2. Reihan dan Matahari

104 16 1
                                    

Persyaratan yang diberikan Reihan pada Berlian yang pertama adalah Menjemputnya di sekolah selama satu minggu penuh. Ini adalah syarat yang harus dipenuhi sebelum melangkah ke syarat yang kedua.

Berlian sudah siap dengan motor dan dua helm bogo warna coklat dan warna kuning cerah dengan stiker matahari, special untuk Reihan. Bukan tanpa alasan warna kuning dan stiker itu dipilih, itu adalah inisiatif Berlian agar Reihan terkesan.

Sebelumnya, Berlian banyak bertanya pada Reno tentang kesukaan dan hal yang dibenci Reihan. Dan, warna kuning cerah serta bertemakan matahari adalah dua hal yang sangat menyerupai kepribadian Reihan.

"Kak Berliaaaannn?!!" Seru Reihan seraya berlari menghampiri Berlian yang baru sampai di depan gerbang SMP Neo Culture Technology.

"Haiii, are you ready?"

"YEEEESSSS!!!" Berlian kaget, karena yang menjawab bukan hanya Reihan. Tapi tiga bocil dibelakang Reihan juga.

"Mereka siapa?" Reihan menarik ketiga bocil dibelakangnya untuk mendekat pada Berlian.

"Kenalin Kak, ini Aska, Jaiden, dan ini Andy. Mereka sahabat-sahabat aku"

Berlian manggut-manggut mendengar penjelasan Reihan. Lalu menyalami mereka untuk sekedar berkenalan.

"Yauda yuk, Reihan. Kita balik!!" ajakan Berlian direspon oleh Reihan.

Setelah berpamitan dengan ketiga sahabatnya, Reihan menaiki motor juga memakai helm dengan riang.

Ditengah perjalanan, Reihan berkali-kali bersin. Hingga Berlian memutuskan berhenti di sebuah indoapril.

"Kamu sakit? Kok bersin-bersin dari tadi?" Berlian mengecek seluruh badan Reihan, namun tak ada yang aneh kecuali bersinnya.

"Enggak kak, aku gak papa. Aku boleh beli es krim gak? Mumpung kita disini" Reihan memasang wajah melasnya, siapapun yang melihat takkan tega.

"Tapi kamu bersin, kalau nanti makin flu, badan kamu demam, gimana?"

"No, no, no... Reihan anak kuat kok Kak. Reihan bentar lagi udah kelas 3 SMP, malu kalau lemah"

Berlian berfikir panjang, sekilas ia berfikir untuk meminta izin Reno. Namun, panggilannya tak di respon.

"Hmm, kamu yakin gak bakal flu atau demam kalau makan es krim dalam keadaan begini?"

"Yakin, ini bersin biasa kok" Reihan mengangguk antusias.

"Yauda deh ayo, sekalian kakak beli masker buat kamu. Kayaknya kamu bersin karena debu dijalan deh"

Mereka berdua memasuki indoapril, memilih dua es krim untuk Reihan dan satu lagi untuk Berlian. Tak lupa dengan masker untuk Reihan nantinya.

Setelah membayar, mereka berdua duduk di kursi yang tersedia di depan indoapril. Menikmati es krim masing-masing, beberapa kali es krim Reihan harus tersisa di pipi kanan-kirinya. Saat Berlian bermaksud untuk mengusapnya dengan tissu, dengan cepat Reihan menepis tangannya.

"Kak, aku udah gede. Kalau anak sekolahanku ada yang liat, aku malu. Kakak mau dikira pacarin anak SMP?"

Berlian hanya menggelengkan kepala, menurutnya anak SMP sekarang terlalu jauh cara berfikirnya. Padahal kan bisa aja ada yang nganggep mereka kakak-adik, kenapa mesti pacaran sih? 😪

"Oke sorry anak remaja, Kakak gak lagi bantu bersihin es krim kamu" putus Berlian dengan menekan kata Remaja.

○○○○○

Usai mengantar Reihan pulang kerumahnya, dengan berat hati meninggalkan Reihan hanya sendiri dirumah itu. Pembantu juga satpam dirumah Reihan kebetulan sedang pergi entah kemana.

Berlian semakin tak tenang meninggalkan Reihan seorang diri, apalagi bersinnya semakin menjadi-jadi.

Saat tiba dirumah, ia dikejutkan dengan Mamanya yang berada di depan gerbang rumah. Raut wajahnya seperti cemas, mondar-mandir kayak setrikaan.

"Ma, ada apa?" Tanya Berlian saat ingin memasuki pekarangan rumahnya.

"Reihan masuk rumah sakit, barusan Pratiwi telfon mama"

"Hah? Kok bisa?"

"Kamu sih, kenapa pake motor jemputnya? Kan Reihan alergi sinar matahari? Dia jadi bersin-bersin sampe flu"

Berlian hampir saja rubuh dengan motornya, ia lupa menanyakan alergi Reihan. Terlalu fokus pada kesukaan dan hal yang dibenci Reihan saat sesi tanya jawab dengan Reno kemarin malam.

"Terus gimana nih Ma?" Berlian mulai gelisah, tentu yang terjadi pada Reihan adalah penuh kesalahannya.

"Ayo ke Rumah Sakit, kamu siap-siap. Ini Mama lagi nunggu Papa dari tadi lama banget nyampeknya"

Berlian lalu bergegas memarkirkan motor juga helmnya. Tanpa memperdulikan penampilannya, ia langsung keluar tak lupa mengunci pintu gerbang rumah sesaat setelah Papanya datang.

Berlian dan kedua orang tuanya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Kecuali sang Papa, kedua perempuan itu gelisah, terutama Berlian yang mulai pucat dan panas dingin di sekujur tubuhnya.

○○○○○

22/06/2021

LANJUT GAK NIH? 😅🤣

AKU SIH YES!! || Johnny Suh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang