13. till we met again Satria (f)

8 2 0
                                    

"But you're gonna live forever in me. I guarantee, just wait and see."
- John Mayer

Flashback on-cerita mengarah pada kelanjutan chapter sebelumnya.

Aksara keluar dari club malam itu dengan langkah tergesa. Tak jarang tubuhnya menubaruk orang-orang yang berlalu lalang. Dengan pandangan mata tak lepas menelisik sekitar, berharap Tama masih belum jauh membawa Satria pergi.

Ponsel di tanganya tak berhenti ia gunakan untuk menghubungi
kedua orang itu. "Angkat dong Sat, ayo angkat." Beberapa kali mengeram marah namun terus mencoba menghubungi. Namun sia-sia karena tak kunjung ada jawaban dari ponsel keduanya.

"Lo dibawa Tama kemana sih Sat, lo lagi mabuk juga." Sadar tak memiliki banyak waktu lagi. Aksara dengan langkah tergesa berjalan menghampiri motornya. Membelah jalanan yang semakin malam makin padat akan kendaraan. Mengusap peluh yang mengalir dipelipisnya karena entah mengapa ketakutan yang kini menguasai dirinya.

"Lo kemana sih Sat? gue nggak mau persahabatan kita hancur cuma karena salah paham kayak gini."

***

BUGH...

"Sebenarnya lo mau bawa Tama kemana Hah?! Gue tau akal busuk lo ya bangsat!"

Tama balas memukul wajah Aksara tepat di wajah cowok itu. "Dibanding Lo! Seharusnya lo sadar, lo tuh temen tapi munafik!"

Aksara tak terima, ia maju dan mencengkram kerah baju Tama. "Lo denger ya Ma! Kalau lo nggak ngerti apa-apa mending diem nggak usah ikut campur urusan kita! Lo tuh sebenernya punya dendam kan sama kita?! Sekarang, Lo nggak ada apa-apa tiba-tiba sok deket sama Satria! Lo pikir gue nggak tau akal busuk lo?!" Aksara berteriak di depan wajah Tama, dirinya benar-benar murka pada Tama untuk kali ini.

Tama mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya. "Gue nggak peduli!"

Aksara kembali maju dan mencegkram kerah baju  Tama. "Lo nggak usah sok deketin temen gue Ma! Lebih baik lo berurusan sama gue! Jangan sama Satria bangsat!"

Melihat Tama hanya diam dan malah memasang wajah menjengkelkan. Aksara mendelik karena itu dan kembali memukul wajah Tama dengan beruntal hingga Tama kembali tersungkur dengan tak berdaya.

Tak ada satupun kedaraan yang berlalu-lalang di jalanan ini.
Lalu, bagaimana bisa Aksara menemukan mereka? Tadinya Aksara hampir menyerah sekian lamanya tak juga menemukan kedua orang ini berada. Namun semuanya tak sia-sia, saat kedua bola matanya menemukan mobil yang ia tau betul berhenti di pinggir jalan.

Melihat Tama yang akhirnya berbaring kesakitan tak berdaya. Aksara cepat-cepat menuju dimana Satria berada. Satria mabuk dan Aksara tau itu. "Satria, ayo bangun sat," Aksara berjongkok dihadapan Satria. "Sat, Satria." Aksara kembali mengoncang tubuh Satria.

Namun bukanya sadar atau membalas perkataannya. Satria malah berguman memanggil kedua orang tuanya. Membuat Aksara termenung karena itu.

"Satria bangun sat, gue anterin pulang." Satria menepis kasar tangan Aksara dengan mata yang masih terpejam.

"Gue nggak butuh lo Aksara," guman Satria.

Aksara dengan masih kukuhnya menociba untuk menyentuh lengan Satria. "Nggak Sa, lo jangan ngomog kaya gitu." Satria kembali Menepis lengan Aksara. "Gue minta maaf Sa, gue-"

"AKHH UDAH LAH BAGSAT MENDING LO PERGI DARI SINI! GUE MUAK SAMA LO AKSARA." Satria meledak. Benar-benar meledak. Kini giliran Satria yang mencengkram kuat-kuat kerah pakain yang Aksara kenakan. Kini Aksara dapat melihat betapa hancurnya Satria, betapa dunia memang sangat kejam bagi teman sebaik Satria. Dan kini Aksara adalah salah satu orang yang menimbulkan kekejaman itu.

How The World Treats UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang