Part#18

18 0 0
                                    

Meski telah diperingatkan untuk tidak pergi ke Chang'an akan tetapi Liu Xingsheng tidak dapat menunggu sampai besok pagi. Diam-diam keluar dari istana tanpa sepengetahuan siapa pun menunggangi kuda miliknya melaju dengan cepat untuk pergi ke sana.

Meski begitu kepergian Liu Xingsheng diketahui oleh WuFang. Yap. WuFang memang tidak heran dengan sifat kertas kepala temannya itu, sengaja tidak tidur untuk mengantisipasi hal seperti saat ini. Inilah kenapa Liu Xingsheng adalah orang yang keras kepala dan tidak sabaran, dia bahkan tidak bisa menunggu hingga besok. Dan ini adalah hal yang ceroboh untuk seorang pangeran.

"Orang ini... Benar-benar membuatku pusing". Ujar WuFang sambil menggelengkan kepalanya.

.
.
.
.

Lianhua dan Fang'er terus berlari hingga ketengah hutan bersembunyi diantara semak belukar berharap orang-orang yang mengikuti mereka sudah tidak ada. Lianhua menajamkan pendengarannya dirasa sudah tidak ada tanda-tanda orang lain kemudian mereka berdua keluar dari tempat mereka bersembunyi.

Menghela nafas lega Lianhua yang akan menarik tangan Fang'er untuk berlari tiba-tiba terhenti.

Fang'er merasa heran kenapa nonanya berhenti mendadak kemudian melihat kedepan seketika itu juga matanya melebar, terkejut. Kenapa ? Apakah mereka orang yang nonanya maksud? Tapi...

"Xiaojie? Apakah mereka?". Memanggil Lianhua ragu.

"Fang'er  diam di sini". Ujar Lianhua.

Lianhua memeriksa kondisi mereka semua dengan menyentuh leher mereka untuk memastikan. Kemudia menghampiri Fang'er.

"Mereka semua...". Menjeda kata-katanya Lianhua menatap Fang'er.

"Sudah mati". Mendengar itu Fang'er sontak menutup mulutnya dengan tangan. Bagaimana bisa? Siapa yang melakukannya? Mereka...mati.

"Fang'er ayo kita pergi".

.
.
.

Lianhua dan Fang'er telah tiba di rumah. Lianhua telah selesai dengan mandinya kemudian menyuruh Fang'er untuk membersihkan diri, malam ini sangat aneh begitu banyak hal-hal tak terduga membuat Lianhua merasa khawatir entah khawatir untuk apa akan tetapi dia merasa sesuatu yang buruk terus berdatangan entah apa itu semoga saja itu hanya perasaannya saja. Semoga.

"Xiaojie". Panggilan Fang'er tapi tak di denger oleh Lianhua.

Melihat nonanya melamun Fang'er kemudian menghampiri Lianhua kemudian menyentuh pundak sang nona.

Lianhua tersentak dan langsung melihat ke arah Fang'er seakan bertanya "kenapa" kemudian melihat kedepan lagi.

"Xiaojie aku merasa kau semakin dewasa". Ujar Fang'er sambil menatap kearah pandangan Lianhua. Juga membuat Lianhua melihat kearah nya heran.

"Beberapa hari ini kau selalu berfikir sebelum melakukan sesuatu, memikirkan tindakan yang kau ambil membuat keputusan sendiri kau juga tidak ceroboh lagi. Aku merasa kau lah yang selalu melindungi aku". Lanjutnya dengan pandangan lurus menatap gelapnya malam.

"Fang'er. Aku takut jika dewa bahkan tidak bisa membantu ku. Aku merasa perjalanan hidupku akan sangat sulit". Ujar Lianhua sendu.

"Hari ini bahkan sebelum sampai di kota aku merasakan banyaknya bahaya. Wo jie*(Jiang'er) memang sudah sangat baik pada kita tapi kita juga tidak bisa terus bergantung pada nya. Aku merasa akan ada begitu banyak bahaya disampingku, Fang'er jika dewa bahkan tidak mengetahui takdir ku aku...aku... Sangat takut". Ujar Lianhua dengan nada yang terdengar kecil seperti bisikan di akhir kalimatnya.

"Xiaojie aku disini. Kau masih memiliki aku. Aku akan selalu bersama mu". Ujar Fang'er sambil memeluk Lianhua.

Perkataan Fang'er membuat hati Lianhua tenang walaupun tidak sepenuhnya, Lianhua melepas pelukan Fang'er.

I Hate You,But I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang