Lama berlalu dan pada akhirnya sesuatu yang jarang terjadi itu kini terulang kembali. Kakak Aksara yaitu Langit Sakha Mahendra pulang kembali ke rumah kira-kira setelah setengah tahun lamanya.
Dan kini Aksara menyaksikan sendiri dari lantai atas rumah. Ibu, ayah serta kakaknya berkumpul bersama di meja makan.
Pemandangan yang sudah lama tak Aksara lihat.
Aksara terkekeh melihat itu semua. Rumah yang biasanya sepi, hanya ada bibi dan satpam disaat ia pulang tengah malam kini terasa berbeda dengan adanya mereka.
Aksara memberanikan diri untuk turun dan bergabung dengan mereka dilantai bawah. Jam makan malam, Aksara menarik kursi kosong di meja makan yang sama namun jaraknya agak jauh dengan mereka.
Sebelah alis Aksara terangkat saat otomatis pembicaraan mereka terhenti dan ketiganya melihat kearahnya. "Kenapa? lanjutin aja ngobrolnya," ujar Aksara sambil mengambil lauk pauk di meja makan itu.
Dan mereka lanjut berbicara tentang banyak hal sementara Aksara disitu hanya diam tanpa mereka ajak untuk terlibat dalam alur pembicaraan mereka. Seolah orang tua mereka kasihan karena si anak sulung sudah lama tak bertemu dengan kedua orang tuanya, namun yang mereka lupa jika si anak bungsu juga merasakan hal yang sama..
***
Pukul sebelas malam setelah berbincang sejenak dengan ayahnya di taman belakang rumah. Shaka menyadari bahwa ia melewati kamar adiknya. Yang masih ia ingat sedari dulu. Pintu kamar adiknya itu tak pernah berubah. Masih tetera tulisan nama adiknya di pintu kayu itu. Lalu sengaja ingin membuka kamar adiknya itu.
Cklek...
Ia langsung bisa mendapati adiknya yang sedang berada di balkon karena kepulan asap rokok yang tersapu udara malam. Melihat sekitar kamar adiknya yang tidak banyak berubah. masih berntakan dan banyaknya miniatur yang saudaranya itu koleksi.
Ketika tiba-tiba ia berada di balkon. Adiknya itu hampir terjatuh sangking kagetnya dengan keberadaan dirinya.
Shaka memegang pembatas balkon. Pemandangan dari balkon kamar Aksara yang paling ia sukai di sudut rumah ini dari dulu. ''Malam-malam gini ngeliatin apaan lo dek?''
"Ngeliatin akrabnya lo sama papa dari ." Batin Aksara.
"Tumben lo pulang kak?" Setelah sekian lama pertanyaan yang membuat Aksara bisa berbicara dengan kakaknya.
"Sebenarnya gue pulang, gue cuma pengen lihat lo sih. Ngomong ngomong mama sama papa baik-baik aja kan?"
" Maaf kak, soal mereka gue nggak bisa bilang jujur ke lo untuk saat ini,'' Batin Aksara menghisap putung rokoknya lagi,
'' Mereka baik-baik aja kak seperti yang lo lihat, mereka kangen banget sama lo. Makanya lo itu walau sibuk sempat-sempatin pulang. Kasihan mereka pasti kangen sama anaknya.''
''Tumben, dulu lo yang sering bilang enggak usah pulang kalau gue sering enggak balik rumah.''
''Rumah sepi tanpa lo kak,''
Dan pada saat itu Sakha si anak sulung tau. Raut kesepian tercetak jelas si wajah adiknya.
***
Setelah perbincangan yang panjang antara keduanya sampai menjelang pukul satu pagi.
Memang sudah satu jam yang lalu Sakha keluar dari kamarnya. Sedikit mengalihkan pikiran Aksara. Bukan. Ini bukan tentang kedua orang tuanya. Ini tentang ia, Tama dan kedua gadis itu yang Aksara belum tau bagaimana keadaannya.
Di awali dengan seluk beluk berita tentang pertengkaran nya dengan Tama yang sudah menjalar ke telinga kedua orang tuanya. Yang berakhir ia dan kedua temannya mendapat skors selama satu minggu. Namun ya, seminggu itu memang sudah berlalu namun baginya segalanya belum baik-baik saja jika ia belum mengetahui keadaan gadis yang menjadi korban pertengkaran nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
How The World Treats Us
TienerfictieKarena kesalahan fatal yang Aksara perbuat. Seorang gadis harus menerima keadaan hidupnya yang tak sama lagi. Hidupnya yang terpuruk karena orang-orang sekitarnya otomatis kesalahan yang Aksara perbuat makin memperparah keadaan. "Lo nggak boleh nye...