▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
⇢˚⋆ ✎ ˎˊ- 8 hari lagi ✧
⁺ ˚ . * ✦ . ⁺ . ⁺
"Gue ngantuk, Izana." (Name) mengucapkan kata-kata ini perlahan, tanpa banyak energi, karena dia terus-menerus menepuk dada-nya saat makan siang. Baik dia maupun Izana, mereka berdua tidak menyentuh makanan mereka.
"Batuk-mu kumat lagi?" Tanya Izana, melihat (Name) yang sedang batuk-batuk. Muka gadis tersebut menunjukkan muka lelah. (Name) tampak terkuras, kelelahan. "Dan gue lelah!"
"Tubuh ini menjadi bajingan." (Name) cemberut, meletakkan kepala-nya di atas meja. "Lelah, lelah, lelah, sama lelah! Gue cuman mau tidur, sialan!" Suara-nya pecah di akhir dan (Name) mengangkat kepala-nya untuk membenturkan-nya ke meja lagi karena frustrasi.
Izana mengerutkan kening, membiarkan dagu-nya bersandar di tangan-nya, pikiran-nya mencari solusi. Apa yang bisa dia lakukan untuk membantunya? Izana, begitu putus asa, ingin (Name) tersenyum lagi. Calon psikopat berwarna putih itu tidak pernah melihat bibir-nya meregangkan ekspresi gembira sepanjang hari ini. Sebagai hasil-nya, dia sendiri juga tidak tersenyum. Dia marah. Mengapa tidak semua-nya baik-baik saja?!
Izana bersemangat saat sebuah pikiran terlintas di benak-nya, "Gue punya ide," Kata-nya pelan. Tanpa sepatah kata pun, dia meraih tangan (Name), menarik-nya dari meja, mengabaikan keributan-nya, dan menyeret-nya keluar dari ruang makan siang dengan cepat.
"Izanaaa," Gumam gadis itu mengantuk, nyaris tidak bisa berjalan dengan baik. "Izana. Seriusan. Kaki gue sakit! Gue mau istirahat."
"Gue tahu, kok. Kau akan beristirahat." Si calon psikopat berkata.
Kedua-nya berhenti di depan wali kelas kelas A, dan Izana mengetuk pintu dengan lembut, lalu membuka-nya. Izana menjulurkan kepala-nya ke dalam, dan (Name) mencoba mengintip ke dalam ruangan juga. Itu adalah kelas Katsumi, anak laki-laki yang ditemui (Name) di aula. Seperti apa kelas khusus? Dan apa yang mereka lakukan?
(Name) mendengar guru menyuruh Izana untuk "Masuk," Dan si calon psikopat menarik (Name) ke dalam kelas dan kemudian menutup pintu dengan lembut.
"Oh, kau adalah guru kesukaan semua orang!!" (Name) tersenyum dengan semangat. "Wow!"
Guru tersebut menatap gadis yang tersenyum, lalu berbalik ke Izana, tidak terkesan.
"Ini (Name), dia di kelas-ku, dan dia punya masalah: Dia butuh tidur."
"Gue juga, tapi gak ada yang menyelamatkan-ku." Don menguap.
"Dia tidak mendapatkan tidur sama sekali karena kesehatan tubuh-nya."
Don mengamati gadis itu lebih lama saat Izana mulai menjelaskan situasi-nya, meskipun guru yang mengantuk itu tahu siapa (Name). Para guru telah diberitahu tentang gadis itu dan kondisi-nya, tentu saja. Dia tidak butuh penjelasan. Don melirik Izana, bocah itu tidak tahu bahwa (Name) akan mati dalam seminggu. Don menghela nafas dan melihat ke bawah, menggerutu pada diri-nya sendiri.
"Mungkin hanya sebentar?" Izana selesai, dan Don tidak menangkap semua itu, tetapi sudah tahu apa yang diinginkan mereka berdua.
"Baik." Kata Don singkat.
"Seriusan!?" Izana kata tidak percaya.
"Kalau mau tidur kau harus segera bangun saat aku mengembalikan kesadaran-mu atau kau akan pergi lebih cepat dari sebelum-nya," kata Don lelah. Don menatap tajam ke arah gadis itu, mata (Name) melebar menyadari apa yang dikatakan guru-nya.
Mata (Name) menunjukkan aura serius,
"Ya! Saya mengerti!"
Izana mundur sedikit, memperhatikan saat (Name) dan Don saling berhadapan. Dalam dan seketika semuanya terjadi, Don memukul leher bagian belakang (Name) dan Izana melihat mata (Name) tertutup dan tubuh-nya lemas, jatuh ke samping. Izana mengambil dua langkah dan menangkap gadis itu dalam pelukan-nya, dengan cepat mengamati-nya, memastikan (Name) baik-baik saja.
(Name) masih bernafas, jadi dia tidak mati. Tapi apakah itu benar-benar terjadi? Dia melihat tanda-tanda pukul di seluruh tubuh-nya di mana pun. Izana mengalihkan pandangan-nya, merasa bersalah karena tidak mengetahui kalau (Name) mengalami hal buruk seperti ini, tetapi selain itu...
(Name) sedang tidur.
Izana dengan hati-hati duduk di lantai ruang kelas, mata-nya tertuju pada gadis yang mata-nya tertutup dengan damai, bernapas dengan tenang. Dia tidak bisa menahan diri untuk menyisir rambut H/C gadis itu, Izana pun tersenyum kecil. Di wajah (Name), terdapat ribuan jumlah kedamaian yang dia rasakan saat ini.
Don berdiri untuk melakukan tugas-nya, diam-diam membiarkan Izana memiliki momen-nya, bocah itu menikmati kemuliaan hasil dari rencana jenius-nya. Tetapi Don tidak bisa menahan pertanyaan-nya. Apa yang akan terjadi setelah semua itu?
Setelah gadis itu meninggal, bagaimana Izana akan menerima-nya? Guru yang mengantuk itu mengerang dalam hati, rasa frustrasi-nya bertambah ketika Izana berbicara.
"D-Dia sedang tertidur! Cantik..."
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
KAMU SEDANG MEMBACA
14 𝑯𝒂𝒓𝒊 ↪ 𝑲. 𝑰𝒛𝒂𝒏𝒂
Fanfic❝ It's always one step forward and three steps back Do you love me, want me, hate me? Boy, I don't understand... ❞ ▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂▂ K. IZANA x READER ...