Kino itu warnanya

18 1 1
                                    

Serena merenung di ruangan himpunan selesai kelas terakhir, ia menyembunyikan kepalanya di lipatan tangan pura-pura tidur.

Hatinya gusar, ia masih memikirkan perkataan Kinara semalam. Tentang beban hidup Kinara dan permintaannya yang sangat sulit.

Juga tentang perilaku khusus Kino pada Kinara. pertanyaan yang ada di otaknya semakin kuat, Apa sebenarnya Kino punya rasa pada Kinara melihat betapa khawatirnya laki-laki Kalandra itu kemarin.

Serena kalang kabut, perasaannya seperti terhimpit batu besar. Bagaimana kalau sebenarnya Kino dan Kina saling menyayangi dan ia menjadi penghalang.

Serena meneggakkan tubuhnya, ia membuka handphone membuka akun instagram Kinara lantas menscroll foto-foto Kina dengan Kino. Mengamatinya satu persatu, termasuk senyum bebas Kino.

Serena jadi getir, apa sebaiknya ia merelakan Kino untuk Kinara yang katanya lebih membutuhkan agar mereka berdua bisa bahagia.

Serena tau kalau Kino sering kali menggulirkan kata sayang selama hubungan ini tapi setelah beberapa saat Rere juga sangsi bahwa perasaan Kino bukan hanya untuknya saja.

Kino selalu meninggalkannya untuk Kina. Kino selalu ada untuk Kina. Kino bersedia melakukan skin ship, pelukan dengan Kina. Tatapan mata Kino seperti menyayangi Kina.

Bukti itu sudah cukup membuktikan kalau Kinara bukan hanya sekadar sahabat bagi Kino. Serena tidak bodoh, ia tahu tapi sering kali mengelak.

Tuk

Gadis Leteshia mengerjap melihat susu rasa pisang di atas meja lipatnya pandangannya beralih pada Mahesa.

"Diminum," ucap ketua hima itu.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Maksudnya?"

"Kenapa ngasih ke gue?"

Mahesa menaikkan alisnya lalu tertawa singkat menunjuk teman-teman yang lain, "Gue beliin buat yang lain juga Rena, jangan bengong terus,"

Rasanya Serena ingin menyembunyikan wajahnya sekarang juga. "Oh heheheh sorry, makasih ya Sa,"

"Hmm, sama-sama,"

Serena menusukkan sedotan lalu minum. Mahesa disampingnya menggigit bibir, ia ingin bertanya tapi takut terlalu ikut campur apalagi Serena selalu menjaga tembok tak kasat mata mereka berdua mencegah rasa yang dulu sempat ada timbul kembali dan agar Kino tidak cemburu.

Seharian ini Serena tampak lesu, seperti ada beban berat yang sedang dipikirkan. Esa khawatir sebagai teman, sebagai ketua hima yang membutuhkan sekretarisnya selalu standby.

"Rena, lo okay kan?" Suara Esa.

"Iya, oke kok baik-baik aja,"

"You look like you have a lot of thought though,"

"Iya dikit tapi gue baik-baik saja Sa. Makasih udah nanya, i appriciate that," senyum Serena.

Mahesa ikut mengembangkan senyumnya, "Gue tau kita nggak terlalu dekat tapi gue selalu terbuka kalau lo butuh tempat cerita,"

"Iya, i'll note that, thank you Sa,"

Selepas berbincang singkat, Serena pamit pulang, Kino sudah menunggunya di depan. Ia tersenyum pada Kino yang rasanya semakin tampan seiring bertambahnya hari.

"Hallo cantik," ucap Kino.

"Hallo ganteng," tawa Serena. Ia menerima uluran helm mangkok ayamnya.

Seperti biasa setelah motor keluar dari area kampus, Serena melingkarkan tangannya di perut Kino. Nyaman sekali.

ONSRA | Lee KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang