2-gadis itu

16 4 0
                                    

***

Berjalan mengendap-endap dan terburu-buru saat keluar kelas. Demi menghindari ketiga orang gadis yang menunggunya didepan kelas. Dirinya tau ketiga orang itu menunggunya

"Mampus mampus ketahuan," batinnya meringis ketika tau salah satu dari mereka memergoki dirinya.

Namun gadis bernama Nayu itu  tetap berjalan cepat sambil menundukkan kepalanya. Seperti tak menyadari ada mereka disana.

Namun Nayu kalah telak.

Entah bagaimana, ketiga gadis itu kini berdiri dihadapan nya. Ia yang semula memasang wajah takut-takut, kini mencoba memasang wajah biasa saja dihadapan mereka.

Tidak. Dirinya tidak boleh lagi terlihat lemah di hadapan mereka.

"Mau kemana lo?!" tanya salah satu gadis itu yang bernama Bianca.

"Mau pulang, permisi," ujar Nayu dengan tak ada nada takut sama sekali. Hendak langsung pergi melenggang. Namun buru-buru mereka menghadang dirinya.

Nayu menghela nafas lelah. "Ada apa kak?" tanya Nayu, jengah pada ketiga gadis ini. Jam pulang sekolah. Demi apapun Nayu sangat malu berada di tengah-tengah padatnya murid-murid yang berlalu lalang di koridor. Dan mereka semua mengawasi dirinya. Apakah mereka menunggu Nayu dipermalukan lagi?.

"Mau kemana lo?!" tanya Bianca. Yang berdiri paling tengah diantara kedua temannya.

"Kan aku udah bilang, aku mau pulang kak," jawab Nayu masih ada rasa kesabaran meladeni ketiga gadis ini

"Enak aja lo main pulang-pulang, Siapa juga yang bolehin lo pulang?!" gertak Alen.

Dulu para murid-murid berfikir bahwa Alena atau yang biasa mereka panggil Alen ini adalah tipe gadis kalem, cantik, pendiam dan murid baik-baik yang tidak punya banyak teman.  Namun image itu memudar seketika ketika Alen bergaul dengan kedua gadis ini. Nayu pun merasakannya.

Nayu menggeleng tegas sudah tau apa yang mereka mau. "Nggak mau kak, aku udah capek dari pagi nurutin kalian terus."

"Dih ya bodo amat," ketus Bianca .

"Udahlah nggak usah banyak omong Nayu," ujar gadis ketiga yang bernama Reina." Sekarang
lo mending ikut kita. Lo pasti stres karena kerjaan lo numpuk." Alibinya dengan menarik tangan Nayu diikuti kedua temannya yang mendorong-dorong tubuh Nayu dari belakang.

Nayu memberontak dengan berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Reina "Nggak mau kak, lepasin. Aku mau pulang!"

"Dih, udah bisa ngelawan lo?!" gertak Alen.

Bianca geram. "Nggak. Lo nggak boleh pulang! Lo harus ikut kita! Udah cepet masuk!"

Seperti diculik. Mereka bertiga memaksa Nayu masuk kedalam mobil dengan Nayu yang setia memberontak.

***

Seharusnya Nayu lebih bisa memberontak. Seharusnya Nayu tak menuruti ajakan mereka. Seharusnya Nayu lebih ter-sadar mereka akan memperlakukan dirinya seperti apa. Dan seharusnya dirinya lebih berani.

"BYE NAYU, HATI-HATI DI JALAN!"

"HATI-HATI DICULIK LOH!"

"BYE Nayu!!!"

Mobil itu pergi, melaju kencang membelah jalanan sepi. Meninggalkan Nayu sendirian. Disaat langit senja sebentar lagi berganti dengan gelap.

Nayu mengeram tertahan. Menghentak-hentakan kedua kakinya. Mereka bertiga meninggalkan Nayu di pinggir jalan. Sehabis Nayu menuruti permintaan mereka secara paksa. Membawakan semua barang belanjaan milik mereka. Mengikuti mereka mengelilingi mall sekalipun. Mencoba kabur namun ketiga gadis itu selalu memergoki dirinya.

***

Burung-burung terbang bergerombol menuju rumah mereka ditengah langit senja yang akan memudar sebentar lagi.

Namun gadis berseragam putih abu-abu itu tak tau bagaimana cara pulang. Dirinya mondar-mandir sambil mengigiti kuku jarinya.

Ingin ia memaki-maki mereka bertiga yang sudah berperilaku seenaknya pada dirinya. Namun sudah terlambat dan sudah terjadi pula. Apa yang bisa ia perbuat?

Tiba-tiba HP disaku roknya berbunyi.

"Iya buk ada apa?"

"Iya buk, ini lagi perjalanan mau kesana," ujar Nayu mencoba dengan nada setenang mungkin.

"Iya buk pasti kesana kok. Enggak, enggak bolos."

"Jangan buk, ya ampun."

"Iya, walaikum-" Telpon dimatikan secara sepihak. Nayu refleks meringis.

Jalanan semakin sepi saat adzan berkumandang. Nayu tiba-tiba teringat kata-kata bibi yang tinggal bersamanya dulu. Jika saat adzan magrib Nayu tak boleh untuk keluar rumah. Setan-setan banyak yang berkeliaran kata bibinya dulu.

Dan kini. Nayu semakin ingin menangis mengingat itu semua. Ia gelisah. Mendongak keatas, menutup wajahnya dengan kedua tangan seperti orang frustrasi. Hatinya dongkol setengah mati pada ketiga gadis itu.

Nayu tersentak ketika suara seseorang menstarter kuat-kuat motor dalam keadaan motor berhenti tepat di belakangnya. Nayu menengok ke arah belakang. Alangkah terkejut nya dirinya melihat siapa itu.

***

"Makasih kak udah di anterin,"  ujar Nayu sambil menundukkan kepala setelah turun dari motor cowok itu.

"Lain kali kalau udah malem itu langsung pulang. Bukannya ngemper dijalan kaya tadi." Omelnya yang dibalas anggukan samar oleh Nayu.

Tak mengatakan apapun lagi. Cowok itu pergi dengan motornya. Nayu tak melepas pandangan hingga cowok itu pergi dan menghilang di belokan gang.

***

How The World Treats UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang