"Cely, maaf Papa gak bisa anterin Cely sekolah. Berangkat sama Pak sopir aja ya."
Semua orang di meja makan memusatkan atensi pada Marchel yang baru datang bersama snelli di tangan kirinya. Ia berdiri tepat di sebelah putri sulungnya yang tengah merengek menolak ide sang ayah. Brandon terkejut saat tiba-tiba Dara ikut protes pada Marchel.
"Loh, terus aku berangkat kuliahnya gimana kalo gak sama sopir? Biasanya Cely kan dianter kakak."
Marchel hanya menoleh sekikas lalu kembali membujuk putri sulungnya. "Cely berangkat sekolah dianter Pak Sopir ya, bareng sama Tante Dara."
"Loh, kak! Nanti aku telat kalo harus mampir dulu ke TK-nya Cely," sambung Dara membuat keponakannya semakin merengek kencang, tak mau ditinggal ayahnya.
Pada akhirnya, Marchel terpaksa pergi lebih dulu bahkan tanpa menyentuh sarapan. "May, aku gak bisa bujuk Cely terus, ada operasi jam tujuh. Kamu pastiin Cely berangkat sekolah tepat waktu."
Maya masih terus berusaha membujuk putrinya, sementara Dara menggerutu sambil menekan-nekan layar ponselnya dan berkata, "Aku minta jemput Dewa aja kalo gitu." Lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinga.
Brandon menoleh cepat, menyahut ponsel Dara dan mematikan panggilan. "Kamu berangkat kuliah sama aku. Cely biat sama Pak Sopir."
Dara belum sempat protes karena sesaat setelah itu Brandon langsung mengajak keponakannya bicara. "Cely sekolah ya, nanti malem Om Brandon sama Tante Dara ajak Cely jalan-jalan ke Pasar malem."
"Heh!" Dara menepuk kencang tangan Brandon. "Mana ada pasar malem?"
Brandon cuma menoleh sekilas, lalu tersenyum pada keponakannya. "Ada kok, di alun-alun. Cely mau gak Om ajak beli permen kapas, sosis bakar, es krim juga boleh."
Bocah lima tahun itu mengangguk seraya mengusap air mata. "Cely mau naik komedi putar, sama mau main trampolin raksasa."
Brandon mengangguk tersenyum, "Iya, sama mandi bola juga boleh. Tapi Cely harus janji sama om, sekarang berangkat sekolahnya sama Pak Sopir dulu, ya. Papa Cely kan ada operasi, lagi mau nolongin orang sakit."
Sementara Cely mengangguk kecil, di sebelahnya Dara menghela napas kasar, tiba-tiba berdiri lalu meninggalkan meja makan sesaat setelah merebut kasar ponselnya dari tangan Brandon. Brandon tak mengerti apa sebenarnya masalah gadis ini.
Sepeninggalnya Cely ke luar rumah, Brandon melangkah menarik pergelangan Maya. "Daripada Marchel, bukankah Cely lebih mirip denganku?"
"Jaga bicara kamu ya!" geram Maya seraya menghempaskan tangan Brandon.
"Kenapa marah? Apa tebakanku benar?" brandon terkekeh kecil sementara Maya menatap tak percaya ke arahnya.
"Kamu gila, hati-hati dengan kalimat kamu. Keluarga ini bisa hancur kalau sampai ada yang menyebarkan gosip tak jelas."
Brandon tersenyum sekilas. "Gapapa, aku bersedia jadi ayah tiri Cely dan aku sekarang udah kaya. Apalagi yang kurang? Gak ada kan? Aku mampu memberi kamu uang sebanyak yang Marchel berikan."
"Aku gak cinta sama kamu," celetuk Maya tajam.
"Bulshit!"
"Kamu! Kamu yang dari tadi ngomong kosong! Lagian kamu siapa? Aku gak kenal Brandon yang pikirannya sedangkal ini."
Kalimat terakhir Maya membuat Brandon terdiam, ditambah lagi dengan suara klakson mobil mengakhiri percakapan keduanya. Brandon memejamkan mata, memijat pelipis kanannya sekilas. Suara bising ini, pasti Dara p]elakunya.
***
Suasana di dalam mobil sunyi, Brandon sejak berangkat tadi bahkan tidak mengatakan apa-apa. Dara berdecak, melempar kasar ponsel ke dashboard mobil seraya menatap nanar jalanan di depan."Lain kali gak usah deh sok-sok an nganterin lagi, pake segala ngelarang gue berangkat bareng Dewa. Padahal kalo bareng Dewa naii motor, bakal lebih cepet sampe kampus. Mana sekarang macet banget."
Hening, tak ada respon apapun. Dara kembali berdecak. "Besok gue pokoknya mau bareng sama Dewa. Jangan sok perhatian nganterin lagi."
"Nggak!" tolak Brandon tegas.
"Cuma saya yang bakal anterin kamu ke kampus. Saya bukannya enggak tahu ya, kalau kamu udah tiga kali alpa padahal berangkat kuliah. Main ke mana sama Dewa?"
Dara menoleh tajam. "Apa-apaan sih, pake mata-matain segala. Gak usah sok perhatian."
Terdengar helaan napas panjang Brandon. "Dara dengar. Kamu boleh memikirkan Satya, kamu boleh merasa khawatir untuknya. Tapi tolong, jangan korbankan yang kamu miliki demi dia."
Brandon berhenti sejenak, lalu kembali berucap. "Saya gak mau kamu menyesal nantinya."
"Apaan sih ..."
"Bukankah di sana dia sedang fokus melanjutkan studi? Kamu juga harus begitu, Dara. Jangan sampai kamu telat wisuda karenanya."
"Nanti sore, sopir aku yang bakal jemput kamu. Langsung pulang gak usah pake kemana-mana. Nanti malem kamu harus temenin Cely ke alun-alun sama aku."
Dara melirik ke kanana. Om-om di sampingnya bicara terlalu banyak hari ini. Dia pikir Dara peduli dengan permintaannya. Huh.
Sori ya Cely. Tante ada urusan sendiri, batin Dara.
***
Malam menjelang, bahkan saat Brandon seelsai mengajak keponakannya ke pasar malam. Tak ada tanda-tanda jeberadaan Dara dimana pun. Ponselnya mati, gpsnya tidak berfungsi.
"Cely seneng banget, makasii ya, Om. Kapan-kapan main ke pasar malem lagi ya " pinta gadis kecil itu saat ibunya membuka pintu mobil.
Brandon tersenyum lalu menaruh tangannya di astas pelipis. "Siap, boss."
Sementara Cely berlari masuk ke halanan rumah. Di depan pagar Maya berdiri. "Tolong kabarin aku kalau Dara udah pulang," Lalu emenginjak pedal gas perlahan, membawa mobilnya menjauhi rumah Marchel.
"Kamu ke mana lagi sih, Dara."
Tbc ...
Kamis, 24 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Branda War in Love
RomansaInsiden Kak Marchel memergokinya bersama Satya, membuat Dara mau tak mau hidup sebagai babu Brandon paling tidak sampai tiga tahun ke depan. Astaga ... Brandon itu menyebalkan dan terlalu bossy. Dia pikir seorang Dara bisa diperbudak dengan mudahnya...