3. Gak Boleh Nyerah

79 12 1
                                    

Reihan terbaring di ranjang pasien dengan menggenggam miring ponselnya. Ditemani oma juga Papanya di samping kanan-kirinya, anak tunggal Reno itu asik memainkan game favorit anak seusianya.

Berlian dan sang Ibu masuk dari balik pintu, atensi ketiganya pun teralihkan ke arah pintu.

"Maaf, saya sudah ketok dua kali tapi gak ada jawaban jadi langsung masuk aja" Jelas Citra, kedatangannya pun disambut senyum oleh Pratiwi.

"Gak papa, Citra. Maaf, kita yang gak dengar ketukan pintunya. Ayo kita ngobrol berdua diluar, biar Berlian disini sama Reno dan Reihan"

Citra mengangguk, lalu mengikuti langkah Pratiwi keluar.

Suasana canggung terjadi, antara Berlian, Reno dan Reihan. Meskipun Reihan tetap fokus pada ponselnya.

"Re-reihan... maafin Kakak ya, kakak gak tau kalau kamu alergi matahari" Berlian ketakutan, pasalnya Reno menatapnya dingin.

"Gak papa kak, aku seneng kok motoran. Udah lama pengen motoran, tapi Papa gak pernah ngebolehin" Reihan dengan santainya menjawab, masih dengan posisi dan atensi yang sama.

"Papa gak ngebolehin karena akan begini akhirnya kalau kamu gak pake mobil" tegas Reno. "Kamu juga Be, udah tau anaknya bersin kenapa nurut aja Reihan minta es krim?" pandangan Reno kembali pada Berlian.

"Ma-maaf mas..."

"Hm, Papa gak tau aja enaknya es krim pas lagi cuaca panas"

"REIHAANN" Bentak Reno.

"Udah mas, udah. Ini sepenuhnya salah aku, Aku minta maaf sama Mas Reno dan Reihan. Dan aku juga mulai hari ini, gak akan mengulang kesalahan itu. Lebih baik, aku pergi aja... aku gak bisa lanjutin tes ini"

Berlian tertunduk, rasa bersalahnya menumpuk. Bukan hanya pada Reihan, tapi juga pada Reno, Mamanya Reno, serta Mama-Papanya sendiri karena dengan perilakunya kali ini cukup membuat malu nama keluarga.

"Gak bisa gitu dong, Kaaakk... Kakak masih ada waktu 6 hari buat jemput aku, dan minggu depan beberapa tes lagi" protes Reihan yang terpaksa menghentikan permainan di ponselnya.

"Maaf ya Reihan, Kakak gak bisa. Kakak mundur aja dari kandidat istri Papa kamu, Kakak gak baik dalam ngurus kamu. Kalau begitu, permisi..." Berlian langsung pergi dan menghilang dari balik pintu.

"Reihan gak mau tau, pokoknya Kak Berlian gak boleh nyerah. Kak Berlian harus jadi Mamanya Reihan"

Reihan menutup penuh tubuhnya dengan selimut, sebagai protes pada Papanya sekaligus mengkode Papanya untuk mengusahakan agar Berlian kembali menjalani tesnya.

Reno menggaruk tengkunya yang tak gatal, seolah bingung apa yang harus ia lakukan untuk memenuhi permintaan anaknya.

○○○○○

Malam harinya, Reno datang berkunjung ke rumah Berlian. Dengan membawa satu keranjang buah juga beberapa botol Madu Murni.

"Assalamualaikum, tante..."

"Walaikumsalam, eh Nak Reno. Masuk... masuk"

"Terimakasih tante, maaf mengganggu malam-malam bertamu. Ini buat Tante dan keluarga"

"Eh, gak papa kok. Ada apa nih? Sampai repot-repot bawa beginian. Kalau mau kesini, kesini aja gak usah bawa apa-apa tetap dibolehin masuk kok"

"Hehe iya, terimakasih tante. Mm... anu Tante, Berliannya ada?"

"Astaga iya lupa, kamu kesini pasti mau ketemu Be. Bentar ya, tante panggil dulu"

"Hehe iya tante, makasih"

Tak lama, Berlian turun dari lantai dua dan langsung menghampiri Reno.

"Ada apa ya mas?" Tanya Berlian canggung, karena hanya ditinggal berdua dengan Reno. Mamanya sibuk membuat minuman untuk Reno.

"Mm... itu..."

Berlian mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan tingkah Reno yang susah di deskripsikan.

"Kenapa mas? Soal Reihan?"

Reno mengangguk.

"Aku harus tanggung jawab apa dari masalah Reihan?"

"Jadi mamanya Reihan" Batin Reno.

"Bu-bukan tanggung jawab sih. Tapi... Reihan minta kamu buat lanjutin tesnya, besok kamu jemput Reihan lagi"

"Mas yakin? Kalau aku bikin masalah lagi, gimana?"

"Aku yakin kok, Reihan juga yakin. Gak papa namanya juga baru kenal, pasti banyak gak taunya kan"

"Nanti kalau mas marah lagi gimana? Aku takut kalau mas marah kayak tadi di rumah sakit"

"Maaf ya, aku terlalu emosi. Maaf banget ya Be. Aku juga gak bakal ulangin lagi. Aku sayang banget sama Reihan, jadi kalau terjadi sesuatu sama Reihan, aku suka lepas kontrol"

Reno tiba-tiba menghampiri Berlian dan berlutut disamping kursi yang Berlian duduki.

"Eh, eh... iya mas. Aku maafin, ayo duduk lagi disana" Berlian mencoba mengangkat tubuh Reno, tapi tak ada perubahan.

"Beneran kamu maafin aku?" Reno mengadahkan wajahnya guna untuk melihat wajah Berlian.

"Iya mas, aku maafin. Lagian harusnya aku yang minta maaf dan ngerasa bersalah. Kan ini salah aku"

"Engga, itu bukan salah kamu. Selama Reihan nyaman, itu bukan sebuah kesalahan. Jadi, besok kamu bisa jemput Reihan?"

"Emang Reihan udah sembuh? Kenapa gak istirahat aja?"

"Anaknya gak betah lama-lama di rumah sakit, alerginya udah membaik. Yang penting gak makan es krim dan terkena sinar matahari berlebih dulu selama seminggu ini"

"Oh iya iya"

"Besok biar supir Reihan yang jemput kamu kesini, trus kamu jemput Reihan"

"Eh gak usah, aku gocar aja mas dari sini"

"No no no, untuk ini aku maksa. Selain biar kamu hemat, aku bisa mantau kelakuan usil Reihan"

"O-oke deh mas"

○○○○○
0

1/07/2021

Sekian, Terima Lamaran Johnny 🥰
Happy Reading 🥰🥰🥰

AKU SIH YES!! || Johnny Suh [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang