Ep. 18 : Sick

6.3K 834 206
                                        

*tring*

Bel telah sekolah berbunyi. Seluruh murid bergegas merapikan barang-barang yang berserakan. Di waktu seperti ini, bisa dipastikan banyak murid merasa bersemangat untuk kembali ke tempat tinggal masing-masing.

Tetapi sepertinya hal itu tidak berlaku pada salah seorang wanita yang sedang terbaring lemah di atas ranjang UKS itu.

"Kar, pusing banget?" Tanya Zeze secara panik kepada Kara.

Kara melirik Zeze dengan cepat. "Iya." Jawabnya singkat.

Zeze kembali merasa panik mendengar jawaban temannya yang terlihat bertambah pucat itu.

"Gue panggilin Riki mau gak? Anaknya masih piket sih, tapi gue bis-"

"Nggak perlu." Potong Kara yang terlihat lelah.

Zeze terdiam. Ia tidak tahu bagaimana cara untuk merespon perkataan temannya itu.

Kara kembali melihat Zeze. Ia bangkit dari tidurnya lalu berkata, "Mending lo balik ke kelas deh. Gua lagi mau sendiri, kepala gua tambah sakit ngedenger ocehan lo."

Dirinya kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur UKS, berharap agar saudara kembarnya itu segera datang lalu mengajaknya pulang.

Di sisi lain, Zeze kembali terdiam. Ia bingung mengapa Kara yang tidak biasanya marah, menjadi sensitf dan murka pada dirinya yang "tidak bersalah."

"Kar, lo kenapa? Gue ada salah apa sama lo?" Tanya Zeze dengan sendu.

Kara mendecak. Ia kembali bangkit dari tidurnya lalu menatap tepat ke arah kedua bola mata Zeze dengan tajam.

"Salah lo? Lo masih nanya lagi?" Balas Kara dengan ekspresi tidak enak.

"I-iya. Salah gue apa?" Ucap Zeze dengan terbata. Ia merasa terintimidasi dengan bagaimana cara Kara menatapnya.

Kara menatap Zeze dengan kesal. "Waktu gua ajak lo jalan. Lo bilang kalo lo lagi sakit, makanya nolak. Terus kalo lo sakit, ngapain lo sama Yaxuan di tama-"

*kriet*

Perkataan Kara terpotong oleh pintu UKS yang terbuka, menunjukkan sosok pria berjas yang menggenggam dua tas di tangan kanannya.

"Gua udah selesai, ayo balik." Ucap Riki setelah membuka pintu UKS.

Kara kembali memberikan Zeze satu buah lirikan tajam sebelum berdiri dan meninggalkan UKS bersama Riki.

Di luar ruangan, perempuan itu mengambil tas kepunyaannya dari tangan kanan Riki dengan paksa.

"Weh santai, lo lagi sakit, neng. Jangan kasar-kasar." Ucapnya sambil melepas genggamannya dari tas milik Kara, melihat si pemilik memasang ekspresi wajah masam.

"Ya." Jawab perempuan itu singkat.

Riki yang mendengar jawaban singkat adiknya itu hanya menatap si pemberi jawaban. Ia berpikir apa yang salah dengan adiknya itu.

"Ada masalah sama Zeze?" Tanya Riki langsung tepat sasaran.

Kara hanya menggelengkan kepalanya pelan, merasa malas untuk menjelaskan hal-hal yang membuatnya kesal.

Riki merangkul Kara, "It's okay, if you don't want to tell me. Yang penting, lo jangan marah-marah gitu, ya? Lo lagi sakit. Gua gak mau pikiran lo terbebani." Ucapnya pelan.

Kara menganggukkan kepalanya pelan.

Kedua remaja itu kini telah sampai di parkiran. Riki, si pengendara motor, membantu Kara untuk menaiki kendaraan miliknya itu.

We Are SiblingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang