18-Harus bagaimana?

18 1 0
                                    

"AKHH, gue enggak tau harus gimana!!!!"  Teriak Aksara tiba-tiba seperti orang kesetanan.

Kedua temannya yang sedang fokus dengan siaran didepan otomatis tersentak kaget. Keduanya menengok kebelakang tepatnya dimana Aksara berada. "Lo kenapa sih Sa?!"

"Masalah yang mana lagi sa? orang tua lo? kakak lo? kalau lagi ada masalah itu, ceritalah sama kita," ujar Cakra.

Aksara tak menjawab. Pemuda itu terus-terusan berjalan kesana-kemari seperti orang yang sedang di rundung masalah besar. Sejujurnya kedua temannya tak perlu heran lagi dengan tingkah Aksara.

Sudah seminggu berlalu sejak Aksara seperti itu. Kini lebih banyak diam. Tiba-tiba melamun dalam waktu  lama. Dan tiba-tiba amarahnya meledak begitu saja.

Dirga meletakkan stik PS-nya. "Duduk lo Sa!" 

Aksara tak menghiraukan nya. Baru saat Dirga menggunakan nada seriusnya. Temannya itu langsung  duduk dan sadar dengan apa yang telah ia lakukan. 

Aksara menenggelamkan kepala di kedua telapak tangannya. Benar-benar seperti orang frustrasi.

"Lo itu kebiasaan kalau punya masalah suka lo pendam sendiri Sa," guman Cakra..

Aksara mengusap wajahnya lalu berkata. "Gue bilang ke kalian. Tapi setelahnya kalian janji jangan musuhi gue."

"Iya apa Aksara???" Tanya Cakra merasa jengkel. "Lo hamilin anak orang?"

 Takut-takut Aksara menjawab. "Mirip-mirip itu"

"BANGSAT!!" teriakan Cakra menggelegar seketika.

Dirga langsung menyela. "Enggak, enggak mungkin lo ngelakuin itu kan Sa? Lo enggak sebejat itu kan?"

Aksara menjambak rambutnya kuat-kuat. Seperti orang yang ingin berteriak. "Gue buat orang buta bagsaaatt."

Kedua temannya langsung lemas seketika. "Saa..."

"Lo jangan bercanda Sa!"

"Kapan?"

Dengan tampilan kasutnya Aksara berdiri. "Kalian tau cewek yang gue cari selama berbulan-bulan ini?" kedua temannya lantas mengangguk.

"Minggu lalu enggak sengaja gue ketemu dia. Dia jualan di trotoar. Dia beda banget penampilannya sama waktu terakhir kali kita berantem sama tama waktu itu. Dia buta! Dia buta karena gue!" Aksara tampak gemetar di perkataannya terakhir.

"Bisa-bisanya lo sa! emang lo apain dia? kapan sa?!"

"Sekarang lo ceritain kita detail nya. Jujur lo Sa!"

Aksara menelan silvianya. "Gue ingat banget waktu kejadian itu, niat gue mau mukul si Tama tapi dia maju paling depan buat ngelindungin tama sama cewek-nya kalau." Aksara mennarik  afas sejenak. "Gue suruh dia minggir berkali-kali malah tapi cewek itu enggak mau. Disitu udah sangking emosi nya gue , gue enggak sengaja pukul dia..."

"Tapi gue enggak pernah pikir kalau dampaknya bakal separah ini. Gue...gue harus apa?"

Cakra menghela nafas, ia mengusak rambutnya. Tak menyangka dengan apa yang telah temannya itu perbuat. masalah yang lalu masih terbayang-bayang di sekitar ketiganya dan kini masalah yang baru datang lagi. "Bangsat lo Aksara," desis Satria.

"Lo berdua boleh marahin gue, lo berdua boleh maki-maki gue sekarang. Tapi tolong jangan benci sama gue." Pinta Aksara.

Melihat kedua temannya hanya diam. "Tuhkan. Lo berdua jangan jadi diam gini dong. Tolong bantuin gue."       

Dirga menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangan sontak berujar. "Bagaimanapun lo harus tanggung jawa Sa."

"Sekarang gue harus apa? Apa perlu gue donorin mata gue ini."

How The World Treats UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang