Beberapa hari berlalu.
"Baik Bu, ada yang perlu saya bantu?"
"Jadi begini dok, saya meminta ijin agar pasien yang bernama Nayu di perbolehkan untuk pulang. Menginggat kondisi dia sudah baik-baik saja dan hanya perlu beradaptasi dengan kondisinya saat ini."
Dokter itu cukup kaget namun sontak mengerti dengan perkataan wanita itu. "Yang di katakan ibu memang ada benarnya, namun sebelumnya kalau boleh tau ibu siapa nya pasien?
"Saya Tante nya yang merawat dia."
Dokter itu mengganguk dengan jawaban wanita itu. "Kalau boleh tau orang tuanya ada di mana ya bu? Berkeja atau ada keperluan lain? Karena saya perlu berbicara hal yang serius mengenai pasien pada orang tuanya?"
"Kedua orang tuanya menitipkan Nayu pada saya sejak ia kecil. Jadi bigitulah, saya yang sudah lama merawat dia. Maka dari itu jika ada yang mau dokter sampaikan megenai pasien bisa langsung ke saya aja."
Dokter wanita itu mengganguk paham. "Kondisi Nayu saat ini memang sudah di perbolehkan untuk pulang. Namun saya masih khawatir karena dia pasti butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa beradaptasi dengan keadaanya yang sekarang."
"Tak jarang saya memergoki pasien menangis saat akan saya priksa kondisinya. Jagain dia ya Bu. Di saat-saat seperti ini dukungam dan kasih sayang dari keluarganya sangatlah paling penting."
***
"Masuk kamu!"
Nayu berusaha menyeimbangi langkah Siska yang menyeretnya dengan langkah tak sabaran. "Sabar tante. Tangan aku jangan di tarik kenceng-kenceng. Sakit."
"Banyak alasan kamu! Cepet masuk!" Pintu tertutup menimbulkan suara keras. Setelah berhasil memasukan Nayu ke mobilnya yang terparkir di basement rumah sakit. Beruntung tak ada satupun orang atau pun kendaraan yang berlalu lalang.
"Nayu udah boleh pulang ya Tante?" ujar Nayu saat wanita itu menyalakan mobil.
"Nggak usah banyak omong kamu Nayu! Asal kamu tau Audrey belum bangun sampai sekarang!"
"Belum?!"
"Kenapa? Baru ngerasa bersalah kamu sekarang?
"Maaf tante, maafin aku. Aku janji buat kedepanya aku bakal jagain kakak le-"
"Dasar bodoh, bisa apa kamu dengan kondisi kamu sekarang? Pakek segala jagain. Hidup kamu itu udah nggak ada gunanya lagi sekarang."
Tante benar. Seharusnya aku sadar. Ujar Nayu dalam hati.
"Tapi kamu tenang aja, tante bakal bawa kamu ke tempat tinggal yang baru. Kamu nggak akan repot-repot untuk jadi pembantu di rumah Tante."
Nayu tentu saja syok, sontak ia berujar. "Tante mau bawa aku ke mama?"
Siska tertawa dalam hatinya, merasa Nayu sangat bodoh ketika gadis itu berkata seperti itu. "Terserah kamu untuk berharap lebih Nayu."
***
"Ibu udah biasa kan mengurus anak-anak di sini? Dan untuk anak yang saya titipkan ini. ibu bisa suruh dia semau ibu. Ibu suruh kerja, ibu suruh bersihin rumah pokoknya terserah ibu. Karena anak ini cuma numpang hidup sama ibu dan saya tidak membiayainya karena saya sudah lepas tangan dengan dia."
"Baik kalau begitu, saya sepakat dengan perkataan ibu tadi." Mereka berjabat tangan dengan senyum yang tercetak jelas di wajah mereka.
Sementara Nayu yang mendengarkan semua hanya menunduk dengan air mata yang tak berhenti menetes.
Saat ibu itu meninggalkan mereka di ruang tengah. Nayu sontak berujar sesuatu yng sedari tadi ia tahan. "Tante, aku nggak mau. Aku nggak mau tinggal di sini. Aku mau tinggal sama Tante aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
How The World Treats Us
Teen FictionKarena kesalahan fatal yang Aksara perbuat. Seorang gadis harus menerima keadaan hidupnya yang tak sama lagi. Hidupnya yang terpuruk karena orang-orang sekitarnya otomatis kesalahan yang Aksara perbuat makin memperparah keadaan. "Lo nggak boleh nye...