Aku membuka mata perlahan dan mendapati diriku sudah berada di ruang IGD sebuah rumah sakit, terlihat Taehyung berdiri di samping tempat tidur dengan raut wajah khawatir.
"Somi-aah." Taehyung menggenggam tanganku. "Oh thank god akhirnya kau sadar."
"Doyoung-aah." Aku menyapu pandanganku namun tidak menemukannya.
Shit! Kemana pria itu? Bagaimana jika ia memberitahu Maurer tentang apa yang terjadi antara aku dan Baekhyun?
"Somi-aah, siapa yang kau cari?"
"Taehyung-aah." Aku menarik lengannya dengan panik. "Di mana Doyoung? Maksudku, pengawal pribadiku. Ya, Kim Doyoung—di mana dia?"
"Yah, tenanglah. Ada apa denganmu?"
"A..aku harus bicara dengan Doyoung." Dengan tubuh yang masih lemah, aku memaksakan diri untuk berdiri, namun dengan sigap Taehyung merangkul bahuku.
"Holyshit—Somi-aah. Okay, kembalilah ke tempat tidur, biar aku yang memanggil pengawal itu."
Taehyung membantuku duduk di tempat tidur, lalu berlari keluar dari ruangan ini untuk mencari Doyoung.
.
"Nona, kau baik-baik saja?" Tanya Doyoung dengan nafas terengah-engah, sepertinya ia berlari secepat mungkin untuk menemuiku.
Aku melihat ke arah pintu, memastikan Taehyung tak akan mendengar percakapan ini.
"Tenang saja, Tuan Kim sedang mengurus administrasi di lantai dua."
Aku menghela nafas lega dan meraih tangan Doyoung. "Doyoung-aah, aku tidak ingin—"
"Kau tidak ingin aku memberitahu ayah dan kakakmu tentang Baek Hyun?"
"Dengar, ini tidak seperti yang kau pikirkan."
"Nona." Ia berlutut dan memandangku penuh pengertian. "Sejak awal, aku hanya bertugas untuk menjagamu. Jadi, jika kau tidak ingin aku memberitahu siapapun tentang hal ini, maka akan kulakukan."
"Doyoung-aah." Aku membiarkan airmataku jatuh tak terkendali. "Kenapa ini harus terjadi padaku? Untuk pertama kali seseorang membuatku jatuh cinta dan ternyata—"
Doyoung hanya bungkam seraya menggenggam erat kedua tanganku, terlihat betapa ia juga bersedih untuk apa yang kualami.
"Nona, kau tau cepat atau lambat, Tuan Maurer akan menemukan putra keluarga Baeksan itu."
Aku mengangguk dan menyeka airmataku sendiri. "Setidaknya, aku tidak mendorong orang yang kucintai masuk ke dalam lubang kematian."
.
Goddamnit—segalanya nampak buram dan abu-abu.
Untuk sesaat, aku bisa mendengar jerit tangis Evelyn seolah ingin menuntut balas.
Pada detik berikutnya, aku melihat wajah pria yang sudah mencuri seluruh hatiku.This world is so cruel, my life is so fucking cruel.
"Yah." Suara sinis Taehyung memecah keheningan, terlihat ia berjalan ke arah kami dengan membawa beberapa lembar kertas. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menggenggam tangan tunanganku?"
Dengan kikuk Doyoung melepas tanganku dan berdiri cukup jauh dari tempat tidur. "Kalau begitu, aku akan menunggu di luar ruangan. Kau bisa memanggilku jika butuh sesuatu, Nona."
"Yah!" Taehyung meletakan kedua tangannya di pinggang dan menatap marah pada Doyoung. Namun pria ini tak bergeming. "Kau tuli? Aku bertanya kenapa—"
"Taehyung-aah." Aku menarik lengan Taehyung dan mengisyaratkan Doyoung untuk pergi.
"Somi-aah, apa ada sesuatu antara kau dan pengawal itu?! Jawab aku dengan jujur!" Tanya Taehyung ketika Doyoung sudah keluar dari ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hungaria 1980 | BBH
Fanfiction"Kita akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Ketika saat itu tiba, kau dan aku akan memenangkan pertarungan. Kisah kita akan berakhir bahagia." Budapest, Hungaria. 1980.