9. Simulasi Dulu Ya

62 9 0
                                    

Reihan yang baru saja keluar dari restoran menemukan sang Papa berjalan ke arahnya.

"Reihaaaann, apa kabar?" Sapa wanita disebelah Reno.

"Ngapain Tante Tania disini?" Reihan menatap Tania tajam.

"Gak sengaja kok ketemu Papa kamu, yaudah sekalian ketemu kamu deh"

Tania ingin merangkul, namun dengan cepat ditepis oleh Reihan.

"Ayo, Ma... pergi dari sini" Reihan menggandeng tangan Berlian meninggalkan Reno dan Tania yang sedang mencerna kata-kata Reihan.

"Ma? Namanya Berlian kan Ren? Teman kamu?" Cecar Tania pada Reno.

Yang ditanya malah senyum-senyum gak jelas. "Iya, sekaligus calon Mama baru buat Reihan"

Reno dengan riang gembira juga meninggalkan Tania yang mematung heran. Reno menuju restoran yang sebelumnya Reihan dan Berlian masuki.

○○○○○

Selama perjalanan pulang, Reno banyak melemparkan pertanyaan hingga jokes pada seisi mobil. Namun, tidak ada yang merespon termasuk Berlian.

Firasat Reno, kejadian dengan Tania tadi adalah penyebabnya ia merasa terbui.

"ADA YANG MAU ES KRIM??" Sekali lagi Reno mencoba, kali ini akan sangat mentoleransi jika Reihan akan banyak memakan es krim.

"........." tak ada jawaban.

Hanya suara Andy, Aska, Reihan dan Jaiden di belakang sedang membahas permainan tadi di timezone.

"WAHH... SAYANG BANGET GAK ADA YANG MAU. PADAHAL BISA SEPUASNYA MAKAN ES KRIM"

Lagi, tak ada respon.

Reno melirik Berlian yang sedang sibuk memfokuskan pandangannya pada Hp. Sesekali terlihat tersenyum membuat Reno penasaran apa yang Berlian lihat di layar itu.

"Be... minta tolong ambilin air di laci dashbor dong"

Tanpa menoleh sedikitpun, Berlian mengambil lalu memberikan sebotol air mineral pada Reno disampingnya.

"Buka kan sekalian dong Be, tolong"

Berlian menuruti, namun atensinya masih pada Hp.

"Makasih" ucap Reno seraya menghembuskan nafas kasarnya saat sebotol air berhasil digenggamnya.

"Kalau gini, berasa lagi nyupirin majikan" batin Reno.

○○○○○

Reno mengantar teman-teman Reihan terlebih dahulu, baru kemudian pulang ke rumahnya. Hanya untuk mengantar Reihan.

"Reihan, Papa anter Kak Berlian dulu ya" masih di kursi kemudi, Reno menghadap ke belakang bermaksud untuk menyuruh anaknya segera turun.

"Aku ikut aja"

"Kan kamu harus ganti baju, lihat tuh seragam kamu kucel banget"

"GAK MAU" Reihan merengek, kemudian meraih lengan Berlian dengan posesif.

"Aku naik taxi online aja mas" Berlian mengelus punggung tangan Reihan sekilas berusaha menenangkan, lalu merapikan pakaiannya yang tak berantakan.

"Jangan... jangan... aku anter aja Be... ini udah mau magrib, gak baik pulang sendiri"

Reno pun meraih lengan Berlian juga, mencoba mencegatnya agar tak keluar dari mobil.

Persis dua anak yang memelas tak mau ditinggal sang ibu.

Reno dengan memelas menatap Reihan, berharap sang anak paham situasinya.
"Reihan, please biarin Papa nganterin calon Mama kamu. Papa gak mau Berlian diemin Papa terus" batin Reno.

Reihan mengangguk, lalu melepas tangannya dari lengan Berlian.

"Yauda deh, Papa anter Kak Be dulu. Tapi harus bawa pulang es krim, kan tadi Papa yang nawarin"

Reno membulatkan matanya, lalu mengangguk terpaksa. Demi apapun, pengen Reihan cepat turun dari mobil, dan ia bebas berdua dengan Berlian.

Menjauh dari jangkauan rumah, saat dalam perjalanan mengantar Berlian. Reno bingung harus memancing Berlian dengan pertanyaan apa agar wanita disampingnya merespon.

"Mau ngopi dulu gak?"

Hening, tak ada jawaban.

"Atau mau apa deh? Belanja balik Mall lagi, mau gak Be?"

1 menit
2 menit
3 menit
...
...
15 menit berlalu.

Secara tiba-tiba Reno menghentikan mobilnya, yang ternyata mobilnya telah terparkir di depan toko ritel sport.

"Aku masuk dulu, kalau kamu mau kehabisan oksigen gak papa disini aja"

Berlian menatap heran Reno yang dengan dingin meninggalkannya sendiri dalam keadaan semua jendela tertutup tentu dengan mesin yang sudah mati.

"MAASSS... MAASSS..." Berlian berteriak dan terpaksa keluar, sesaat Reno akan mengunci mobilnya.

"Kirain kamu lagi sariawan dari tadi gak ngomong sih" Reno tersenyum kemenangan.

"Nyebelin banget si duda" dengan terpaksa Berlian membuntuti Reno.

"Minta tolong pilihin dong Be, lebih bagus yang mana?" Kedua tangan Reno penuh dengan 4 pasang sepatu sport.

Berlian hanya mengidikan bahunya tanda tak ingin dilibatkan proses pemilihan sepatu itu. Kemudian Reno menarik lengan Berlian dan membawanya duduk, dengan segera juga Reno membantu memasangkan sepatu pada kaki Berlian.

 Kemudian Reno menarik lengan Berlian dan membawanya duduk, dengan segera juga Reno membantu memasangkan sepatu pada kaki Berlian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke ini bagus, cocok buat acara besok" final Reno.

"Besok? Acara apa? Kenapa juga ini aku pake sepatu couple?" Berlian terheran-heran, dengan perilaku dan perkataan Reno.

"Besok di kantor ada acara gathering kecil-kecilan, lomba 17an juga. Besok aku jemput kamu jam 7 ya" tanpa menunggu respon Berlian, Reno langsung menuju kasir, dan memborong kedua pasang sepatu tersebut.

"Aku keterlaluan gak ya diemin mas reno? Jadi ngerasa bersalah deh" gumam Berlian. "Tapi juga ngapain aku diemin? Cemburu? Eh kan ini masih proses ujian belum tentu juga lolos ujiannya? Tapi Reihan udah nyaman deh kayaknya sama aku? Eh kenapa jadi berharap?".

"Ayo pulang, besok kita simulasi jadi keluarga" ucapan Reno membuyarkan lamunan Berlian. Sedetik itu juga, Berlian tersedar.

"HAH? Gimana mas?"

Reno hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar dan menuju mobilnya.

🌱🌱🌱🌱🌱
22/08/2021

Note: makin gak feel ya? Garing juga? Wkwkwk maaf 🤣🙏🏻

AKU SIH YES!! || Johnny Suh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang