
Bagi Ikhsan sangat menyenangkan membuat teman-teman wanitanya kesal dengan keusilannya karena menjadi kesenangan tersendiri bagi ikhsan.
"Curang! Curang! Curang! Ga mau lagi main sama Ikhsan. Ikhsan rese, ga asik!" Seru Ivy yg terlihat marah membuat Ikhsan makin tertawa senang.
Ivy terlihat menggemaskan ketika marah dan ngambek tapi ia jarang sekali marah. Jika berhasil membuat Ivy marah seperti mendapat Jackpot.
"Ivy jangan ngambek undah biarin aja ikhsannya" itu satya yg bicara.
"Iya biarin aja, lagi orang ga beres diajak main kamuni, mending sama aku aja sini" kata Aruna sambil narik lengan Ivy berhasil membuat Satya yg melihatnya tak suka.
"Vy bisa ga gemesin, kamu mau di kurangin? Aku ga kuat, pen karungin rasanya" Semesta selalu seperti itu bicara dengan menyelipkan gombalan manis di kalimatnya.
"Jangan dong nanti orang rumah nyariin gimana?" Jawab Ivy asal.
"Eh eh eh ko main rebut aja sih? Kan Ivy lagi main sama gue!" Ikhsan bicara dengan kesalnya pada Aruna sambil menarik lengan Ivy yg masih asik bermain handphone Aruna.
"Selow bro anaknya udah anteng ni, kalo ngambek lagi bisa gempar sekelas" Satya mencoba menengahi keduanya.
"Iya udah bareng-bareng aja sih, ini kalo dia ngambek lagi bisa kacau yg ada kelas" itu Raksa yg jarang bicara pun akhirnya turun tangan.
"Udahlah sini lanjut mainnya apa kita ganti permainan aja?" Kata Kafka mengalihkan pembicaraan.
Aku hanya memperhatikan mereka dari bangku depan mereka berkumpul dan bermain dimeja milik Aruna dan Kafka jadi mereka mengelilingi meja itu, sebenarnya aku heran kenapa Ivy terlihat lebih asik bermain dengan mereka di bandingkan dengan kami bertiga yg sesama wanita ataupun teman wanita di kelas kami yg lainnya.
Sebenarnya aku tidak suka melihat interaksi Ivy dengan Ikhsan apa lagi jika ia bersikap sok imut itu hanya membuatku semakin kesal.
"Kenapa sih mereka memperebutkanya!"
"Apanya yg lucu dari dia, dia tidak menggemaskan!" Gerutuku sendiri tidak memperdulikan sekitarku.
Sudut pandang Nandika
Aku tidak tau bahwa kelas olahraga sore kemarin bisa membuatku terus teringat wajahnya. Ya gadis bernama Ivy entah mengapa ia sangat menarik perhatianku, ayolah ini aku Nandika Tri Nugraha pria tampan yg digandrungi para wanita, tak jarang para wanita yg memulai duluan ataupun mengejarku secara terang-terangan dan aku selalu menanggapi mereka.
Apa salahnya toh aku tidak menjalin hubungan dengan siapapun jadi tak ada perasaan yg perlu ku jaga. Ya memang aku terkenal sebagai pemberi harapan palsu (PHP) pada banyak gadis diluar sana, tak jarang mereka menyebutku playboy. Tapi hey itu salah mereka sendiri yg terlalu mudah terbawa perasaan, aku hanya bersikap baik pada mereka, mereka saja yg baperan.
Tapi tak tau mengapa Ivy terlihat berbeda dari gadis lain yg dekat denganku. Dia terlihat ceria, polos dan apa adanya. Dia menjadi dirinya sendiri di hadapan banyak orang tidak seperti kebanyakan wanita diluar sana.Dia sungguh berbeda.
Bell istirahat sudah berbunyi, aku bersama beberapa teman priaku bergegas menuju kantin. Saat ingin menuruni tangga aku melihat Ivy bersama teman-temannya lalu akupun menyapanya.
"Hai Ivy" sapaku dengan senyum kikuk dan lambaian tangan ringan.
"Hai juga" jawabnya dengan senyum manis dan semangat yg terlihat jelas, aku yakin ia tidak mengenalku tapi ia tetap membalas sapaanku dengan ramah, sungguh gadis yg baik.
Aghh! sepertinya aku benar benar falling in love. Senyumnya tidak bisa hilang dalam pikiranku, wajah berserinya selalu terbayang bayang, aku seperti orang bodoh yg selalu tersenyum ketika membayangkan wajah menawannya.
"Berhentilah tersenyum bodoh seperti itu Dika, itu sangat menjijikan!" Itu sahabatku Febbyana Pratama gadis tomboy yg urakan.
"Selalu saja menggangu kesenanganku" jawabku sok imut padanya.
"Jangan membuatku muak, aku tak mau menyia-nyiakan usahaku untuk makan tadi jadi sia-sia karena tingkah menjijikan mu itu" gerutunya panjang lebar.
"Kenapa sih kamu in?i aku sedang senang, jadi jangan hancurkan moodku!" sautku padanya.
"Kamu sedang suka pada seseorang ya? Siapa? Anak mana kali ini?" Tanya Febby penasaran.
"Dinda? Vanya? Annisa? Atau si Sinta itu? Wanita mana kali ini? Cepat ceritakan padaku!!" serunya semangat.
Memang dia kalo soal sumber gosip gini semangat, nanti kalau aku cerita pasti dia yang akan menyebarkan pada wanita yg tertarik pada ku. Dan perlu kalian tau hanya dia yg rela menjual temannya sendiri, dia menumbalkan cerita tentang ku pada para gadis itu, sungguh teman yg tega.
Tapi bila ku tegur dia dan berkata kenapa kau tega sekali padaku, dia akan menjawab dengan riang.
"Kau saja tega mempermainan banyak wanita kenapa aku harus tak tega padamu"
Ini antara febby yg kelewat menyebalkan atau memang sangat menyebalkan. Ah sudahlah kita kembali ke cerita.
"Bukan mereka, kali ini berbeda." jawabku santai membuat Febby memang wajah bingung.
"Namanya Ivy dari kelas lain" lanjutku.
Akupun mulai bercerita tentang Ivy, tentang perasaan yg kurasakan dengan semangat, Febby yang beberapa kali memberikan tanggapan dan dia terlihat mendukung perasaan ku pada Ivy.
Tidak seperti sebelumnya beberapa kali ia terlihat tidak suka atau tidak setuju, bakhan beberapa kali bersikap masa bodo jika aku menjalin hubungan dengan beberapa wanita, memang sih kebanyakan memang wanita yg kurang baik dari sikap atau pun pergaulannya tapi ya namanya perasaan mana tau ia akan berlabuh kemana.