Mungkin definisi sempurna bagi orang berbeda-beda tapi bagi Serena Arkino adalah salah satu bentuk kesempurnaan.
Susah mencari cela dimana sih kekurangan Kino. Cowok itu benar-benar berbakat dan pekerja keras.
Dia pintar dan mendapatkan gelar mahasiswa berprestasi semester lalu berkat ipk nya tinggi dan beberapa kejuaraan lomba desain arsitektur. Akademik Kino patut diacungi jempol.
Dibidang organisasi dan sosial juga oke, Kino menjabat sebagai wakil ketua himpunan arsitektur dan yang pasti teman Kino itu ada dimana-mana. Kino juga punya 7 orang sahabat yang loyal banget.
Kino anak yang baik dan cukup berbakti sama kedua orang tua, nggak suka neko-neko kayak cowok nakal diluar sana. Kino humoris, penyayang, dan perhatian.
Suara Kino juga bagus, bisa main gitar dan diam-diam dia jago nge-dance.
Kurangnya Kino cuma satu, terlalu sempurna sampai rasanya Serena takut bisa kehilangan Kino dalam sekejap mata, takut kalau Kino berpaling dengan gadis diluaran sana yang lebih segala-galanya dari Serena.
Terlepas dari itu Serena Bangga banget punya pacar yang diidolakan para perempuan sepenjuru jurusan arsitektur atau bahkan di jurusan lain juga.
Serena pikir dia tidaklah spesial tapi Kino yang membuatnya menjadi seseorang yang spesial.
Sekarang Serena tengah menunggu Kino menjemput di pelataran fakultas ekonomi dan bisnis. Kino bilang sebentar lagi sampai.
Terbukti nggak begitu lama motor matic warna merah dengan pengemudi yang memakai helm berwarna putih bergambar mangkok ayam berhenti di hadapannya.
Sudah pasti itu kinonya Rere.
"Hai cantik, sendirian aja piut piuit,"
Serena tertawa, benar deh lihat Kino lelahnya belajar seharian ini jadi menguap terbawa angin.
"Itu cat calling tau nggak boleh dibudayakan,"
Senyum Kino terbit. "Oiya, maaf ya sayangnya Kino nggak lagi-lagi deh. Tapi kalo panggil cantik aja boleh kan?" Kino mengusap puncak rambut Rere.
"Boleh tapi kalo pagi, soalnya kalo udah sore aku udah buluk nggak cantik lagi deh,"
"Sayang, coba tatap spion," ucap Kino sembari memutar spion ke arah Serena. Serena nggak ngerti tapi nurut-nurut aja.
"Terus ngomong spion-spion ajaib, siapakah yang paling cantik di dunia Kino." Istruksi Kino.
"Heleh mau ngardus nih pasti," tebak Serena.
"Udah ikutin aja Rere,"
"Iyaaa, spion-spion ajaib tolong jawab pertanyaan Rere ya. Siapa yang paling cantik di dunia Kino?" Ucap Serena ke cermin spion.
"Sudah pasti yang pertama bukan Rere-- tapi mama Kira," Kino sibuk terkekeh setelah membuat Serena cukup bete karena jeda yang ada. Untung aja Kino sebutnya mama Kira kalau perempuan lain siap-siap aja nggak jadi pulang bareng.
"Oke bisa diterima, yang kedua siapa?"
"Tzuyu twice heheheh. Canda sayang, yang kedua Rerenya Kino dong. Sadar nggak sih kamu tuh cantik banget sampai banyak yang suka? Aku tuh susah ya nahan-nahan mau colok mata setiap cowok yang lihatin kamu,"
Serena menghangat ia lagi-lagi tertawa menatap Kino yang menampilkan beragam ekspresi saat bercerita, apalagi saat bilang mau colok mata, dapat banget ekspresinya.
Serena naik ke motor Kino setelah pakai helm mangkok ayam yang sama dengan Kino.
Setelah keluar dari lingkungan kampus baru deh Serena berani peluk-peluk, melingkarkan tangannya di perut Kino.
"Kino wangi deh, Rere jadi suka,"
Sesekali Kino mengusap halus tangan Serena di perutnya menyalurkan afeksi.
"Sorry ya Re tadi aku telat jemput,"
"Nggak papa Kino, aku tadi juga ada ngobrol dulu sama Gisel, Ocha,"
Keduanya mampir dulu untuk makan ayam geprek sebelum pulang lalu beli crepes kesukaannya Rere sambil menikmati langit yang perlahan berubah biru gelap.
Hal-hal sederhana seperti naik motor berdua, makan, bercerita tentang hari ini sudah mampu membuat hormon dopamin Serena menyeruak menyerukan ia sedang bahagia.
"Re, mampir ke toko roti dulu ya mau beliin mama Amel bolu ketan,"
Serena mengangguk, nggak bohong hatinya selalu menghangat melihat betapa pedulinya Kino dengan keluarganya.
Itu juga yang membuat Serena jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. Kino itu terlalu baik untuk jadi sebuah kenyataan.
Ia menempelkan kepalanya pada bahu Kino, semesta harus tau Serena sayang sekali dengan laki-laki ini. Kalau bisa, kalau semesta mengizinkan Serena mau bersama laki-laki ini selamanya, berbagi hari dan momen sampai tua nanti karena hanya dengan Kino Serena bisa merasa sebahagia dan senyaman ini.
Ketika langit senja sudah benar-benar berubah jadi biru tua, akhirnya kedua anak manusia itu sampai di kediaman Serena.
Kino ikut turun menyapa mama Amel yang sudah ada di dalam berkutat lauk pauk untuk makan malam.
"Kino! Ayo makan bareng dulu," ucap mama Amel.
Kino tersenyum, tak sampai hati menolak. Ia duduk di meja makan dengan Serena di sampingnya.
Ini bukan kali pertama atau kedua Kino makan di meja makan ini, sudah teramat sering mengingat betapa seringnya Kino mengantar Serena pulang di jam makan malam.
Kino melirik gadisnya yang tengah makan, tangannya terulur untuk menepuk puncak kepala gadis itu gemas.
"Pelan-pelan Re makannya nanti keselek," ucap Kino
Gadisnya tersenyum, "Lapar No, lagipula masakan mama selalu enak!"
Memang paling pintar Serena mengambil hati mama Amel terbukti wanita itu tersenyum senang mengambilkan anaknya satu potong daging lagi.
Hangat.
Keluarga Serena sama hangatnya dengan keluarganya sehingga meskipun Kino adalah orang asing ia merasa nyaman.
"Kino, ada rencana mau tunangan dulu nggak sama Serena?" Tanya mama.
Serena mengulum senyum, ia menatap Kino berharap laki-laki itu menjawab sesuai ekspektasinya.
"Ada ma tapi mungkin bukan sekarang. Kino mau biaya pertunangannya nanti murni dari hasil kerja Kino bukan uang dari papa mama," ucap Kino.
"Nggak papa, mama setuju sama pola pikir dewasa kamu Kino," ucap mama Amel.
Serena ikut tersenyum saat Kino menggenggam tangannya. Ia menatap laki-laki itu sekali lagi.
Semoga memang benar itu alasannya ya Kino.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONSRA | Lee Know
Fiksi Penggemar[ONSRA] a.n. the bittersweet feeling that love won't last