"Pergi? Kau tidak menginap?" Tanyaku dengan ekspresi bingung.
Ya, baru setengah jam kami menghabiskan waktu bersama dan kini tiba-tiba saja Baekhyun mengatakan bahwa ia harus pergi.
Sambil tersenyum ia mengusap wajahku. "Ada urusan penting yang harus kuselesaikan."
"Tiba-tiba? Tapi tadi di telfon kau bilang—" Aku tak melanjutkan kalimatku dan hanya menghela nafas berat. However, aku tidak ingin terdengar seperti pacar yang menyebalkan. "Okay, pergilah."
"Maafkan aku." Hanya itu yang Baekhyun katakan sebelum memelukku dengan erat seraya mengecup rambutku beberapa kali. "Tolong jangan kecewa."
Honestly, aku kecewa.
Baekhyun adalah alasan kenapa aku sangat bersemangat datang ke camp ini. Ia berjanji akan mencari cara untuk ikut menginap dan mencuri waktu bertemu.
Namun apapun itu, pria ini pasti memiliki alasan kenapa ia membatalkan rencana tersebut. Dan aku harus mengerti.
"It's okay." Aku melepas pelukannya dan tersenyum, mengisyaratkan bahwa semua baik-baik saja. "Kita akan bertemu di kampus dua hari lagi."
"Kalau begitu, kembalilah ke camp. Aku akan melihatmu dari sini." Ujarnya seraya memutar bahuku dan mendorongnya dengan lembut.
Ntah kenapa, aku merasa ia sedang terburu-buru. Mungkin benar, mungkin memang ada hal penting yang sedang menunggunya.
"See ya, Baekhyunie." Aku melambaikan tangan padanya. Dan hanya setelah ia membalas lambaian tanganku, aku segera pergi.
Dengan langkah berat, aku menyusuri jalan setapak yang membawaku menuju tenda yang kami dirikan. Sesekali aku menoleh ke belakang dan melihat Baekhyun masih berdiri di sana, menatapku dengan raut wajah yang sulit terbaca.
Air mukanya begitu sendu, tak peduli seberapa keras ia coba tersenyum. Ketidak nyamanan dan kekhawatiran tergambar jelas dari gerak-geriknya.
Aku tau ada yang tidak benar di sini, namun ntahlah, aku tak berani menyimpulkan apapun.
Setelah cukup jauh berjalan, aku kembali menoleh ke belakang.
Tak ada siapapun,
pria itu telah menghilang bagaikan angin.
♾
Aku terbangun di pagi hari dan mendapati Kristal masih tertidur di sampingku, sementara Chaeyoung dan Jennie? Ntahlah.
Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, aku keluar dari tenda lalu mengecek tenda lain yang dihuni Taehyung, Jongin, dan Minseok. As expected, mereka bertiga masih tertidur pulas.
"Chaeyoung! Jennie!" panggilku seraya berjalan mengelilingi area camp, namun tak menemukan mereka berdua.
Aku memutuskan pergi sendiri ke kamar mandi umum sebelum akhirnya meluangkan waktu untuk duduk di tepi sungai, sekedar menikmati udara pagi yang segar.
Ah, hal semacam ini tak akan bisa kita temukan di kota.
Ingatanku secara otomatis memutar momen malam tadi. Ya, di tempat inilah aku dan Baekhyun bertemu secara diam-diam, di tempat inilah satu kenangan dalam hubungan kami diciptakan.
God, i miss him so much.
Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana dan menatap foto selfie yang kami ambil bersama. Untuk pertama kali, aku memberanikan diri untuk mengajaknya berfoto, dan dengan senang hati ia berpose bersamaku.
He's so cute in this photo, tangan kiri Baekhyun merangkul bahuku, sementara tangan lainnya memegang ponsel. Terlihat juga aku yang tersenyum malu-malu dalam pelukannya. Kami berdua nampak bahagia—seperti pasangan normal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hungaria 1980 | BBH
Fanfiction"Kita akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Ketika saat itu tiba, kau dan aku akan memenangkan pertarungan. Kisah kita akan berakhir bahagia." Budapest, Hungaria. 1980.