part#13

35 4 0
                                    

"Aku juga tidak bisa menunggu terlalu lama, jika kau masih tidak memiliki calon istri aku akan memilihkannya sendiri". Lanjutnya.

Setelah itu kaisar Gao langsung pergi meninggal kan taman istana dan menyisakan Qianghan sendiri.

oOOo

Saat Kaisar Gao pergi Qianghan hanya terdiam dengan ditemani hembusan angin sepoi-sepoi yang menerjang wajah nya memperlihatkan ketampanan sang empu.

Dalam hati Qianghan berfikir bagaimana ia bisa memiliki seorang istri sedangkan wanita yang ia cari belum ia temukan, Qianghan mencoba untuk tidak mempercayai kata-kata peramal itu tapi semakin ia mencoba semakin terbayang di kepalanya.

Bahkan giok itu... Ahk!! Qianghan sudah lelah kepalanya serasa akan pecah.

Dia adalah seorang putra mahkota, bahkan hal seperti ini mampu membuatnya tertekan. Tidak ini bukan dirinya... Andai waktu bisa di putar kembali Qianghan tidak ingin mendengar kata-kata peramal itu.

"Aku tidak bisa terus seperti ini". Gumamnya.

Qianghan berdiri dan pergi meninggalkan taman istana tetap dengan wajah datarnya namun dengan perasaan yang tercampur aduk, hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi tubuh dan fikirannya.

Qianghan tiba di ruang kerjanya melihat sosok yang ia kenal yang sedang duduk di kursi dekat jendela membuatnya langsung mengalihkan pandangan seolah tidak melihat siapapun.

"Bukankah terlalu siang untuk datang kemari?". Ujar Tanglie sembari menuang teh di hadapannya.

Sebenarnya Tanglie sudah tahu bahwa Qianghan harus menemui ayahnya dulu tapi Tanglie adalah Tanglie tidak bisa langsung pada intinya.

Qianghan yang mendengar itu terus melanjutkan langkahnya dan duduk di kursi tempat belajarnya. Yaa.. mempelajari tentang arsip kerajaan membaca surat-surat yang di kirim oleh pejabat yang bertanggung jawab atas wilayah di kerajaan Xiehua dan melaporkannya kepada Kaisar.

Melihat tidak ada respon dari orang yang di tanya Tanglie mulai angkat bicara.

"Apakah begitu sulit menjawab pertanyaan dariku?". Ujar Tanglie tetap tenang.

"Apakah yang mulia kaisar memintamu untuk segera menikah?". Lanjutnya.

"Bukankah itu bagus, kau tidak perlu memikirkan tentang wanita itu". UjarTanglie setelah menyesap teh nya.

Qianghan yang mendengar itu beralih dari kertas di hadapannya menatap Tanglie.

"Bukankah kau sudah tahu". Ujar Qianghan kemudian menatap kembali lembaran kertas di tangannya.

"Aku yakin kau bahkan lebih tahu itu dari pada diriku sendiri". Lanjutnya dengan mata yang masih fokus pada apa yang ada di tangannya.

"Haha... sepertinya begitu". Ujar Tanglie santai sambil menampakkan senyum di bibirnya membuat matanya terlihat seperti bulan sabit.

"Kau ini orang yang cukup peka. Tapi itu tidaklah cukup". Ujar Tanglie menyimpan cawan tehnya.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu, aku rasa tidak baik jika terus mengganggu mu di sini". Ujar Tanglie pergi dari ruang kerja tersebut sambil mengangkat tangannya membuat lambaian pada Qianghan.

I Hate You,But I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang