4. Bocils In The House

78 12 1
                                    

Sesuai yang dikatakan Reno, Pak Jamal a.k.a supir keluarga Reno datang menjemput Berlian lalu menuju sekolah Reihan.

Di depan gerbang sekolah, telah menunggu Reihan ditemani sahabat-sahabatnya yang kemarin diperkenalkan pada Berlian.

"Reihan??" Berlian menghampiri Reihan dengan melambaikan tangannya.

Reihan diikuti ketiga anak-anak disamping kanan-kirinya pun membalas lambaian Berlian dengan antusias dan senyum merekah.

"Yuk pulang!!" Berlian memberikan kode pada Reihan untuk menggandeng tangannya, namun bukan hanya Reihan tapi ketiga Bocil tersebut juga ikut menggandeng Berlian.

"YUUKKK" Jawab mereka serempak.

"Loh, kalian gak pulang?" Berlian menatap heran ketiganya.

"Hari ini mereka main dirumah aku, Kak. Nanti sore orang tua mereka jemput dirumah aku" jelas Reihan pada Berlian.

"Udah izin kan?"

"UDAAHH DONG" Jawab ketiganya serempak, lagi.

Dengan begitu, the Bocils langsung masuk ke dalam mobil dan menuju rumah Reihan.

Sepanjang perjalanan, ke empat Bocil itu sibuk dengan ponsel miring masing-masing. Ke empatnya pun juga berkomunikasi satu sama lain dengan atensi yang masih pada ponsel, tak jarang saling saut-sautan dengan nada tinggi. Berlian yang melihat pemandangan itu, hanya bisa menggelengkan kepala "Dasar, bocil epep"

Sesampainya dirumah Reno, Reihan and the bocils langsung lari menuju kamar Reihan yang berada di lantai tiga. Melihat kerusuhan ke empat bocil tersebut, lagi-lagi Berlian hanya menahan kesabaran.

Dengan ragu, Berlian duduk di sofa ruang tamu. Karena keadaan rumah yang super megah ini, namun tidak ada aktivitas manusia kecuali Reihan dan teman-temannya yang teriak-teriak sejak tadi.

Bukan tanpa alasan Berlian masih menetap dirumah ini, itu adalah permintaan Reihan. Reihan memintanya untuk menemani mereka bermain game hingga sore hari. Tanpa menaruh rasa curiga, Berlian mengikuti permintaan itu.

Saat semua keempat bocil tersebut telah mengganti seragamnya menjadi baju main. Mulailah mereka main di ruang tengah, ponsel yang mulai miring dan percakapan-percakapan yang hanya di mengerti oleh mereka.

"Han, emang Papa kamu mau nikah kapan?" Tanya Jaiden, namun atensinya masih pada ponselnya.

"Gak tau, yang jelas nanti nikahan Papa aku diundang"

"Kita juga di undang gak, Han?" Kali ini Andy yang bertanya.

"Di undang dong, semuanya yang disini di undang. Aku gak mau undang Jujun, soalnya dia gak bisa mau FF"

"Yeay asiikk, aku di undang juga!! Tapi kasian Jujun kalau gak di undang, dia kan teman sekelas kita juga" Aska Mengsedih.

"Kalau kamu kasian sama Jujun, kamu temenan sama Jujun aja jangan sama aku" sewot Reihan.

Berlian yang mendengar dari dapur hanya menggelengkan kepala. Lagi-lagi, harus tahan untuk tidak julid 'namanya juga anak-anak'.

"Ayo minum dan dimakan dulu cemilannya" Berlian membawa satu nampan berisi frenc fries, chicken nugget, dan cola. Tanpa sebut merk, u know lah ya 😌

"Terimakasih Tante..." Andy langsung menyomot dua chicken nugget setelah satu nampan yang dibawa Berlian mendarat di meja.

"Heh, cantik begini dipanggil Tante" Jaiden langsung menoyor dengan kekuatan penuh kepala Andy.

"Eh ya maaf Kak" Raut wajah bersalah Andy sangat jelas.

"Bukan Kakak juga, tapi sayaang..." Jaiden yang ikut menyomot french friesnya seraya memberikan kedipan pada Berlian.

AKU SIH YES!! || Johnny Suh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang