"Nggak gitu caranya, Riki. Liat dong, ini minus, coba inget inget lagi rumusnya." Ucap Kara kepada manusia yang duduk di sebelahnya.
"Nggak tau ah males." Balas Riki yang lalu menyenderkan kepalanya di pundak Kara.
Malam ini, Riki dan Kara memutuskan untuk mengasah otak mereka dalam bidang matematika di dalam ruang belajar.
Lebih tepatnya, hanya Kara yang memutuskan untuk mengasah otaknya di ruang belajar. Riki? Jangan ditanya, sepertinya ia akan lebih memilih untuk diam menjadi patung dibanding membaca rumus yang tertera di buku catatan milik Kara.
"Nggak nggak, liat lagi rumusnya. Masa siswa teladan nggak ngerti rumus simple gini?" Ucap Kara kembali memperbaiki posisi duduk Riki.
"Aku capek Karaa~" Rengek Riki sambil memasang wajah cemberut.
"Ya udah deh, gini aja. Aku bikinin lima soal untuk latihan. Kalo bener setidaknya tiga soal, boleh pergi." Ucap Kara.
"Ok! Deal~" Balas Riki sambil menganggukkan kepalanya.
Kara yang mendengar jawaban kembarannya pun mengambil pensil miliknya lalu menuliskan beberapa soal di buku tulis miliknya.
Riki yang merasa bosan hanya mengamati soal yang sedang Kara tulis. Beberapa kali ia memainkan rambut Kara tanpa sepengetahuan pemilik rambut.
"Selesai. Ini, Ki. Kalo udah selesai bilang ya. Ku mau ke toilet dulu ya." Ucap Kara.
"Yah jangan ditinggal dong, kalo aku gak tau rumusnya gimana?" Balas Riki sambil mencegah Kara pergi.
"Liat aja di buku catatanku, kalo nggak ada, cari di buku paket aja ya." Ucap Kara yang lalu meninggalkan ruangan tanpa menunggu jawaban si lawan bicara.
- ˗ˋ ୨୧ ˊ˗ -
Kini Kara sedang berada di lantai bawah, tepatnya di ruang makan. Ucapan ingin ke toilet itu hanyalah alasan agar ia bisa lepas dari kembarannya yang kesusahan itu.
"Agak jahat sih dek. Mana lagi katanya dia lagi kesusahan, nggak kasian lo?" Ucap Jake yang duduk di depan Kara, memberinya segelas air putih.
"Jahat sih jahat, tapi masalahnya dia nggak mau belajar bang. Niat secuil pun kayaknya nggak ada." Balas Kara setelah meminum segelas air dengan cepat.
"Ya lo liat aja dek, jam berapa coba sekarang? Emang niat Riki untuk belajar muncul jam jam segini? Hiiih mana ada!" Ucap Heeseung yang datang entah dari mana.
"ANJI- BANG! JANGAN NGAGETIN DONG!!" Teriak Kara kepada abangnya yang berdiri di sampingnya.
"Sabar dek, inget, orang sabar jodohnya deket." Ucap Jake menenangkan Kara.
Sebenarnya datang tiba tiba di tengah percakapan orang lain sudah menjadi kebiasaan bagi kedelapan bersaudara ini. Aneh sekali memang.
"Sorry, sis." Ucap Heeseung yang lalu meninggalkan ruang makan.
"Tujuan dia kesini apaan sih?! Dateng dateng cuman mau ngagetin apa?! Dasar aneh!" Bisik Kara kepada Jake, takut si sulung mendengar ucapannya.
"Emang gitu orangnya, biarin aja dek." Ucap Jake dengan nada suara normal.
"Dek, lo mau temenin gue ke periplus gak?" Lanjut Jake.

KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Siblings
HumorKehidupan seorang gadis bernama Kara bersama ketujuh saudaranya yang dapat membuat kalian yang baca pastinya tertawa, terjungkal, terlempar, dan terbang. "Kayaknya kalo di sekolah ada gebuk-gebukan, gue bakal jadi yang nonton sambil makan popcorn si...