Setelah even bulan budaya berakhir kami langsung melanjutkan kegiatan belajar mengajar seperti biasanya, karena kami pun menantikan siapa pemenang dari acara kemarin jadi hari ini kami memanti pengumuman yg akan di bacakan melalui pengeras suara.
Hingga setelah jam mata pelajaran pertama berakhir di saat itulah pengumuman yg kami nanti di umumkan.
"Assalamualaikum wr,wb. Selamat pagi. Disini saya sebagai ketua acara bulan budaya 2021 ingin mengumumkan pemenang dari kegiatan kemarin adalah..."
"Juara 3 di menangkan oleh kelas 12 IPA 1"
"Juara 2 di menangkan oleh kelas 10 IPS 4"
"Dan terakhir juara 1 di menangkan oleh kelas 11 unggulan 5"
"Untuk para ketua kelas diharap berkumpul di ruang guru untuk pengambilan hadiah, sekian dari saya terimakasih"
Begitulah kurang lebih pengumuman yg di sampaikan kelas kami seketika bersorak soray mendengar pengumuman tadi.
Selesai dengan selebrasi kemenangan ketua dan wakil kelas pamit setelah guru jam pelajaran ke 2 datang dan bergegas keruang guru, keduanya kembali sebelum bel istirahat berbunyi.
Saat istirahat dimulai ketua kelas meminta kami untuk tidak keluar dulu karena ada yg ingin disampaikan.
"Teman-teman disini saya ucapkan terimakasih untuk partisipasi dan kerjasamanya dalam kegiatan kemarin dan puji syukur kita memperoleh juara 2 dengan hadiah berupa uang tunai sebesar 10 juta rupiah. Menurut kalian bagaimana baiknya uang ini kita gunakan nantinya?"
Kelas kami seketika ramai kembali karena saling memikirkan akan diapakan uang tersebut, beberapa anak mengajukan pendapatnya dan mulai terjadi perpecahan ada yg mengajukan untuk di bagikan, ada yg minta di sumbangkan, ada yg minta untuk acara pesta sekelas.
"Tenang dulu, satu-satu kalau bicara" wakil ketua kelas menengahi.
"Angkat tangan yg punya pendapat" kata ketua kelas lagi.
Tak ada yg angkat tangan kelas jadi hening mungkin teguran tadi membuat mereka semakin berfikir harus berbuat apa hingga Ivy mengangkat tangan.
"Ya, Ivy silahkan" kata wakil ketua kelas.
"Begini, karena uangnya dalam jumlah yg besar kita juga belum tau akan ada kegiatan apa lagi yg sekiranya membutuhkan dana banyak jadi bagaimana kalau uangnya di simpan di konprasi sekolah. Buka tabungan baru dengan nama kelas sekalian setorkan sebagian uang kas kelas kesana jadi kalau memang butuh baru ambil uangnya."
"Kalau kalian tidak percaya dengan bendahara biar ketua dan wakil yg buat tabungannya lalu bukunya biar di pegang bendahara jadi kalau tidak ada kesepakatan di antara ke 3 nya maka uang tidak bisa di ambil"
Penjelasan Ivy membuat sebagian anak di kelas kami berteriak setuju, aku dan yg lain juga sama.
Dan akhirnya ketua kelaspun menyetujui usulan dari Ivy namun ada juga beberapa teman yg tidak suka dengan ide yg Ivy canangkan tadi, diantaranya ya Siska, Dinda dan Chika mereka sempat mendebatkan usulan tadi sebelum ketua kelas melakukan voting dan menggunakan ide Ivy.
Mungkin beberapa anak kelas tidak menyukai Ivy yg selalu aktif dikelas dan ramah pada para guru membuat mereka terkadang terang-terangan menunjukan ketidak sukaannya pada Ivy.
Seperti di kelas olahraga minggu lalu kami bermain basket karena hanya kelas kami yg berolahraga maka semua siswa di kelas harus ikut praktik, aku seteam dengan Ivy, Regina, Meitha, Ratna dan Lani. Dan lawan kami adalah Siska, Dinda, Chika, Anastasya, dan Melodi.
Team kami yg bertugas menyerang dan mencetak poin adalah kami berempat kecuali Lani karena ia paling tinggi jadi ia akan bertahan di dekat ring.
Sedangkan di team lawan ada Chika yg menjaga ring. Pertandingpun dimulai, bola di lambungkan keatas oleh wasit (guru olahraga) segera di Meitha yg merupaka kapten team kami melompat untuk merebut bola bersamaan dengan Siska.
Bola berhasil di rebut oleh Meitha kami langsung berlari mengambil posisi, bola di oper pada Ratna yg langsung mendribelnya maju mendekati ring.
