2 HARI

1K 242 63
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

⇢˚⋆ ✎ ˎˊ- 2 hari lagi

✧⁺ ˚ . * ✦ . ⁺ . ⁺

Semua-nya udah terjadi. (Name) menyadari pola pikir-nya yang menurun, tapi sejujur-nya dia tidak peduli. Kenapa harus dia? Semua-nya mengerikan.

Dia seharus-nya hanya tinggal di rumah selama sisa waktu dia harus hidup. Karena sekarang, bukan hanya orang tua dan anggota keluarga-nya yang kesakitan. 

Tapi juga Izana.

Hanya karena otak bodoh-nya memutuskan dia menginginkan seorang teman, lima belas hari terakhir dalam hidup-nya. (Name) pandai mengabaikan tusukan di dada-nya dari penyakit caper satu ini. Garis-garis menyengat yang mengeluarkan darah karena kuku-kuku (Name) untuk menahan rasa sakit.

Dia terlalu lelah dan terkuras untuk mencegah penyakit-nya, dan terlalu lelah untuk menyingkirkan warna merah tua yang pada awal-nya melukis kulitnya. Tetapi hidup memiliki cara untuk bermain-main. Tidak ada lagi kuku yang menancap di tubuh-nya dan beberapa luka.

Tidak. 

Dia benar-benar merasa seperti sedang sekarat. Dia mulai batuk darah, berdarah setiap kali dia ingin ke kamar mandi. Hanya ada darah di mana-mana dan begitu banyak.

Apakah semuanya berakhir lebih awal untuknya?

(Name) mengerang ketika dia mencoba berguling ke samping di tempat tidur-nya, hanya untuk merasakan tangan lembut ibu-nya di bahu-nya, "Darling, tolong jangan bergerak, oke?" Ibu-nya memohon dengan berlinang air mata. "Haru sedang menangani dengan dokter sekarang, darling harus tetap diam, tolong."

(Name) merintih, lengan-nya melingkari luka yang diperban di perut-nya, lebih besar dari sebelum-nya. Air mata menggenang di mata-nya dan dia menahan tangisan. Ayah-nya melangkah kembali ke kamar, telepon-nya menempel di dada, "Yukia!" Desis-nya, lalu memberi isyarat pada Yukia untuk mendekat.

Ibu (Name) dengan ragu-ragu pergi, berdiskusi dengan suara pelan, sesuatu yang tidak bisa dipahami (Name), dan dia juga tidak berpikir dia benar-benar menginginkan-nya. Dia tidak perlu situasi-nya menjadi lebih buruk.

Telepon-nya sendiri mulai berdering. Dia berbalik ke meja samping-nya, dan melihat itu adalah Izana, yang langsung membuat (Name) tersenyum. Dia menerima panggilan itu dan mengangkat perangkat itu ke telinga-nya, "Hei, cowok wattpad ganteng-ku." (Name) menyapa, suara-nya tegang.

"Hey, um... Kau gak apa-apa?" Izana bertanya di saluran lain. "Kau kedengeran kayak kesakitan. Jadi ini tohh penyebab kau gak ke sekolah."

"Tch, iya. Ada janji dokter. Tapi mungkin gue harus masuk buat pemeriksaan fisik. Mereka mau lihat apa yang terjadi sama kesehatan caper ini."

"Apa itu menyerang-mu lagi?" Tanya Izana, nada khawatir-nya berat.

"Pake nanya lagi." (Name)  menghela nafas. "Gue benar-benar benci ini. Gue mau menghabiskan beberapa hari ke depan bersama-mu. Ini gak adil."

14 𝑯𝒂𝒓𝒊 ↪ 𝑲. 𝑰𝒛𝒂𝒏𝒂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang