Somi POV.
Seoul, South Korea. 2020.
Aku terbangun dini hari karna mimpi yang sama.
Seorang gadis menembak kepalanya sendiri di hadapan banyak orang, fuck! Aku bahkan tak mengerti apa yang mereka katakan. Di dalam mimpiku, semua orang bicara dengan bahasa yang aneh, seperti bahasa Rusia atau—ntahlah.Kenapa aku terus memimpikan hal yang sama selama bertahun-tahun?
Siapa gadis yang mengakhiri hidupnya itu? Kenapa ada orang-orang yang merenggut kebahagiaannya? Dan jasat pria—damn, apa yang terjadi padanya?.
"Sominie!" Maurer, kakak kandungku. Ia memiliki kebiasaan aneh dan sedikit kurang ajar, seperti masuk ke kamar adiknya tanpa mengetuk pintu.
"What the fuck? Stop call me that fucking 'Sominie'."
"Yah Jeon Somi Duma, hentikan kebiasaan mengumpatmu atau aku akan mengadukannya pada ibu." Ujarnya seraya merebahkan diri di tempat tidurku.
"Semua tau aku benci dipanggil Sominie, kau terdengar seperti ayah." Dan aku benci apapun tentang pria itu.
"Somin—"
Aku meliriknya dengan raut kesal.
"Okay, Somi-aah." Ia menghela nafas dan menyandarkan punggungnya di headboard. "Cobalah berhenti membenci ayah, kau tau ia sangat menyayangimu kan?"
"Menyayangiku? He took my whole life, brother." Aku tertawa sinis, membuatnya menggelengkan kepala.
"Dia hanya ingin melindungimu, melindungi kita. Kau ingat apa yang terjadi pada Evelyn?"
"Yah!" What the fuck? Kenapa ia harus menyebut nama itu? Ini terlalu pagi untukku menangis. "Keluar dari kamarku, Maurer. Pergi saja pada ayahmu!"
"Somi-aah, maaf, aku tidak bermaksud—"
Aku terus mendorongnya hingga ia jatuh dari tempat tidur. "Just go!"
"Baiklah-baiklah, aku pergi." Ia berdiri lalu melangkah keluar.
"Stupid." Gumamku.
Tak lama kemudian Maurer kembali hanya untuk mengecup pipiku dan berlari secepat mungkin meninggalkan kamar ini. "Satu kosong, Sominie!"
Asshole.
.
Jangan tertipu dengan sikap manisnya.
Pria itu, Jeon Maurer Duma. Putra tertua keluarga ini, pemimpin masa depan kelompok mafia Duma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hungaria 1980 | BBH
Fanfiction"Kita akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Ketika saat itu tiba, kau dan aku akan memenangkan pertarungan. Kisah kita akan berakhir bahagia." Budapest, Hungaria. 1980.