Aku, Meitha dan Ivy menhalangi team lain untuk merebut bola, hingga saat Ratna ingin mengoper ke Ivy disana permainan kasarpun dimulai oleh ke tiga orang menyebalkan itu.
Mereka sengaja memberikan celah agar Ivy dapat menerima bola dan dengan begitu mereka dengan leluasa bisa punya alasan untuk mengincarnya, Dinda yg mengejar dan Ivy terus dengan sengaja mencoba menyelengkat kaki Ivy namun masih dapat di hindari, lalu Siska yg dengan kasar merebut bola sambil dengan sengaja menabrakan bahunya pada Ivy.
Aku dan Ratna terus berteriak pelanggaran namun tidak di gubris oleh wasit, hingga akhirnya Ivy jatuh karena didorong dengan kencang oleh Dinda barulah permainan di hentikan wasit dengan memberikan kartu kuning.
Setelah memperoleh teguran permainan masih berlanjut dengan tercetaknya point dari Ratna terus hingga akhir waktu permainan, team kami menang dengan selisih 1 poin.
Selesai pertandingan Ivy pergi ke UKS sendiri untuk mengobati luka ringan akibat terjatuh tadi, ia menolak ditemani dan meminta kami untuk menunggunya sambil beristirahat. Setelah kejadian itu Ivy mulai lebih banyak diam tapi masih menampilkan senyum pada kami.
Kembali setelah pembahasan dikelas tadi anak kelas kami mulai beranjak pergi ke kanti, aku dan lain juga akan segera ke kantin saat mengajak yg lain Ivy menolak dengan alasan ia sedang malas untuk pergi.
Aku menawarkan untuk membelikannya sesuatu dan iya hanya minta di belikan minuman dingin saja, setibanya di kantin kami langsung menuju stand penjual dan meminta semua makanan dibungkus karena kami akan makan dikelas.
Semua pesanan sudah di terima, titipan Ivy juga sudah di beli kami kembali ke kelas sambil mengobrol.
Tiba di depan kelas kami melihat meja Ivy sudah di kerubuni oleh beberapa wanita yg bukan anak kelas kami, kami menghampiri dan menunggunya di mejaku dan Regina. Aku pun meberanikan diri untuk memberikan minuman pada Ivy.
"Mmm permisi sebentar boleh?" Kataku pada wanita yg berdiri membelakangiku sambil menepuk bahunya.
"Oh ya" jawab wanita itu singkat lalu memberikan jalan.
"Vy ini titipannya, mereka siapa vy?" Bicaraku berbisik di dekat telinganya.
"Bukan siapa-siapa, nanti aku susul" jawabnya sambil menampilkan seyum, aku kembali ke kursiku.
Bisa terdengar kalau para wanita itu beberapa kali berkata kasar bahkan sempat mengebrak meja tapi Ivy terlihat santai duduk dikursinya sambil menjawab pertanyaan yg di tujukan padanya, kami ingin membantu tapi tidak jadi karena teman pria kami datang dengan hebohnya Ikhsan dan Raksa masuk ke kelas.
"Wih wih wih rame amat, pada ngapain nih cewek-cewek" Ikhsan bicara dengan heboh sambil menghampiri meja Ivy.
"Duh jan bikin malu nama san" Raksa yg mencoba membawa Ikhsan menjauh dari para wanita di depannya.
"Kenapa sih? Mau kenalan dulu ini cewe cakep-cakep ga boleh di anggurin, iya ga vy?" Jawab Ikhsan sambil menaik turun kan alisnya. Ivy hanya terseyum menanggapi sedang kami geleng kepala melihat tingkahnya.
"Gaje banget sih ni orang, udah kita pergi aja! Dan buat lu urusan kita belom selesai!"
Seorang wanita bicara dengan sinisnya sambil menunjuk pada Ivy dan pergi meninggalkan kelas tanpa memperdulikan ikhsan yg masih berusaha berkenalan dengan mereka.
Ivy menghampiri meja kami yg masih berkumpul sejak kejadian tadi.
"Kalian kenapa?" Tanyanya pada kami.
"Eh jadikan hari ini kerumah Aruna? Siapa aja yg ikut?" Belum sempat kami menjawab Ivy sudah memberi peranyaan lain.
"Jadi ko, yg tadi itu siapa?" Tanya Aruna.
"Bukan siapa-siapa ga penting, oh iya Satya makasih ya rotinya" jawab Ivy lalu bicara pada Satya.
"Oh iya sama-sama" jawab Satya singkat.
"Jelasin yg tadi vy" mintaku pada Ivy.
"Nanti aja di rumah Aruna ya" jawab Ivy dan kemudian bel tanda berakhirnya jam istirahatpun berbunyi.
Kami kembali ke kursi masing-masing dan memulai kelas.
🙏🙏🙏