Kim Taehyung

80 12 7
                                    

Somi POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Somi POV.

Pagi pertama di bulan september.

Aku duduk termangu di ruang makan seraya menatap ke luar jendela, menghitung daun-daun yang mulai berjatuhan dari dahannya.
Musim gugur bukan musim favoritku. Tapi tetap saja, menyenangkan rasanya bisa menikmati suasana baru di tiap musim berganti.

And honestly, it's a beautiful day. Mungkin karna ayah sedang tidak ada di rumah? Ya, pria kaku itu berangkat ke Rusia sejak semalam, ibu bilang ia ada pertemuan penting dengan beberapa bos mafia di sana.

"Somi-aah, panggil Maurer di kamarnya. Setidaknya kita harus sarapan bersama sebelum dia berangkat ke bandara." Pinta ibu di tengah kesibukannya menyiapkan sarapan pagi bersama para pelayan.

"Dia akan datang sendiri jika lapar."

Ibu menghentikan kegiatannya dan meletakan kedua tangan di pinggang. "Ada apa kali ini? Kalian bertengkar lagi?"

Aku tak sempat menjawab pertanyaan itu saat Maurer tiba-tiba saja datang, terlihat juga dua anak buahnya membawakan koper dan beberapa tas jinjing.

"Good morning ibu, good morning my beautiful sister." Dengan ceria, Maurer menghampiri ibu dan langsung mengecup keningnya. Lalu berjalan ke arahku untuk melakukan hal yang sama, tapi aku lebih dulu mengangkat tangan, mengisyaratkannya untuk tidak mendekat.

"Jangan mendekat. Suh!"

"Yah, Jeon Somi—"

"Yah, Jeon Maurer." Gumamku, membuatnya mendengus kesal. Namun tak ada bantahan, ia tetap mengambil langkah mundur.

"Aku harus berangkat ke Amerika pagi ini, kau tidak ingin memelukku sebelum aku pergi?"

"No thanks." Aku mengacuhkannya dan mulai melahap roti strawberry yang ibu sajikan.

"Come on, kau masih marah soal kemarin? Aku sudah minta maaf berkali-kali." Ujar Maurer seraya menyeruput kopi hitamnya.

Melihatku tetap tak bergeming, ia memilih memeluk ibu dan mulai mencari dukungan. "Anak perempuanmu benar-benar pendendam, ibu."

Aku memberinya pandangan horor, sementara ia berpura-pura ketakutan. "Lihatlah caranya menatapku."

Gosh. This ass—

"Kalau begitu, kau harus minta maaf lagi." Ucap ibu, dengan senyum hangat di wajahnya.

Maurer melepas pelukannya dan memberikan gerakan hormat. "Siap kapten!"

Ewh.

"Yah, Sominie." Dengan ragu ia menarik kursi yang ada di sampingku lalu duduk. But i don't give a shit.

Hungaria 1980 | BBHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang