Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
⇢˚⋆ ✎ ˎˊ- 15 hari lagi
✧⁺ ˚ . * ✦ . ⁺ . ⁺
"Izana?" (Name) berbicara dengan anak laki-laki di samping-nya saat mereka berjalan, tapi tetap menatap kebawah. "Kau tahu aku mencintai-mu, kan?"
Izana membeku, mata-nya melebar mendengar kata-kata gadis itu. (Name) mengucapkan-nya dengan begitu bebas dan mudah. Anak itu menelan ludah, "Apa?" Dia secara mental mengutuk diri-nya sendiri. Wow, reaksi yang bagus untuk kata-kata yang sudah lupa dengan kejadian kemarin.
Menakjubkan.
(Name) dengan cepat berbalik menghadap teman-nya, menyadari beban berat yang pada dasar-nya baru saja dia paksakan ke bahu teman-nya.
"E-Eh?! M-Maksud-ku-! Gue gak berharap kau mengatakan apa-apa! sebenar-nya... Tolong diam!" (Name) dengan cepat mengibaskan tangan-nya dengan panik. "Dengar, gue tahu ini tiba-tiba. Cinta adalah kata yang sangat kuat, perasaan, beban yang berat! Dan gue gak mau kamu mengatakan bahwa kau juga mencintai-ku! Gue cuman gak suka menunggu! Gue sangat cepat dan terbuka dengan apa yang gue rasain. Gue tahu apa yang gue rasain dan kapan gue rasain!"
(Name) terdiam sebentar. "Kalau beberapa tragedi menimpa, kau bakal dipaksa untuk menyadari jumlah kepedulian terhadap seseorang, sedangkan jika tragedi itu tidak pernah terjadi... Mungkin kamu membutuhkan waktu beberapa bulan kemudian. Penyangkalan, khawatir jika ini terlalu cepat dan kita mulai mempertanyakan apa yang ada di dalam hati kita sendiri. Gue gak bisa mempertanyakan apa pun yang gue rasain."
Izana mengedipkan mata pada gadis di depan-nya dan senyum kecil menghiasi bibir-nya, "Kata-katamu selalu membuat-ku takjub, (Name)." Dia berkata, "Gue gak sepenuh-nya yakin apa yang gue rasain buat-mu. Kayak yang gue bilang sebelum-nya. Semua yang bersama-mu terasa cepat dan terburu-buru, namun lambat dan tenang. Itu perasaan yang aneh tapi bagus."
Izana mengalih pandangan-nya ke arah lain, "Aku... sangat menyukaimu! T-Tapi aku terus-menerus diingatkan bahwa ini baru hampir dua minggu dan kau benar! Aku terlalu khawatir kalau terlalu cepat untuk merasakan apa yang kurasakan. Tapi gue harap gue bisa lewati tahap-tahap mencari tahu perasaan-ku pada-mu tanpa tragedi."
"Hehehe, serius banget." (Name) tersenyum pada Izana. "Tetapi hidup terkadang memiliki cara yang sangat kacau dalam melakukan sesuatu. Kadang-kadang itu benar-benar menghancurkan segala-nya."
Izana menghela nafas, menatap mata E/C. Dia menyingkirkan sebagian rambut (Name) dari wajah-nya dan berkata, "Aku tahu, kau benar tentang itu. Semoga hidup kali ini gak kacau."
(Name) memaksakan diri untuk tertawa terbahak-bahak. "Apa yang akan kau lakukan kalau itu terjadi?"
Izana berpaling dari tatapan (Name), mengepalkan tangan-nya dengan lembut, "Ada yang salah, kan?! Kau gak bakal kasih tahu dan itu membuat-ku takut." Anak laki-laki berambut putih itu menghirup lebih banyak udara dan berbalik ke arah teman-nya, "Gue gak tahu apa yang akan gue lakukan, (Name). Tapi gue berharap gue gak dipaksa buat mencari tahu."
(Name) menghela nafas, mengulurkan tangan dan mengaitkan jari-jari Izana dengan jari-nya, "Hm."
───
(Name) menutup pintu di belakang-nya, berusaha menghilangkan air mata-nya saat dia menyapa orang tua-nya.
Mereka cukup sedih, mata selalu merah dan lembap, terus-menerus berusaha mengendus hidung tersumbat mereka. (Name) benci melihat mereka begitu tersesat, melihat orang tua-nya semakin kehilangan akal setiap hari itu menakutkan. Dia menatap dua orang dewasa, yang tampak benar-benar tidak tahu. Kematian putri mereka yang bahkan belum berlalu.
Itu bisa membuat siapa pun gila.
(Name) sering meluangkan waktu untuk memikirkan apa yang penting. Menurut dokter dan rasa sakit yang dia alami, dia tampak-nya hanya punya satu hari lagi.
Apa yang akan dia tinggalkan? Sesuatu yang tahan lama.
Apa yang bisa dia tinggalkan? Sesuatu yang tidak bisa dihancurkan.
Kenangan.
Cinta.
Orang-orang.
Mata-nya berair saat dia menatap orang tua-nya dan mereka memiliki ekspresi yang sama persis, rasa terbakar yang sama di pipi mereka saat mereka membuka tangan untuk putri mereka, tiba-tiba cegukan dan terisak, dengan keras memeras tangis-nya saat kesadaran akhir-nya menghantam dia. Robekan di perut-nya dan cakar di tenggorokan-nya dan dada-nya membuat semua menjadi nyata terlalu cepat.
Dia akan mati.
Dia merasa sakit ketika dia menyadari bahwa akan ada serangan dari batuk-nya lagi. (Name) diam-diam merobek lapisan kulit, satu demi satu, agar dia dapat menahan rasa sakit.
(Name) tidak berpikir untuk membersihkan darah atau membungkus luka-nya ketika dia ditekan begitu erat ke tubuh orang tua-nya. Pelukan hangat yang akan membuat (Name) semakin rindu.
Dia berpotensi akan mati besok.
Apakah itu besok? Besok?
Mungkinkah itu begitu tepat? Sangat akurat?
Mungkin hanya satu hari lagi! Dia ingin lebih banyak waktu!
Kenapa tidak semua ini tenggelam di awal?
Kematian begitu dekat sehingga dia tidak punya pilihan selain didorong dengan keras ke dalam kenyataan.